Ada empat persoalan yang
dikemukakan oleh immanuel kant. Yang pertama adalah “What my I hope?” atau “Apa
yang dapat saya harapkan?” harapan itu ada pada setiap manusia, setiap orang
pasti memiliki harapannya masing-masing dan tentunya harapan itu berbeda satu
sama lain. Harapan menurut Allen (1998) menyebutkan teori harapan yang
dikembangkan oleh Vroom yang dikenal dengan Vroom's Expectancy Model yaitu
bahwa pada umumnya manusia memilih salah satu di antara beberapa alternatif
perilaku karena manusia tersebut melakukan antisipasi yang secara khusus akan
membawa seseorang kepada hasil sesuatu yang diinginkan dan perilaku yang akan
membawanya kepada sesuatu yang tidak diinginkan. Dalam hal ini harapan
(expectancy) dipercaya sebagai sesuatu yang diinginkan untuk mendapatkan hasil
yang maksimal.
Adapun faktor-faktor yang dapat
membentuk harapan Menurut Horovitz (2000:8) dapat terbentuk oleh empat faktor.
Yang pertama adalah kebutuhan, pada dasar nya setiap konsumen yang memiliki
kebutuhan selalu berharap agar kebutuhannya dapat dipenuhi oleh produsen
sebagai penyedia barang dan jasa. Oleh karena itu produsen harus mengetahui
kebutuhan konsumen dengan memberikan pelayanan yang terbaik sehingga harapannya
dapat tercapai. Kedua adalah media massa, media adalah sarana promosi yang
digunakan maskapai penerbangan untuk bersaing menarik perhatian konsumen dengan
memberikan janji-janji pada konsumen. Janji-janji tersebut akan menimbulkan
harapan pada konsumen. Ketiga Pengalaman masa lalu, Jika seorang konsumen
pernah menikmati layanan yang memuaskan di suatu tempat, maka bila lain kali
menggunakan layanan yang sama lagi maka konsumen akan mengharapkan pelayanan
yang sama seperti yang pernah dialami. Keempat,
Mulut ke mulut (word of mouth) bila
seorang konsumen yang tidak puas pada pelayanan yang diberikan, konsumen akan
menceritakan pengalaman buruknya pada teman atau relasinya sehingga teman atau
relasi dari konsumen itu tidak akan berharap banyak dari pelayanan yang
disajikan atau dengan kata lain tidak akan mencoba menggunakan pelayanan
tersebut nantinya. Sebaliknya, bila konsumen sudah merasa puas akan pelayanan
yang diberikan, maka mereka akan menceritakan pengalamannya tersebut kepada
teman atau relasinya sehingga teman atau relasi ini akan menggunakan pelayanan
tersebut dan berharap mendapat pengalaman yang menyenangkan juga.
Selain
faktor-faktor kebutuhan di atas, adapula faktor-faktor harapan Menurut Horovitz
(2000:3-7), persepsi dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni Faktor Psikologis,
Faktor psikologis akan membuat perubahan dalam persepsi konsumen. Perubahan
yang dimaksudkan termasuk memori, pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai yang
dianggap konsumen penting dan berguna. Kedua, Faktor Fisik, Faktor ini akan
mengubah persepsi konsumen melalui apa yang konsumen lihat dan rasakan. Faktor
fisik dapat memperkuat atau malah menghancurkan persepsi konsumen terhadap
kualitas layanan yang diberikan oleh perusahaan. Ketiga, Image yang
terbentukImage yang dimaksud disini adalah image konsumen terhadap perusahaan atau produk. Lebih lanjut
menurut Kotler, Bowen & Makens (1999:263), ketika terjadi persaingan antara
2 merek produk yang sama, konsumen bisa melihat perbedaan melalui image dari
perusahaan atau merek itu sendiri. Oleh karena itu perusahaan harus mampu
menciptakan image yang akan membedakannya dari pesaing. Menciptakan image yang
kuat dan berbeda memerlukan kreativitas dan kerja keras. Image yang sudah
tercipta harus didukung oleh segala sesuatu yang dilakukan dan dikatakan oleh
perusahaan.
Dari penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa adanya hubungan antara harapan dan persepsi. Harapan dan
persepsi pada akhirnya akan menentukan tingkat kepuasan konsumen terhadap suatu
pelayanan. Setelah menikmati pelayanan yang diberikan, konsumen akan
membandingkan antara harapan dan persepsi mereka tentang pelayanan tersebut.
Jadi pada intinya,
suatu harapan itu harus menjadi tujuan yang ingin dicapai, dan apa sih tujuan
yang harus kita capai? Meskipun harapan setiap individu itu berbeda satu sama
lain akan tetapi tujuan untuk menjadi oang yang benar pasti ada pada harapan
setiap orang. Dan bagaimana agar kita menjadi manusia atau individu yang
benar? “what can I know?” atau “Apa yang
dapat saya ketahui?” banyak hal yang dapat kita ketahui, dan banyak hal yang
dapat kita pelajari melalui pengetahuan atau pendidikan. Pendidikan menurut Gunning
dan Kohnstamm yaitu pendidikan adalah proses pembentukan hati urani.
Sebuahpembentukan danpenentuan diri secara etis yang sesuai dengan hati nurani.
Sedang kan pengertian pendidikan menurut Carter.V. God pendidikan adalah proses
perkembangan kecakapan individu dalam sikap dan prilaku bermasyarakat. Proses
sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh suatu lingkungan yang terorganisir,
seperti rumah atau sekolah,sehingga apat mencapai perkembangan diri dan
kecakapan sosial. Adapula pengertian pendidikan menurut Martinus Jan Langeveld,
yaitu pendidikan adalah upaya enolng anak untuk dapat melakukan tugas hidupnya
secara mandiri supaya dapat bertanggung jawab secara susila. Pendidikan
merupakan usaha manusia dewasa dalam membiming manusia yang belum dewasa menuju
kedewasaan. Berdasarkan pengertian pendidikan yang dikemukakan oleh bebrapa
ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan itu adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh manusia untuk mencapai tujuan yang akan di tuju dengan harapan
semua tujuan yang hendak dicapai akan terwujud sehingga menjadi individu yang
lebih baik lagi. Karena dengan pendidikan seorang individu tentu akan memiliki
banyak pengetahuan sesuai dengan apa yang ingin ia ketahui atau mengetahui apa
yang mungkin tidak di ketahui sehingga apa yang di harapkan dapat menjadi
tujuan yang harus dicapai.
Dan setelah kita mengetahui apa yang dapat
diharapkan dan apa saja yang harus kita ketahui melalui pendidikan atau ilmu
pengetahuan maka kita juga harus tahu apa yang seyogyanya saya lakukan atau “
What should I do?” setelah kita tahu apa yang menjadi harapan atau tujuan kita
dan tahu apa yang harus kita ketahui melalui ilmu pendidikan maka kita harus
tahu pula apa yang harus kita lakukan untuk mencapai sebuah harapan yang telah
menjadi tujuan. Tujuan menurut Ida Nuraida yaitu, tujuan merupakan langkah
pertama untuk dalam proses mencapai kesuksesan dan tujuan juga merupakan kunci
mencapai kesuksesan. Adapun pengertian tujuan menurut Jemsly H. dan Martani H
yaitu, tujuan merupakan sesuatu yang mungkin untuk dicapai, bukan sesuatu yang
utopis. Dimana tujuan adalah sesuatu hal
yang ingin dicapai yang dimana hal tersebut adalah suatu harapan yang menjadi
tujuan. Tujuan juga dapat dikaitkan dengan pendidikan yaitu, tujuan dapat
dijadikan sebagai faktor pedidikan
yaitu:
1.
Faktor
tujuan
Setiap
kegiatan apapun bentuk dan jenisnya sadar atau tidak tidak sadar selalu
diharapkan kepada tujuan yang ingin dicapai. Bagaimanapun segala sesuatu atau
usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan mempunyai arti apa-apa, dengan
demikian tujuan merupakan faktor yang sangat menentukan. Secara singkat
dikatakan bahwa tujuan pendidikan Nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia sutuhnya.
2.
Faktor
pendidik
Dalam hal ini kita dapat membedakan
pendidikan itu menjadi 3 kategori yaitu:
a.
Pendidik
menurut kodrati, yaitu orang tua dan
b.
Pendidik
menurut jabatan yaitu guru
3.
Faktor
peserta didik
Dalam
hal ini yaitu, orang yang menerima pengaruh dari sesorang atau sekelompok orang
yang menjalankan kegiatan pendidikan. Peserta didik sebagai manusia yang belum
dewasa merasa tergantung kepada pendidikannya, peserta didik merasa bahwa ia
memiliki kekurangan-kekurangan tertentu, ia menyadari bahwa kemampuan masih
sangat terbatas dibandingkan dengan kemampuan pendidiknya.
4.
Faktor
alat pendidikan
Yang
dimaksud dengan alat pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja
diadakan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan tertentu. Alat pendidikan
merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi mencapai
tujuan pendidikan yang diinginkan.
5.
Faktor
metode pendidikan
Agar
interaksi dapat berlangsung baik dan tercapai tujuan, maka disamping dibutuhkan
pemilihan materi pendidikanyang tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula.
Metode adalah cara menyampaikan materi untuk mencapai tujuan pendidikan.
6.
Faktor
lingkungan
Faktor
lingkungan adalah yang meliputi kondisi dan alam dunia yang dengan cara-cara
tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan manusia. Meskipun
lingkungan tidak bertangung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun
merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar
terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal dalam suatu lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan
mempengaruhi anak.
Jadi dalam hal ini suatu tujuan sebagai
faktor pendidikan juga berperan sangat penting dalam pendidikan, karena pada
dasarnya pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu agar
tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Karena harapan itu ada pada setiap
individu, dan sesorang yang memiliki harapan tentunya harus tau pula apa yang
seyogyanya harus ia ketahui dan apa yang harus ia lakukan.
Harapan itu ada pada setiap diri
individu, dan setiap individu harus mengetahui apa yang memang seharusnya ia
ketahui, adapun beberapa hal yang mungkin tidak dapat diketahui oleh seseorang
seperti halnya, hati seseorang, takdir, kematian, dan jodoh. Setiap individu
juga harus tahu apa yang dapat ia lakukan untuk mencapai tujuan yang ia
harapkan, dan harapan itu dimiliki oleh diri manusia. Berbicara manusia, siapa
sih manusia itu? Atau “What is man?” pengertian manusia menurut Kees Bertens,
manusia adalah setiap makhluk yang terdiri dari dua unsur yang satuannya tidak
dapat dinyatakan dalam bentuk apapun.
Dalam kehidupan manusia tentunya
harus mempelajari apa itu filsafat, dan apa saja manfaat dari mempelajari
filsafat dan mengetahui apa saja yang di persoalkan dalam filsafat. Adapun
pengertian filsafat menurut Al farabi adalah, ilmu pengetahuan tentang sifat
bagaimanasifat sesungguhnya dari kebenaran. Jadi dalam filsafat ini mempelajari
halhal sesuai dengan kebenaranya atau sesuai dengan faktanya. Dengan kita
memahami apa itu filsafat maka akan ada manfaat yang dapat kita ambil contohnya,
filsafat mengjarkan kepada kita untuk mengerti tentang diri sendiri dan dunia,
manfaat belajar filsafat akan membantu memahami diri sendiri dan sekeliling
dengan pertanyaan-pertanyaan dasar, filsafat juga dapat mengasah kemampuan kita
dalam melakukan penalaran, penalaran disini akan membedakan argument,
meyampaikan pedapat baik lisan maupun tulisan, melihat segala sesuatu dengan
sudut pandang yang lebih luas dan berbeda. Setelah kita mengetahui apa itu
filsafat dan dapat merasakan manfaat dari mempelajari filsafat maka kita juga
akan mengetahui apa saja yang dipersoalkan dalam filsafat, yang dipersoalkan
dalam filsafat seperti halnya menurut pendapat Immanuel kant dimana ia
merumuskan 4 hal yang di persoalkan di dalam filsafat yang sudah saya sebutkan
di atas yaitu, “What my I hope?, What can
I know?, What should I do?, and What is man?”
Setelah memahami hal di aas kita
juga harus memahami apa itu filsafat dan apa yang ada pada filsafat, manusia juga
harus memahami apa itu filsafat pendidikan, hubungan filsafat dengan ilmu
pengetahuan dan sebagainya karena manusia harus tetap mencari, mengetahui dan
melakukan apa yang menjdi harapan sehingga harapan itu dapat tercapai dengan
mengetahui apa itu filsafat pendidikan. Karena filsafat pendidikan juga sangan
penting dan ada kaitannya antara filsafat dengan filsafat pendidikan. Filsafat
pendidikan menurut Jhon Dewey, filsafat pendidikan adalah suatu pembentukan
kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya fikir (intelektual)
maupun daya perasaan (emosional), menuju tabiat manusia. Filsafat pendidikan
juga tentunya memiliki manfaat yang baik untuk individu, seperti yang
dikemukakan oleh para tokoh yang terkenal yang berasal dari yunani kuno seperti
aristoteles, manfaat filsafat pendidikan diantaranya adalah, menjadi salah satu
landasan dalam perkembangan ilmu pendidikan, menjadi landasan dari kebijakan
mengenai program pendidikan, menjadi landasan untuk berkarya dan juga mengabdi
di bidang pendidikan, memberikan pemahaman yang menyeluruh mengenai dunia pendidikan
dan lain sebagainya. Dan adapun hubungan antara filsafat dengan filsafat
pendidikan. Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani philosophia.
Philos berarti suka, cinta, atau kecenderungan pada sesuatu, sedangkan Sophia
artinya kebijaksanaan. Dengan demikian, secara sederhana, filsafat dapat
diartikan cinta atau kecenderungan pada kebijaksanaan.
Ada beberapa definisi filsafat
yang telah diklasifikasikan berdasarkan watak dan fungsinya sebagai berikut:
a.
Filsafat
adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara tidak kritis (arti informal).
b.
Filsafat
adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
sangat kita junjung tinggi (arti formal).
c.
Filsafat
adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Artinya filsafat berusaha
untuk mengkombinasikan hasil bermacam-macam sains dan pengalaman kemanusiaan
sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam (erti spekulatif)
d.
Filsafat
adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan
konsep. Corak filsafat yang demikian ini dinamakan juga logosentrisme.
e.
Filsafat
adalah sekumpulan problema yang langsung, yang mendapat perhatian dari manusia
dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.
Filsafat bisa dimengerti dan
dilakukan melalui banyak cara, sehingga berlaku prinsip “Variis modis bene
fit”, dapat berhasil melalui banyak cara yang berbeda. Bertens menengarai ada
beberapa gaya berfilsafat. Pertama, berfilsafat yang terkait erat dengan sastra.
Artinya, sebuah karya filsafat dipandang melalui nilai-nilai sastra tinggi.
Contoh: Sartre tidak hanya dikenal sebagai penulis karya filsafat, tetapi juga
seorang penulis novel, drama, scenario film. Bahkan beberapa filsuf pernah
meraih hadiah Nobel untuk bidang kesusasteraan. Kedua, berfilsafat yang
dikaitkan dengan social politik.
Di sini, filsafat sering
dikaitkan dengan praksis politik. Artinya sebuah karya filsafat dipandang
memiliki dimensi-dimensi ideologis yang relevan dengan konsep negara. Filsuf
yang menjadi primadona dalam gaya berfilsafat semacam ini adalah Karl Marx
(1818-1883) yang terkenal dengan ungkapannya: “Para filsuf sampai sekarang
hanya menafsirkan dunia. Kini tibalah saatnya untuk mengubah dunia”. Ketiga,
filsafat yang terkait erat dengan metodologi. Artinya para filsuf menaruh
perhatian besar terhadap persoalan-persoalan metode ilmu sebagaimana yang
dilakukan oleh Descartes dan Karl Popper. Descartes mengatakan bahwa untuk
memperoleh kebenaran yang pasti kita harus mulai meragukan segala sesuatu.
Sikap yang demikian itu dinamakan skeptis metodis. Namun pada akhirnya ada satu
hal yang tidak dapat kita ragukan, yakni kita yang sedang dalam keadaan
ragu-ragu, Cogito Ergo Sum. Keempat, berfilsafat yang berkaitan dengan kegiatan
analisis bahasa. Kelompok ini dinamakan mazhab analitika bahasa dengan
tokoh-tokohnya antara lain: G.E Moore, Bertrand Russel, Ludwig Wittgenstein,
Gilbert Ryle, dan John Langshaw Austin. Corak berfilsafat yang menekankan pada
aktivitas analisis bahasa ini dinamakan logosentrisme. Tokoh sentral mazhab
ini, Wittgenstein mengatakan bahwa filsafat secara keseluruhan adalah kritik
bahasa. Tujuan utama filsafat ini adalah untuk mendapatkan klarifikasi logis
tentang pemikiran. Filsafat bukanlah seperangkat doktrin, melainkan suatu
kegiatan. Kelima, berfilsafat yang dikaitkan dengan menghidupkan kembali
pemikiran filsafat di masa lampau. Di sini, aktifitas filsafat mengacu pada
penguasaan sejarah filsafat.
Dalam hal ini, mempelajari
filsafat yang dipandang baik adalah dengan mengkaji teks-teks filosofis dari
para filsuf terdahulu. Keenam, masih ada gaya filsafat lain yang cukup
mendominasi pemikiran banyak orang, terutama di abad keduapuluh ini yakni
berfilsafat dikaitkan dengan filsafat tingkah laku atau etika. Etika dipandang
sebagai satu-satunya kegiatan filsafat yang paling nyata, sehingga dinamakan
juga praksiologis, bidang ilmu prkasis.
Sedangkan filsafat pendidikan adalah,
dimana Pandangan fislafat pendidikan sama dengan perananya merupakan landasan
filosofis yang menjiwai seluruh kebijaksanaan pelaksanaan pendidikan. Dimana
landasan filsofis merupakan landasan yang berdasarkan atas filsafat. Landasan
filsafat menalaah sesautu secara radikal, menyeluruh, dan konseptual tentang
religi dan etika yang bertumpu pada penalran. Oleh karena itu antara filsafat
dengan pendidikan sangat erat kaitannya, dimana filsafat mencoba merumuskan
citra tentang manusia dan masyarkaat sedangkan pendidikan berusahan mewujudkan
citra tersebut.
Pendidikan adalah upaya
mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik
potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat
berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan
universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan,
kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai
masalah-masalah pendidikan.
Filsafat mengadakan tinjauan yang
luas mengani realita, maka dikupaslah antara lain pandangan dunia dan pandangan
hidup. Konsep-konsep mengenai ini dapat menjadi landasan penyusunan konsep
tujuan dan metodologi pendidik. Disamping itu, pengalaman pendidik dalam
menuntut pertumbuhan danperkembangan anak akan berhubungan dan berkenalan
dengan realita. Semuanya itu dapat disampaikan kepada flsafat untuk dijadikan
bahan-bahan pertimbangan dan tinjauan untuk memperkembangkan diri.
Adapun hubungan filsafat dengan
filsafat pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut :
a.
Filsafat
mempuyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat pendidikan
objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja
b.
Filsafat hendak memberikan pengetahuan/
pendiidkan atau pemahaman yang lebih mendalam dan menunjukkan sebab-sebab,
tetapi yang tak begitu mendalam
c.
Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat
pendidikan yang khusus, mempersatukan dan mengkoordinasikannya
d.
Lapangan
filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan tetapi sudut
pandangannya berlainan
Dalam menerapkan
filsafat pendidikan, seoran guru sebagai pendidik dia mengharapkan dan
mempunyai hak bahwa ahli-ahli filsafat pendidikan menunjukkan dirinya pda
masalah pendiidkan pad aumumnya serta bagaimna amasalah itu mengganggu pada
penyekolhan yang menyangkut masalah perumusan tujuan, kurkulum, organisasi
sekolah dan sebagainya. Dan para pendidik juga mengahrapkan dari ahli filsafat
pendiidkan suatu klasifikasi dari uraian lebih lanjut dari konsep, argumen
dirinya literatur pendidikan terutam adalam kotraversi pendidikan
sistem-sistem, pengjuian kopetensi minimal dan kesamaan kesepakatan pendidikan.
Brubacher (1950)
mengemukakan tentang hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan, dalam
hal ini pendidikan : bahwa filsafat tidak hanya melahirkan sains atau
pengetahuan baru, melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat
merupakan kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan
dankearifan. Sedangkan filsafat pendidikan merupakan ilmu ayng pad ahakekantya
jawab dari pertanyaa-pertanyaan yagn timbul dalam lapangan pendidkan. Oleh
karen aberisfat filosofis, dengan sendirinya filsafat pendidikan ini hakekatnya
adalah penerapan dari suatu analisa filosofis terhadap lapangan pendidikan.
Selanjutnya adapula tujuan dari
filsafat pendidikan yaitu,
1.
Tujuan
Filsafat Pendidikan Inspirational
Adalah
“ to express utopian ideals for the formal and informal education of human
beings” Atau artinya adalah untuk mengekspresikan tentang pendidikan yang ideal
atau pendidikan yang dicita-citakan.
Contoh
tujuan filsafat pendidikan inspirational antara lain sebagaimana tercermin
dalamm filsaat pendidikan Plato yang termuat dalam karyanya yang berjudul
“Republik” Plato mengekspresikan suatu model pendidikan yang dicita-citakan
atau diidamkan dalam ragka mendidik manusia agar menjadi warga Negara yang
cakap, bertanggung jawab, dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara, sesuai dengan statusnya dan tingkat kebajikan yang
dapat disumbangkannya kepada Negara idaman.
Selain
Plato, J.J Rousseau dalam bukunya “Emile” mengekspresikan tentang pendidikan
yang diidamkan dan dicita-citakan dalam rangka mendidik anak laki-laki. Rouseau
mengemukakan bahwa: “segala sesuatu yang dating dari tangan Tuhan pada awalnya
adalah baik, tetapi segala sesuatu menjadi rusak Karena tangan manusi.
2.
Tujuan
Filsafat Pendidikan Analytical
Adalah
“to descover and interpret meaning in educational discourse and practice” atau artinya adalah tujuan filsafat
pendidikan tiada lain untuk menemukan dan menginterpretasi makna perkataan atau
tulisan mengenai konsep pendidikan dan praktek pendidikan.
Contoh
tujan filsafat pendidikan yang bersifat analytical antara lain sebagaimana
tercermin dalam filsafat pendidikan dikemukakan oleh Israel scheffler’s
berjudul “the language of education”. Edwar J Power mengemukakan bahwa: bahwa
di Amerika serikat karya Israel Schelffer’s dalam karyanya “the language of
education” merupakan sebuah essei filsafat pendidikan yang representative yang
bertujuan analytical. Scheffler’s menggunakan
analisis linguistic untuk menemukan kejelasan idea-idea atau konsep-konsep
dalam literature pendidikan.
3.
Tujuan
Filsafat Pendidikan yang Bersifat Presfective
Adalah
“to give clear and precise directions for educational practice with a commitment
to their implementation” atau tujuan filsafat pendidikan yang bersifat
prespektif tiada lain untuk memberikan kejelasan da arah yang tepat bagi
praktek pendidikan dengan suatu komitmen untuk mengimplimentasikannya. Tujuan
filsafat pendidikan adalah memberikan petunjuk tentang tujuan dan cara-cara
pendidikan yang seharusnya untuk dapat diimplimentasikan.
Contoh
tujuan filsafat pendidikan yang bersifat prespective antara lain sebagaimana
tercermin dalam filsafat pendidikan dari Herbart dalam karyanya “the science of
education”; Hutchin dalam karyanya “The higher learning in america”; dan
Maritain dalam karyanya “education and the crossroads”. Filsafat pendidikan
Herbart antara lain memberikan petunjuk bahwa: moralitas adalah satu dan
keseluruhan pekerjaan pendidikan dan Herbart juga memberikan petunjuk bahwa
mengajar hendaknya didasarkan pada minat dan tahapan yang runtut dan jelas.
Menurutnya bahwa metode pendidikan hendaknya didasarkan kepada psikologi.
4.
Tujuan
Filsafat Pendidikan yang Bersifat Investigations dan Inquiry
Adalah
“to inquire into policies and practices adopted in education with a view to
either justification or reconstrucction” atau tujuan filsafat pendidikan yang
bersifat investigasi dan inkuiri adalah untuk menyelidiki kebijakan-kebijakan
dan praktek-praktek pendidikan untuk menjastifikasi atau merekontruksikannya
kembali.
Contoh
Tujuan filsafat pendidikan yang bersifat investigasi dan inkuiri tercermin
dalam filsafat pendidikan Jhon Dewey dalam karyanya berjudul “Democracy and
Education”
Jadi kesimpulannya dari pemaparan
di atasa adalah, apa yang dapat saya harapkan? atau “ What my I hope?” adalah
sesuatu yang dapat kita harapkan harus menjadi tujuan yang ingin dicapai.
Dan apa yang dapat saya ketahui? Atau “
What can I know?” apa yang dapat kita ketahui adalah sesuatu yang mungkin harus
kita ketahui, yang harus kita ketahui adalah bagaimana caranya mencapai tujuan
dari harapan kita, apa yang dapat kita ketahui? Kita dapat mengetahui apapun
melalui pendidikan atau ilmu pengetahuan. Apa yang seyogyanya saya lakukan?
Atau “ What should I do?” kita dapat
mengetahui apapun melalui pendidikan, dan dari kegiatan itu kita tahu apa yang
harus kita lakukan agar tujuan dari harapan kita dapat tercapai. Selanjutnya
adalah apa atau siapakah manusia itu? Atau “ What is man?’’ manusia adalah diri
kita sendiri, sesorang yang tahu apa harapan dan tujuan kita, apa yang dapat ia
ketahui dan apa yang seyogyanya ia lakukan. Harapan yang menjadi tujuan dapat
dicapai ketika sesorang mengetahui apa
yang harus ia ketahui, hal ini dapat dilakukan melalui proses pendidikan atau
ilmu pengetahuan, dan setelah itu seseorang dapat mengetahui apa yang
seyogyanya harus ia lakukan, oleh karena itu pendidikan sangat pentng bagi
setiap individu. Dalam kehidupan juga kita harus mengetahui beberapa hal, oleh
karena itu mengetahui apa itu filsfat? Adalah hal yang sangat penting. Karena
filsafat juga berhubungan dngan pendidikan.