Minggu, 01 Januari 2017

Filsafat pengetahuan


Ada empat persoalan yang dikemukakan oleh immanuel kant. Yang pertama adalah “What my I hope?” atau “Apa yang dapat saya harapkan?” harapan itu ada pada setiap manusia, setiap orang pasti memiliki harapannya masing-masing dan tentunya harapan itu berbeda satu sama lain. Harapan menurut Allen (1998) menyebutkan teori harapan yang dikembangkan oleh Vroom yang dikenal dengan Vroom's Expectancy Model yaitu bahwa pada umumnya manusia memilih salah satu di antara beberapa alternatif perilaku karena manusia tersebut melakukan antisipasi yang secara khusus akan membawa seseorang kepada hasil sesuatu yang diinginkan dan perilaku yang akan membawanya kepada sesuatu yang tidak diinginkan. Dalam hal ini harapan (expectancy) dipercaya sebagai sesuatu yang diinginkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Adapun faktor-faktor yang dapat membentuk harapan Menurut Horovitz (2000:8) dapat terbentuk oleh empat faktor. Yang pertama adalah kebutuhan, pada dasar nya setiap konsumen yang memiliki kebutuhan selalu berharap agar kebutuhannya dapat dipenuhi oleh produsen sebagai penyedia barang dan jasa. Oleh karena itu produsen harus mengetahui kebutuhan konsumen dengan memberikan pelayanan yang terbaik sehingga harapannya dapat tercapai. Kedua adalah media massa, media adalah sarana promosi yang digunakan maskapai penerbangan untuk bersaing menarik perhatian konsumen dengan memberikan janji-janji pada konsumen. Janji-janji tersebut akan menimbulkan harapan pada konsumen. Ketiga Pengalaman masa lalu, Jika seorang konsumen pernah menikmati layanan yang memuaskan di suatu tempat, maka bila lain kali menggunakan layanan yang sama lagi maka konsumen akan mengharapkan pelayanan yang sama seperti yang pernah dialami. Keempat,  Mulut ke mulut (word of mouth) bila seorang konsumen yang tidak puas pada pelayanan yang diberikan, konsumen akan menceritakan pengalaman buruknya pada teman atau relasinya sehingga teman atau relasi dari konsumen itu tidak akan berharap banyak dari pelayanan yang disajikan atau dengan kata lain tidak akan mencoba menggunakan pelayanan tersebut nantinya. Sebaliknya, bila konsumen sudah merasa puas akan pelayanan yang diberikan, maka mereka akan menceritakan pengalamannya tersebut kepada teman atau relasinya sehingga teman atau relasi ini akan menggunakan pelayanan tersebut dan berharap mendapat pengalaman yang menyenangkan juga.

            Selain faktor-faktor kebutuhan di atas, adapula faktor-faktor harapan Menurut Horovitz (2000:3-7), persepsi dipengaruhi oleh tiga faktor, yakni Faktor Psikologis, Faktor psikologis akan membuat perubahan dalam persepsi konsumen. Perubahan yang dimaksudkan termasuk memori, pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai yang dianggap konsumen penting dan berguna. Kedua, Faktor Fisik, Faktor ini akan mengubah persepsi konsumen melalui apa yang konsumen lihat dan rasakan. Faktor fisik dapat memperkuat atau malah menghancurkan persepsi konsumen terhadap kualitas layanan yang diberikan oleh perusahaan. Ketiga, Image yang terbentukImage yang dimaksud disini adalah image konsumen  terhadap perusahaan atau produk. Lebih lanjut menurut Kotler, Bowen & Makens (1999:263), ketika terjadi persaingan antara 2 merek produk yang sama, konsumen bisa melihat perbedaan melalui image dari perusahaan atau merek itu sendiri. Oleh karena itu perusahaan harus mampu menciptakan image yang akan membedakannya dari pesaing. Menciptakan image yang kuat dan berbeda memerlukan kreativitas dan kerja keras. Image yang sudah tercipta harus didukung oleh segala sesuatu yang dilakukan dan dikatakan oleh perusahaan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara harapan dan persepsi. Harapan dan persepsi pada akhirnya akan menentukan tingkat kepuasan konsumen terhadap suatu pelayanan. Setelah menikmati pelayanan yang diberikan, konsumen akan membandingkan antara harapan dan persepsi mereka tentang pelayanan tersebut.

Jadi pada intinya, suatu harapan itu harus menjadi tujuan yang ingin dicapai, dan apa sih tujuan yang harus kita capai? Meskipun harapan setiap individu itu berbeda satu sama lain akan tetapi tujuan untuk menjadi oang yang benar pasti ada pada harapan setiap orang. Dan bagaimana agar kita menjadi manusia atau individu yang benar?  “what can I know?” atau “Apa yang dapat saya ketahui?” banyak hal yang dapat kita ketahui, dan banyak hal yang dapat kita pelajari melalui pengetahuan atau pendidikan. Pendidikan menurut Gunning dan Kohnstamm yaitu pendidikan adalah proses pembentukan hati urani. Sebuahpembentukan danpenentuan diri secara etis yang sesuai dengan hati nurani. Sedang kan pengertian pendidikan menurut Carter.V. God pendidikan adalah proses perkembangan kecakapan individu dalam sikap dan prilaku bermasyarakat. Proses sosial dimana seseorang dipengaruhi oleh suatu lingkungan yang terorganisir, seperti rumah atau sekolah,sehingga apat mencapai perkembangan diri dan kecakapan sosial. Adapula pengertian pendidikan menurut Martinus Jan Langeveld, yaitu pendidikan adalah upaya enolng anak untuk dapat melakukan tugas hidupnya secara mandiri supaya dapat bertanggung jawab secara susila. Pendidikan merupakan usaha manusia dewasa dalam membiming manusia yang belum dewasa menuju kedewasaan. Berdasarkan pengertian pendidikan yang dikemukakan oleh bebrapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan itu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai tujuan yang akan di tuju dengan harapan semua tujuan yang hendak dicapai akan terwujud sehingga menjadi individu yang lebih baik lagi. Karena dengan pendidikan seorang individu tentu akan memiliki banyak pengetahuan sesuai dengan apa yang ingin ia ketahui atau mengetahui apa yang mungkin tidak di ketahui sehingga apa yang di harapkan dapat menjadi tujuan yang harus dicapai.

Dan setelah kita mengetahui apa yang dapat diharapkan dan apa saja yang harus kita ketahui melalui pendidikan atau ilmu pengetahuan maka kita juga harus tahu apa yang seyogyanya saya lakukan atau “ What should I do?” setelah kita tahu apa yang menjadi harapan atau tujuan kita dan tahu apa yang harus kita ketahui melalui ilmu pendidikan maka kita harus tahu pula apa yang harus kita lakukan untuk mencapai sebuah harapan yang telah menjadi tujuan. Tujuan menurut Ida Nuraida yaitu, tujuan merupakan langkah pertama untuk dalam proses mencapai kesuksesan dan tujuan juga merupakan kunci mencapai kesuksesan. Adapun pengertian tujuan menurut Jemsly H. dan Martani H yaitu, tujuan merupakan sesuatu yang mungkin untuk dicapai, bukan sesuatu yang utopis.  Dimana tujuan adalah sesuatu hal yang ingin dicapai yang dimana hal tersebut adalah suatu harapan yang menjadi tujuan. Tujuan juga dapat dikaitkan dengan pendidikan yaitu, tujuan dapat dijadikan sebagai faktor pedidikan  yaitu:

1.      Faktor tujuan
Setiap kegiatan apapun bentuk dan jenisnya sadar atau tidak tidak sadar selalu diharapkan kepada tujuan yang ingin dicapai. Bagaimanapun segala sesuatu atau usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan mempunyai arti apa-apa, dengan demikian tujuan merupakan faktor yang sangat menentukan. Secara singkat dikatakan bahwa tujuan pendidikan Nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia sutuhnya.

2.      Faktor pendidik
Dalam hal ini kita dapat membedakan pendidikan itu menjadi 3 kategori yaitu:
a.       Pendidik menurut kodrati, yaitu orang tua dan
b.      Pendidik menurut jabatan yaitu guru

3.      Faktor peserta didik
Dalam hal ini yaitu, orang yang menerima pengaruh dari sesorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Peserta didik sebagai manusia yang belum dewasa merasa tergantung kepada pendidikannya, peserta didik merasa bahwa ia memiliki kekurangan-kekurangan tertentu, ia menyadari bahwa kemampuan masih sangat terbatas dibandingkan dengan kemampuan pendidiknya.

4.      Faktor alat pendidikan
Yang dimaksud dengan alat pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan tertentu. Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.

5.      Faktor metode pendidikan
Agar interaksi dapat berlangsung baik dan tercapai tujuan, maka disamping dibutuhkan pemilihan materi pendidikanyang tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula. Metode adalah cara menyampaikan materi untuk mencapai tujuan pendidikan.
6.      Faktor lingkungan

Faktor lingkungan adalah yang meliputi kondisi dan alam dunia yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan manusia. Meskipun lingkungan tidak bertangung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal dalam suatu lingkungan  yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak.

Jadi dalam hal ini suatu tujuan sebagai faktor pendidikan juga berperan sangat penting dalam pendidikan, karena pada dasarnya pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Karena harapan itu ada pada setiap individu, dan sesorang yang memiliki harapan tentunya harus tau pula apa yang seyogyanya harus ia ketahui dan apa yang harus ia lakukan.

Harapan itu ada pada setiap diri individu, dan setiap individu harus mengetahui apa yang memang seharusnya ia ketahui, adapun beberapa hal yang mungkin tidak dapat diketahui oleh seseorang seperti halnya, hati seseorang, takdir, kematian, dan jodoh. Setiap individu juga harus tahu apa yang dapat ia lakukan untuk mencapai tujuan yang ia harapkan, dan harapan itu dimiliki oleh diri manusia. Berbicara manusia, siapa sih manusia itu? Atau “What is man?” pengertian manusia menurut Kees Bertens, manusia adalah setiap makhluk yang terdiri dari dua unsur yang satuannya tidak dapat dinyatakan dalam bentuk apapun.

Dalam kehidupan manusia tentunya harus mempelajari apa itu filsafat, dan apa saja manfaat dari mempelajari filsafat dan mengetahui apa saja yang di persoalkan dalam filsafat. Adapun pengertian filsafat menurut Al farabi adalah, ilmu pengetahuan tentang sifat bagaimanasifat sesungguhnya dari kebenaran. Jadi dalam filsafat ini mempelajari halhal sesuai dengan kebenaranya atau sesuai dengan faktanya. Dengan kita memahami apa itu filsafat maka akan ada manfaat yang dapat kita ambil contohnya, filsafat mengjarkan kepada kita untuk mengerti tentang diri sendiri dan dunia, manfaat belajar filsafat akan membantu memahami diri sendiri dan sekeliling dengan pertanyaan-pertanyaan dasar, filsafat juga dapat mengasah kemampuan kita dalam melakukan penalaran, penalaran disini akan membedakan argument, meyampaikan pedapat baik lisan maupun tulisan, melihat segala sesuatu dengan sudut pandang yang lebih luas dan berbeda. Setelah kita mengetahui apa itu filsafat dan dapat merasakan manfaat dari mempelajari filsafat maka kita juga akan mengetahui apa saja yang dipersoalkan dalam filsafat, yang dipersoalkan dalam filsafat seperti halnya menurut pendapat Immanuel kant dimana ia merumuskan 4 hal yang di persoalkan di dalam filsafat yang sudah saya sebutkan di atas yaitu, “What my I hope?, What can I know?, What should I do?, and What is man?”

Setelah memahami hal di aas kita juga harus memahami apa itu filsafat dan apa yang ada pada filsafat, manusia juga harus memahami apa itu filsafat pendidikan, hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan dan sebagainya karena manusia harus tetap mencari, mengetahui dan melakukan apa yang menjdi harapan sehingga harapan itu dapat tercapai dengan mengetahui apa itu filsafat pendidikan. Karena filsafat pendidikan juga sangan penting dan ada kaitannya antara filsafat dengan filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan menurut Jhon Dewey, filsafat pendidikan adalah suatu pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya fikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju tabiat manusia. Filsafat pendidikan juga tentunya memiliki manfaat yang baik untuk individu, seperti yang dikemukakan oleh para tokoh yang terkenal yang berasal dari yunani kuno seperti aristoteles, manfaat filsafat pendidikan diantaranya adalah, menjadi salah satu landasan dalam perkembangan ilmu pendidikan, menjadi landasan dari kebijakan mengenai program pendidikan, menjadi landasan untuk berkarya dan juga mengabdi di bidang pendidikan, memberikan pemahaman yang menyeluruh mengenai dunia pendidikan dan lain sebagainya. Dan adapun hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan. Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani philosophia. Philos berarti suka, cinta, atau kecenderungan pada sesuatu, sedangkan Sophia artinya kebijaksanaan. Dengan demikian, secara sederhana, filsafat dapat diartikan cinta atau kecenderungan pada kebijaksanaan.

Ada beberapa definisi filsafat yang telah diklasifikasikan berdasarkan watak dan fungsinya sebagai berikut:
a.       Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis (arti informal).
b.      Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi (arti formal).
c.       Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. Artinya filsafat berusaha untuk mengkombinasikan hasil bermacam-macam sains dan pengalaman kemanusiaan sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam (erti spekulatif)
d.      Filsafat adalah analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. Corak filsafat yang demikian ini dinamakan juga logosentrisme.
e.       Filsafat adalah sekumpulan problema yang langsung, yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.

Filsafat bisa dimengerti dan dilakukan melalui banyak cara, sehingga berlaku prinsip “Variis modis bene fit”, dapat berhasil melalui banyak cara yang berbeda. Bertens menengarai ada beberapa gaya berfilsafat. Pertama, berfilsafat yang terkait erat dengan sastra. Artinya, sebuah karya filsafat dipandang melalui nilai-nilai sastra tinggi. Contoh: Sartre tidak hanya dikenal sebagai penulis karya filsafat, tetapi juga seorang penulis novel, drama, scenario film. Bahkan beberapa filsuf pernah meraih hadiah Nobel untuk bidang kesusasteraan. Kedua, berfilsafat yang dikaitkan dengan social politik.

Di sini, filsafat sering dikaitkan dengan praksis politik. Artinya sebuah karya filsafat dipandang memiliki dimensi-dimensi ideologis yang relevan dengan konsep negara. Filsuf yang menjadi primadona dalam gaya berfilsafat semacam ini adalah Karl Marx (1818-1883) yang terkenal dengan ungkapannya: “Para filsuf sampai sekarang hanya menafsirkan dunia. Kini tibalah saatnya untuk mengubah dunia”. Ketiga, filsafat yang terkait erat dengan metodologi. Artinya para filsuf menaruh perhatian besar terhadap persoalan-persoalan metode ilmu sebagaimana yang dilakukan oleh Descartes dan Karl Popper. Descartes mengatakan bahwa untuk memperoleh kebenaran yang pasti kita harus mulai meragukan segala sesuatu. Sikap yang demikian itu dinamakan skeptis metodis. Namun pada akhirnya ada satu hal yang tidak dapat kita ragukan, yakni kita yang sedang dalam keadaan ragu-ragu, Cogito Ergo Sum. Keempat, berfilsafat yang berkaitan dengan kegiatan analisis bahasa. Kelompok ini dinamakan mazhab analitika bahasa dengan tokoh-tokohnya antara lain: G.E Moore, Bertrand Russel, Ludwig Wittgenstein, Gilbert Ryle, dan John Langshaw Austin. Corak berfilsafat yang menekankan pada aktivitas analisis bahasa ini dinamakan logosentrisme. Tokoh sentral mazhab ini, Wittgenstein mengatakan bahwa filsafat secara keseluruhan adalah kritik bahasa. Tujuan utama filsafat ini adalah untuk mendapatkan klarifikasi logis tentang pemikiran. Filsafat bukanlah seperangkat doktrin, melainkan suatu kegiatan. Kelima, berfilsafat yang dikaitkan dengan menghidupkan kembali pemikiran filsafat di masa lampau. Di sini, aktifitas filsafat mengacu pada penguasaan sejarah filsafat.

Dalam hal ini, mempelajari filsafat yang dipandang baik adalah dengan mengkaji teks-teks filosofis dari para filsuf terdahulu. Keenam, masih ada gaya filsafat lain yang cukup mendominasi pemikiran banyak orang, terutama di abad keduapuluh ini yakni berfilsafat dikaitkan dengan filsafat tingkah laku atau etika. Etika dipandang sebagai satu-satunya kegiatan filsafat yang paling nyata, sehingga dinamakan juga praksiologis, bidang ilmu prkasis.

Sedangkan filsafat pendidikan adalah, dimana Pandangan fislafat pendidikan sama dengan perananya merupakan landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijaksanaan pelaksanaan pendidikan. Dimana landasan filsofis merupakan landasan yang berdasarkan atas filsafat. Landasan filsafat menalaah sesautu secara radikal, menyeluruh, dan konseptual tentang religi dan etika yang bertumpu pada penalran. Oleh karena itu antara filsafat dengan pendidikan sangat erat kaitannya, dimana filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarkaat sedangkan pendidikan berusahan mewujudkan citra tersebut.

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.

Filsafat mengadakan tinjauan yang luas mengani realita, maka dikupaslah antara lain pandangan dunia dan pandangan hidup. Konsep-konsep mengenai ini dapat menjadi landasan penyusunan konsep tujuan dan metodologi pendidik. Disamping itu, pengalaman pendidik dalam menuntut pertumbuhan danperkembangan anak akan berhubungan dan berkenalan dengan realita. Semuanya itu dapat disampaikan kepada flsafat untuk dijadikan bahan-bahan pertimbangan dan tinjauan untuk memperkembangkan diri.

Adapun hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut :

a.       Filsafat mempuyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat pendidikan objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja
b.       Filsafat hendak memberikan pengetahuan/ pendiidkan atau pemahaman yang lebih mendalam dan menunjukkan sebab-sebab, tetapi yang tak begitu mendalam
c.        Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus, mempersatukan dan mengkoordinasikannya
d.      Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan tetapi sudut pandangannya berlainan

Dalam menerapkan filsafat pendidikan, seoran guru sebagai pendidik dia mengharapkan dan mempunyai hak bahwa ahli-ahli filsafat pendidikan menunjukkan dirinya pda masalah pendiidkan pad aumumnya serta bagaimna amasalah itu mengganggu pada penyekolhan yang menyangkut masalah perumusan tujuan, kurkulum, organisasi sekolah dan sebagainya. Dan para pendidik juga mengahrapkan dari ahli filsafat pendiidkan suatu klasifikasi dari uraian lebih lanjut dari konsep, argumen dirinya literatur pendidikan terutam adalam kotraversi pendidikan sistem-sistem, pengjuian kopetensi minimal dan kesamaan kesepakatan pendidikan.

Brubacher (1950) mengemukakan tentang hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan, dalam hal ini pendidikan : bahwa filsafat tidak hanya melahirkan sains atau pengetahuan baru, melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat merupakan kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan dankearifan. Sedangkan filsafat pendidikan merupakan ilmu ayng pad ahakekantya jawab dari pertanyaa-pertanyaan yagn timbul dalam lapangan pendidkan. Oleh karen aberisfat filosofis, dengan sendirinya filsafat pendidikan ini hakekatnya adalah penerapan dari suatu analisa filosofis terhadap lapangan pendidikan.

Selanjutnya adapula tujuan dari filsafat pendidikan yaitu,
1.      Tujuan Filsafat Pendidikan Inspirational
Adalah “ to express utopian ideals for the formal and informal education of human beings” Atau artinya adalah untuk mengekspresikan tentang pendidikan yang ideal atau pendidikan yang dicita-citakan.

Contoh tujuan filsafat pendidikan inspirational antara lain sebagaimana tercermin dalamm filsaat pendidikan Plato yang termuat dalam karyanya yang berjudul “Republik” Plato mengekspresikan suatu model pendidikan yang dicita-citakan atau diidamkan dalam ragka mendidik manusia agar menjadi warga Negara yang cakap, bertanggung jawab, dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, sesuai dengan statusnya dan tingkat kebajikan yang dapat disumbangkannya kepada Negara idaman.

Selain Plato, J.J Rousseau dalam bukunya “Emile” mengekspresikan tentang pendidikan yang diidamkan dan dicita-citakan dalam rangka mendidik anak laki-laki. Rouseau mengemukakan bahwa: “segala sesuatu yang dating dari tangan Tuhan pada awalnya adalah baik, tetapi segala sesuatu menjadi rusak Karena tangan manusi.

2.      Tujuan Filsafat Pendidikan Analytical
Adalah “to descover and interpret meaning in educational discourse and practice”  atau artinya adalah tujuan filsafat pendidikan tiada lain untuk menemukan dan menginterpretasi makna perkataan atau tulisan mengenai konsep pendidikan dan praktek pendidikan.

Contoh tujan filsafat pendidikan yang bersifat analytical antara lain sebagaimana tercermin dalam filsafat pendidikan dikemukakan oleh Israel scheffler’s berjudul “the language of education”. Edwar J Power mengemukakan bahwa: bahwa di Amerika serikat karya Israel Schelffer’s dalam karyanya “the language of education” merupakan sebuah essei filsafat pendidikan yang representative yang bertujuan analytical.  Scheffler’s menggunakan analisis linguistic untuk menemukan kejelasan idea-idea atau konsep-konsep dalam literature pendidikan.

3.      Tujuan Filsafat Pendidikan yang Bersifat Presfective
Adalah “to give clear and precise directions for educational practice with a commitment to their implementation” atau tujuan filsafat pendidikan yang bersifat prespektif tiada lain untuk memberikan kejelasan da arah yang tepat bagi praktek pendidikan dengan suatu komitmen untuk mengimplimentasikannya. Tujuan filsafat pendidikan adalah memberikan petunjuk tentang tujuan dan cara-cara pendidikan yang seharusnya untuk dapat diimplimentasikan.

Contoh tujuan filsafat pendidikan yang bersifat prespective antara lain sebagaimana tercermin dalam filsafat pendidikan dari Herbart dalam karyanya “the science of education”; Hutchin dalam karyanya “The higher learning in america”; dan Maritain dalam karyanya “education and the crossroads”. Filsafat pendidikan Herbart antara lain memberikan petunjuk bahwa: moralitas adalah satu dan keseluruhan pekerjaan pendidikan dan Herbart juga memberikan petunjuk bahwa mengajar hendaknya didasarkan pada minat dan tahapan yang runtut dan jelas. Menurutnya bahwa metode pendidikan hendaknya didasarkan kepada psikologi.

4.      Tujuan Filsafat Pendidikan yang Bersifat Investigations dan Inquiry
Adalah “to inquire into policies and practices adopted in education with a view to either justification or reconstrucction” atau tujuan filsafat pendidikan yang bersifat investigasi dan inkuiri adalah untuk menyelidiki kebijakan-kebijakan dan praktek-praktek pendidikan untuk menjastifikasi atau merekontruksikannya kembali.

Contoh Tujuan filsafat pendidikan yang bersifat investigasi dan inkuiri tercermin dalam filsafat pendidikan Jhon Dewey dalam karyanya berjudul “Democracy and Education”

Jadi kesimpulannya dari pemaparan di atasa adalah, apa yang dapat saya harapkan? atau “ What my I hope?” adalah sesuatu yang dapat kita harapkan harus menjadi tujuan yang ingin dicapai. Dan  apa yang dapat saya ketahui? Atau “ What can I know?” apa yang dapat kita ketahui adalah sesuatu yang mungkin harus kita ketahui, yang harus kita ketahui adalah bagaimana caranya mencapai tujuan dari harapan kita, apa yang dapat kita ketahui? Kita dapat mengetahui apapun melalui pendidikan atau ilmu pengetahuan. Apa yang seyogyanya saya lakukan? Atau “ What should I do?”  kita dapat mengetahui apapun melalui pendidikan, dan dari kegiatan itu kita tahu apa yang harus kita lakukan agar tujuan dari harapan kita dapat tercapai. Selanjutnya adalah apa atau siapakah manusia itu? Atau “ What is man?’’ manusia adalah diri kita sendiri, sesorang yang tahu apa harapan dan tujuan kita, apa yang dapat ia ketahui dan apa yang seyogyanya ia lakukan. Harapan yang menjadi tujuan dapat dicapai ketika sesorang mengetahui  apa yang harus ia ketahui, hal ini dapat dilakukan melalui proses pendidikan atau ilmu pengetahuan, dan setelah itu seseorang dapat mengetahui apa yang seyogyanya harus ia lakukan, oleh karena itu pendidikan sangat pentng bagi setiap individu. Dalam kehidupan juga kita harus mengetahui beberapa hal, oleh karena itu mengetahui apa itu filsfat? Adalah hal yang sangat penting. Karena filsafat juga berhubungan dngan pendidikan.