Selasa, 27 Desember 2016

SERTIFIKAT SEMINAR NASIONAL



FILSAFAT ASAP ROKOK

Rokok itu mematikan, rokok itu mengganggu kehamilan, rokok itu menyababkan tidak potensi atau impotensi, rokok itu boros, rokok itu mengganggu kesehatan, “katanya”, tapi bapakku wis 70 tahun ngrokok kok during mati mati yo laterus anake kok tambah okeh, songoe. Tetapi rokok juga menghidupkan, coba kita lihat berapa juta karyawan petani atau yang bersinggungan dengan rokok sampai penjual eceran rokok yang dapat hidup darinya dan dapat menguliahkan atau menyekolahkan anaknya hingga lulus. “mulakne setiap adah rokok ono tulisane peringatan pemerintah tapi kok pabrike ora di bong wae”.

Dalam tulisan ini tidak membicarakan itu, tetapi lebih melihat dan mengamati manusia ketika merokok mulai mereka membuka bungkusnya, mengambil korek, menyulutnya hingga menikmatinya sampai habis. Kita lihat apa yang sebenarnya yang dirasakan perokok ketika dia merokok yang tidak sama sekali merasakan berapa mahalnya, atau melihat apinya akan tetapi dia lebih berkonsentrasi dengan asapnya, perokok ketika sudah berduduk santai dan menyedot rokoknya maka merasa sudah sangat nikmat dan enjoi dubuatnya.

Ternyata perokok sangat menikmati asap-asap yang mereka dapati dari rokoknya yang terbakar tembakaunya, kemudian asapnya di rasakan, dinikmati, dimainkan, kemudian dikelurkan tanpa nengok kanan kira dan efek bahayanya seperti apa yang penting dirinya enjoi. Begitu juga mungkin manusia dalam mengambil atau memutuskan kebenaran, kebijaksanan, keadilan, setelah masuk pada dirinya dirasakan, dinikmati dan setelah rasanya habis dan tidak di butuhkan lagi maka asapnya di buang begitu saja walau orang lain akan merasakan asap yang membahayakan kesehatan, karena perokok pasip lebih bahaya.


Kenikmatan rasa asap sebelum dikeluarkan adalah kenikmatan yang tidak dapat dirasakan oleh orang disekelilingnya walau toh orang lain juga sama–sama merokoknya, setelah menghisap merasakan dan dikelurkan setelah menghisap asap dinikmati dikeluarkan, setelah di sedot dimainkan di buang, waduh nikmatnya. Andai dihari-hari kita dapat menyedot asap-asap alam dan kemudian menikmati, memainkan dan sekaligus merasakan dengan penuh kesadaran dan kemudian kita keluarkan alangkah nikmatnya hidup ini, dengan kita sering menghisap, kemudian merasakan dan menikmatai asap-asap alam ini kemudian kita fikirkan dan kemudian di kelurkan menjadi sebuah asap-asap ide baru, mungkin akan menjadi banyak asap-asap ide yang di keluarkan oleh manusia dan mungkin akan menjadikan dunia semakin luas dan mengasikkan. Asap tidak dibutuhkan, akan tetapi rasa asaplah yang dibutuhkan, asap hanya katalisator, asap hanya perantara, asap hanya medium asap hanya asap tetap bukan rasa asap, rasa asap yang dibutuhkan manusia.

Celengan Ayam dan Filosofi Kesederhanaannya

Sebelumnya saya ingin bertanya,ada nggak sih di antara kalian yang di zaman modern ini masih memiliki celengan (tempat menabung), entah yang terbuat dari plastik atau tanah liat (lempung)?.
Waktu kecil tentu kita sudah diajarkan orang tua untuk membeli celengan dan menyisihkan sisa uang saku di celengan, entah 100 perak atau 500 perak yang penting masuk ke dalam celengan. Ada perasaan bahagia ketika celengan kita semakin berat, berat karena isi di dalamnya kebanyakan koin. Kalau saya sedang ingin membeli sesuatu tetapi tidak mungkin minta kepada orang tua, celengan adalah tempat “mengadu”. Ada perasaan berat kala itu jika celengan harus dibuka/dipecahkan, tetapi karena kebutuhan mendesak alhasil saya mengorek-ngorek isinya dari lubang di atas dan mendapatkan beberapa koin, lumayan :D Semakin dewasa kebanyakan dari kita pasti mengalihkan sarana menabungnya kepada bank alias mempunyai rekening tabungan. Bank menawarkan 2 hal kepada kita: tabungan yang aman dan ber-bunga sehingga celengan mulai ditinggalkan. Entah mengapa di tahun 2011 saya ingin kembali mempunyai celengan terutama dari tanah liat. Sempat keliling keluar masuk pasar dan saya menemukan satu bentuk celengan yang menarik, celengan berbentuk ayam yang rupa dan catnya sangat menarik, harga Rp10.000,- (dari Rp15.000,-).
Sebetulnya, dari bentuknya yang sederhana celengan mempunyai kelebihan yang tidak dipunyai bank, yaitu; Fleksibilitas (dalam pengambilan dan memasukkan uang). Kalau bank, ketika ingin memasukkan uang/menyetor kita mesti mengisi slip setoran dan antri, yang pake mobile banking keluar pulsa dan administrasi ke bank, begitupun sebaliknya jika ingin mengambil uang. Kalau celengan? Setiap detik ia menyediakan dirinya untuk uang kita, berapapun nominal uang kita. Tanpa sapaan dan kata baku yang diucapkan oleh petugas bank, ia (celengan) sudah menydiakan diri bagi untuk dipakai kapan saja. Dulu saya mengkhususkan celengan ini kelak akan mampu membiayai berlibur ke Raja Ampat, meskipun setiap harinya saya berusaha menyisihkan Rp2000,- untuk dimasukkan ke celengan, kadang-kadang bisa menyisahkan uang Rp100.000,-. Pasang target sengaja tinggi biar semangat untuk menyisihkan selalu ada, tidak peduli bisa terwujud atau enggak. Sampai tiba berita bahwa Tim Inter Milan akan mengadakan tur ke Indonesia pada bulan Mei, berita yang tidak saya sangka. Dalam pikiran, mau seberapa besar harga tiket pokoknya harus dapat VIP. Eh taunya tiket VIP di luar hitungan, 6x lipat dari harga kelas 1 yang Rp500.000,-. Alhasil beli tiket kelas 1 saja dan celengan ayam dengan berat hati mesti dipecahkan. Harapan celengan ayam yang bisa membiayai liburan ke Raja Ampat semakin jauh dan saya mulai lagi mencari celengan tanah liat. Ketika mencari di Pasar Suci, orang berkomentar “mana ada yang jual celengan dari tanah liat, sekarang banyaknya plastik mas” tapi toh nyatanya celengan tanah liat masih bisa saya dapatkan. Filosofi kesederhanaan celengan tanah liat yang lain adalah bentuk dan cat-nya. Hal yang mungkin tidak di dapatkan pada celengan kaleng atau plastik. Tangan-tangan pembuat celengan tanah liat adalah tangan yang special; membentuk detail paruh si ayam atau membentuk tubuh katak dan mengecat bagian tersebut dengan telaten dan sabar, hingga mengeringkannya di terik matahari sampai bentuk bermacam-macam hewan sempurna tampilannya. Alat- alat tradisional yang mungkin masih digunakkan turun-temurun semakin menguatkan bahwa celengan tanah liat adalah simbol kesederhanaan. Ia ada setiap detiknya bagi kita, ia tidak akan pernah mengenakan biaya administrasi kepada kita bahkan ia rela menyerahkan “tubuhnya” dihancurkan untuk kemudian diambil isinya. Terakhir, percaya atau tidak kesederhanaan sebuah celengan dapat memberikan kita semacam sugesti agar kita giat mengisinya karena dengan cara itulah, sebuah celengan merasa ia diperhatikan dan dirawat.


Belajar Menjadi Pelangi

Kehidupan setiap orang pasti selalu dipenuhi dengan suka dan duka. Kedua hal tersebut selalu hadir dan memberi warna tersendiri bagi setiap orang dalam menjalani kehidupannya. Hidup tidak akan menjadi monoton, jika mampu memanfaatkan kedua hal tersebut. Sama halnya dengan pelangi yang selalu hadir sehabis hujan dan memberikan keindahan bagi dunia, demikian juga dengan suka dan duka yang memberikan keindahan tersendiri bagi dunia. Setiap warna yang terkandung di dalam pelangi memiliki makna dan rahasia tersendiri. Begitu pula dengan suka dan duka yang memiliki makna dan rahasia tersendiri. Kehidupan kita harus selalu penuh warna, sehingga kita mampu dan tangguh dalam menjalani setiap lembaran cerita hidup kita. Kita harus mampu untuk selalu belajar dari setiap warna kehidupan kita, sehingga kita mampu untuk memberikan keindahan tersendiri bagi kehidupan kita dan orang lain yang ada disekitar kita.

Ada baiknya jika kita belajar menjadi seperti pelangi yang tidak selalu hadir, namun dapat memberikan keindahan yang luar biasa bagi dunia. Keindahan pelangi dapat dinikmati tidak hanya oleh satu orang saja, namun dapat dinikmati oleh semua orang. Begitu pun kehidupan kita harus dapat memberikan keindahan yang dapat dinikmati oleh semua orang yang ada disekitar kita. Dengan demikian kita dapat dikatakan telah berhasil memberikan dampak positif bagi kehidupan orang lain, dan kehidupan kita akan menjadi lebih bermakna. Hal apa pun yang kita lakukan dalam kehidupan ini, ingatlah prinsip pelangi. Kita harus selalu belajar untuk menjadi pelangi. Kita harus dapat memberikan keindahan tersendiri bagi kehidupan orang lain. Kita harus mampu memberikan dampak positif bagi kehidupan orang lain. Pelangi akan selalu menyinari dunia ini, demikian pula dengan kehidupan kita yang akan selalu menyinari kehidupan sesama

Sejarah Cibanten Ciomas Serang Banten

Wahana wisata alam merupakan suatu tempat atau wadah untuk objek pariwisata yang sering banyak di kunjungi oleh pariwisatawan dalam negeri maupun luar negeri. Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak tempat wisata alam dan cagar budaya bersejarah serta objek - objek wisata yang sangat menarik. Sehingga dapat menjadi bahan perhatian atau pilihan warga asing untuk mengunjungi objek wisata yang ada di daerah-daerah indonesia. Khususnya objek wisata alamcibanten (wahana wisata alam pemandian ) tepatnya di desa Suka Bares.kec.ciomas.kab.serang-banten.  Selain menjadi tempat objek wisata pemandian, tempat ini pula memiliki banyak sejarah dan menjadi keramat leluhur bagi masyarakat sekitarnya

Semenjak pada zaman kerajaan sultan banten, cibanten memang sudah ada. Dari riwayat yang kami dapatkan informasinya, cibanten dulu di kenal dengan sumur 1. Tepatnya di kenal dari ke tujuh nama sumur di sekitar wilayah gunung karang (ciomas dan pandeglang) atau sumur tujuh cibanten merupakan sumber air yang paling utama atau terdekat di sekitar lingkungan masyarakat. ( pabuaran dan ciomas). Air sungai dari cibanten pula mengalir sampai ke banten lama ( karang ngantu) dan air sungai inipun akhirnya dapat di manfaatkan juga oleh masyarakat sebagai sumber pertanian.

Cibanten sangat menarik riwayat dan sejarahnya, sampai ketika saya tertarik untuk lebih ingin mengetahui sejarah dan riwatnya. Selain dari pembuatan karya ilmiah, pengetahuan ini pun yang nantinya bisa berguna untuk menambah wawasan dan menjadi bahan pembelajaran agar cagar budaya wisata alam dan sejarahnya bisa kita jaga dan kita lestarikan turun menurun ke re-generasi berikutnya.

Tujuan pembuatan karya ilmiah ini semata untuk menjaga kelestarian budaya dan membantu mengembangkan sejarah ke masyarakat luas. Agar nantinya bisa menjadi bahan untuk pembelajaran komunikasi dan informasi yang baik yang disampaikan ke masyarakat luas.

Cibanten memiliki banyak sejarah misteri pada zaman sebelum kesultanan, tepatnya pada zaman sangkuriang ada sosok seseorang yang di kenal dengan nama Nyi Mas Gamparan (waliulloh) pada saat ini, masyarakat percaya adanya sumber tujuh sumur itu di buat oleh Nyi Mas Gamparan, yang ceritanya di babarkan oleh Nara sumber dari seorang tokoh masyarakat atau juru kunci Cibanten (H.Darwis“juru kunci sumber pintu cibanten”)pada zaman dahulu kala Nyi Mas Gamparan mencari air untuk pengobatan seorang sahabatnya, kemudian ia mencari air tersebut. Dan air tersebut di beri oleh seseorang yang berilmu tinggi dan di percayai orang itu adalah para wali.  Setelah bertemu dan di beri air itu, oleh seseorangkakek, air itu di beri dan ditumpahkan pada tampahan kedua tangannya Nyi Mas Gamparan,  ketika Nyi Mas Gamparan Membawa air itu, tumpahlah setetes demi setetes ke permukaan dan dari tumpahan air itu pula jadilah sebuah sumur.
        Sumur yang pertama yaitu Cibanten, cigewok, talaga, cirampones, ciwasiat, curug nangka,dan terakhir sumur tujuh (puncak gunung karang).  Ke tujuh sumur ini tepatnya berada di wilayah yang berdekatan dengan gunung karang ciomas - pandeglang.

          Dan dimasa kesultanan banten, disaat kerajaan cirebon Syarif Hidayatulloh, pada saat itu cirebon sedang mengalami peperangan dengan kerajaan Majapahit.
Suatu ketika sultan cirebon (Syarif Hidayatulloh) berpikir untuk membuat senjata ketika akan berperang melawan kerajaan Majapahit.  Pada saat itulah sultan cirebon memilih untuk membuat senjata itu di kerajaan banten.
            Setelah jadi gambar senjata tersebut  yang sudah dibuat oleh sultan cirebon,  sultan bergegas menyuruh seorang pengawalnya untuk mengirimkan gambar senjata tersebut ke banten dan memberikan suatu amanah agar dapat menyampaikan pesan ini kepada Empu sekh sepuh / wali jaya (tepatnya di desa ciomas).. setelah seorang pengawalnya  sampai kepada Empu dan menyerahkan gambar senjata dan menyampaikan amanat tersebut, berkatalah seorang Empu sekh sepuh  / wali jaya  kepada seorang pengawal sultan agar ia bisa mengambil kembali senjata itu selama tujuh hari tujuh malam. Bergegaslah seorang pengawal sultan cirebon itu kembali ke kerajaannya (cirebon).
            Dihari terakhir pembuatan senjata itu Empu Sekh Sepuh / Wali Jaya mencuci senjata itu ke tujuh sumur termasuk sumur cibanten yang pertama dan terakhir di puncak gunung karang (sumur tujuh) senjata itu yang dimaksud dengan golok ciomas.
Cerita ini di babarkan oleh seorang nara sumber cucu dari empu yang berasal dari ciomas (Ustadz Uming-gunung sumbul).

Setelah berkembangnya zaman ke zaman yang semakin modern, tempat ini kemudian di jaga dan dilestarikan oleh masyarakat sekitar cibanten. Dan akhirnya tempat ini pun menjadi sumber kehidupan sehari – hari bagi masyarakatnya. Tempat ini konon dipercaya masyarakat sebagai tempat peninggalan keramat dan airnya pun berkhasiat untuk pengobatan. Tidak hanya itu, tempat inipun setiap harinya digunakan warga penduduk sekitar untuk mandi dan banyak juga pengunjung yang datang dari penjuru luar daerah untuk berziarah ke makam keramat tersebut ( Kibuyut Puser Negara). Konon makam tersebut adalah sosok seseorang yang bertapa untuk berilmu dan menjaga sumur ini. Dan pada akhirnya meninggal ditempat itu.

Kemudian masyarakat berinisiatif untuk menjadikan tempat ini sebagai objek kunjungan atau wisata. Dan akhhirnya sumber objek wisata ini di resmikan oleh pemerintah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.
            Tempat ini banyak di kunjungi oleh pariwisatawan dari berbagai daerah pada tahun 1978.  dan para pengunjung yang berdatangan ke tempat ini hanya melakukan pemandian/berenang dan ada pula yang berziarah ke makam keramat kibuyut Puser Negara. pengunjung yang terhitung kunjungannya ketempat ini sebulan mencapai 150 s/d 230 orang perbulannya. Namun setiap pengunjungan 2 tahun sekali tepatnya pada tahun 2001 s/d2007 yang berenang ketempat ini selalu memakan korban  yang tenggelam dari tempat ini.  “ujar seorang sumber yang memberikan informasi”adanya korban tersebut karena sering berkunjung dan melakukan maksiat di tempat ini” oleh karena itu penjaga gaib di tempat ini tidak merasa senang jika kedatangan tamu yang berbuat hal yang tidak lazim tersebut di tempat ini. “begitulah ujarnya”.

Setelah para pengunjung dari luar daerah tahu tempat ini begitu bahayanya sehingga memakan korban akhirnya penurunan pengunjungpun menurun drastis pada tahun 2007 sampai 2011, sampai – sampai satu minggupun pengunjung yang datang kesini terhitung cukup sedikit maksimal 15 sampai 20 orang saja, dan itupun sama sekali jarangnya...
Pada saat itu pula objek wisata inipun tidak begitu terawat kebersihannya dan pemerintah setempatpun kurang memperhatikan lagi tempat objek wisata ini.
Tahun 2011 pertengahan tahun, tempat ini mulai diperhatikan kembali oleh segenap forum aktivis dari kepemudaan (pencinta alam), pada saat itulah mulai kembali di bersihkan lumut – lumut air dan sampah-sampah dari tempat ini. Dan pada saat kegiatan baksos itu pula masyarakat akhirnya bisa tergugahkan hatinya, dan mulai bisa untuk menjaga cagar budaya objek wisata alam ini kembali sampai tahun sekarang.

Pada tahun 2013 pengunjung yang biasanya berkunjung ketempat ini semula berenang akhirnya sekarang melakukan aktivitas kegiatan memancing. Dan sampai sekarang kegiatan pengunjung lebih banyak memancing setiap harinya pengunjung yang berdatangan ketempat ini lebih banyak sebelumnya di banding pada tahun 2011 dan 2013. Pengunjung mencapai 30 sampai 40 perharinya. Sebenarnya masih ada mitos di tempat ini,  mitosnya adalah sesosok ikan besar, setiap harinya kita bisa melihat sosok ikan itu, namun setiap sumur ini di keringkankan oleh seorang pawang air (H.Darwis) yang menutup sumber pintu air cibanten ini, ikan itu sama sekali tidak nampak keberadaannya, walaupun masyarakat sekitar mencari ikan ini sampai ke semak semak yang sama sekali tak terlihat tapi sama sekali tidak diketemukan. Konon ikan ini di percaya masyarakat bisa membawa rezeki atau keberhasilan bagi orang yang percaya melihatnya saja. Ketinggian dan kedalaman volume sungai ini sampai 8 meter dari permukaan dasar tanah, tapi di dasar sampingnya kedalaman sungai ini hanya 1 sampai 2 meter saja.

Pemerintahan Kota Serang

Kota Serang adalah wilayah baru hasil pemekaran, Kab Serang Provinsi Banten. Sebagai ibukota provinsi, kehadirannya adalah sebuah konsekuensi logis dari keberadaan Provinsi Banten. Terdiri dari 5 (enam) kecamatan yaitu; Kecamatan Serang, Kecamatan Kasemen, Kecamatan Walantaka, Kecamatan Curug, Kecamatan Cipocokjaya dan Kecamatan Taktakan, Kota Serang memiliki luas wilayah 266,77 km’ dengan jumlah penduduk sekitar 523.384jiwa dan Batas wilayah. Sebelah Utara yaitu Teluk Bantery Sebelah Timur yaitu Kec. Pontang, Kec. Ciruas dan Kec. Kragilan Kab. Serang, Sebelah Selatan yaitu Kec. Cikeusal, Kec. Petir dan Kec. Baros Kab. Serang, serta Sebelah Barat yaitu Kec. Pabuaran, Kec. Waringin Kurung dan Kec. Kramatwatu Kab. Serang. Dari 6 (enam) kecamatan tersebut terdiri dari 20 Kelurahan dan46 Desa. Kota ini diresmikan pada tanggal 2 November 2007 berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Serang, setelah sebelumnya RUU Kota Serang disahkan pada 17 Juli2007 kemudian dimasukan dalam lembaran Negara Nomor 98 Tahun 2007 dan tambahan lembaran Negara Nomor 4748, tertanegal 10 Agustus 2007. Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten dalam mempercepat terwujudnya Pemerintahan Kota Serang telah mempersiapkan empat kelompok kerja (Pokja) yang akan bekerja sebelum ditetapkannya Penjabat Walikota Serang. Keempat pokja tersebut terdiri dari Pokja Personil, Pokja Keuangarg Pokja Perlengkapanya dan Pokja Partai Politik.

Pembentukan dan susunan personil masing-masing pokja diisi oleh pejabat Pemprov Banten dan Pemkab Serang. Untuk menjalankan roda pemerintahan sebelum diselenggarakan Pilkada, Asisten Daerah (Asda) I Pemprov Banten Asmudji HW akhirnya terpilih sebagai Penjabat Walikota Serang. Asmudji HW terpilih setelah Depdagri menyaring tiga nama calon yang diajukan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah. Asmudji dilantik diJakarta oleh Mendagri pada 02 Nopember2007. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Serang, Pertimbangan pembentukan Kota Serang adalah perlunya peningkatan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan publik guna terwujudnya kesejahteraanmasyarakat.

Pada 5 Desember 2008 melalui pemilihan kepala daerah langsung/ dilantiklah Walikota dan Wakil Walikota Serang definitif. Sejak saat itu hingga 5 (lima) tahun ke depan Kota Serang akan dipimpin oleh duet kepemimpinan H.Bunyamin dan Tb.HaerulJaman yang mengusung visi terwujudnya landasan Kota Serang yang global dan berwawasan lingkungan dan misi Menyiapkan proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kota Serang; Menyiapkan tata pemerintahan yang baik dan benar; Meningkatkan sarana dan prasarana publik yang memadai dan berkualitas; Meningkatkan iklim usaha yang kondusif bagi pelaku ekonomi di berbagai sektor; Meningkatkan kualitas sumber Daya manusia melalui pendidikan formal dan non formal yang terjangkau dan berkualitas; Mewujudkan pelayanan kesehatan dasar gratis bagi masyarakat kurang mampu; Menciptakan sistem pelayanan prima (mudah” murah, cepat, ramah dan berkualitas) dan Mengembangkan nilai-nilai seni dan budaya serta pengembangan pariwisata berwawasan lingkungan.


Buku ini adalah potret sebagian kecil perjalanan Kota Serang selama Tahun 2008 sampai dengan 2010, yang diharapkan dapat jadi representasi keberadaan dan kinerja Pemerintah Kota Serang selta seberapa banyak Pemerintah Kota Serang berkontribusi bagi kemaslahatan masyalakat Kota Serang. Semoga apa yang selalu kita cita-citakan yaitu masyarakat Kota Serang yang lebih baik dan lebih berkualitas dapat segera terwujud, tentunya dengan partisipasi seluruh elemen masyarakat.

Hakikat Kemarahan, Kebencian, Dendam, Iri Hati, Dan penyakit Hati

Dapatkah dendam, sakit hati, perasaan marah, kebencian, iri hati, keserakahan, rasa takut, dan sebagainya dapat lenyap dari batin, dengan jalan melarikan diri dari semua itu atau dengan jalan menekannya? Hal ini penting sekali bagi kita untuk menyelidikinya dan mempelajarinya karena dalam kehidupan kita setiap hari tentu ada saja satu di antara nafsu-nafsu itu muncul di dalam hati kita. Mungkinkah kita terbebas dari semua nafsu itu dengan daya upaya kita?
Dari mana timbulnya nafsu-nafsu seperti dendam, kebencian, marah, iri, serakah, takut dan sebagainya itu? Semua itu timbul dari adanya pikiran yang membentuk si aku dengan keinginannya untuk mengejar kesenangan dan menjauhi kesusahan. Karena si aku ini merasa diganggu, dirugikan baik lahir maupun batin, maka timbullah kemarahan, kebencian dan sebagainya. Karena si aku ini ingin mengejar kesenangan, maka lahirlah keserakahan, iri hati dan sebagainya.
Setelah muncul kemarahan, dari pengalaman atau dari penuturan orang lain, si aku melihat bahwa kemarahan itu tidak akan menguntungkan. Maka timbullah keinginan lain lagi, yaitu keinginan untuk melenyapkan kemarahan! Jelas bahwa yang marah dan yang ingin bebas dari kemarahan itu masih yang itu-itu juga, masih si aku yang ingin senang karena ingin bebas dari kemarahan itupun pada hakekatnya hanya si aku ingin senang, menganggap bahwa bebas marah itu senang atau menyenangkan! Jadi, si marah adalah aku sendiri, dia yang ingin bebas marahpun aku sendiri. Bermacam daya upaya dilakukannya oleh kita untuk bebas dari kemarahan atau kebencian dan sebagainya. Ada yang melarikan diri dari kenyataan itu dengan cara menghibur diri, minum arak sampai mabuk, bersenang-senang sampai mabuk atau mengasingkan diri di tempat sunyi. Ada pula yang mempergunakan kekuatan kemauan untuk menghimpit dan menekan kemarahan yang timbul itu, pendeknya, segala macam daya upaya dilakukan orang untuk membebaskan diri daripada kenyataan, yaitu amarah itu.
Bagaimana hasilnya? Memang nampaknya berhasil, nampak dari luar memang berhasil. Yang marah itu tidak marah lagi oleh penekanan kemauan atau oleh hiburan. Akan tetapi, tak mungkin melenyapkan penyakit dengan hanya menggosok-gosok agar nyerinya berkurang atau lenyap. Karena penyakitnya masih ada, maka rasa nyeri itupun tentu akan timbul kembali! Demikian pula dengan kemarahan, kebencian dan sebagainya. Memang dengan penekanan atau hiburan, kemarahan itu seolah-olah pada lahirnya sudah lenyap, api kemarahan itu seolah-olah sudah padam. Akan tetapi sesungguhnya tidaklah demikian! Api itu masih membara, seperti api dalam sekam, di luarnya tidak nampak bernyala namun di sebelah dalamnya membara masih ada dan sewaktu-waktu akan berkobar lagi. Karena itulah, tercipta lingkaran setan pada diri kita. Marah, disabarkan atau ditekan lagi, marah lagi, ditekan lagi dan seterusnya selama kita hidup!
Mengapa kita tidak hadapi secara langsung segala yang timbul itu? Di waktu timbul marah, timbul benci, timbul iri, timbul takut dan sebagainya. Mengapa, kita lari? Mengapa kita tidak menanggulanginya secara langsung, mengamatinya, menyelidiki dan mempelajarinya secara langsung? Mengapa kita tidak membuka mata dan waspada, penuh kesadaran akan semua itu? Kalau marah timbul dan kita membuka mata penuh kewaspadaan, mengamatinya tanpa ada akal bulus si aku yang ingin merubah, ingin sabar dan sebagainya seperti itu, kalau yang ada hanya kewaspdaan saja, pengamatan saja, maka apakah akan terjadi dengan kemarahan yang timbul itu? Cobalah! Segala pengertian itu tanpa guna kalau tidak disertai penghayatan! Pengertian berarti penghayatan! Tanpa penghayatan maka pengertian itu hanya menjadi pengetahuan kosong belaka, hanya akan menjadi teori-teori usang yang pantasnya hanya disimpan di lemari lapuk untuk hiasan belaka, tidak ada manfaatnya bagi kehidupan. Nah, kalau ada timbul marah, benci, takut dan sebagainya, kita hadapi dan kita buka mata mengamatinya dengan penuh perhatian, penuh kewaspadaan dan kesadaran.

Kemarahan dan dendam timbul karena adanya sang pikiran, si aku yang tersinggung atau dirugikan. Kalau tidak ada si aku yang merasa dirugikan, apakah ada kemarahan itu? Hanya pengamatan dengan penuh kewaspadaan yang akan mendatangkan pengertian yang berarti penghayatan pula, melahirkan tanggapan-tanggapan spontan seketika. Dan pengertian dari pengamatan ini yang akan meniadakan marah atau dendam. Dan tidak adanya marah atau dendam mendekatkan kita kepada kebebasan dan cinta kasih. Dan kalau sudah begitu tidak perlu lagi belajar sabar!

Filsafat dan Persahabatan

Mengapa manusia bersahabat? Apa hakekat atau inti terdalam dari persahabatan yang mewarnai cerita Amir dan Hasan di dalam novel The Kite Runner? Pertanyaan tersebut memang terdengar retoris, namun itulah yang muncul di kepala saya, ketika diminta untuk menuliskan beberapa patah kata mengenai persahabatan. Sejarah filsafat penuh dengan refleksi soal persahabatan. Dan karena psikologi adalah anak kandung filsafat, maka ada baiknya saya memperkenalkan anda dengan sebuah refleksi filsofis tentang persahabatan.

Hakekat Persahabatan

Plato, seorang filsuf yang hidup lebih dari 2400 tahun yang lalu. Dapat juga dikatakan Plato adalah filsuf pertama yang membuka percakapan yang sifatnya rasional dan sistematis di dalam sejarah pemikiran manusia. Apa pendapatnya tentang hakekat persahabatan? Coba kita teliti pandangannya.

Di dalam persahabatan terselip sebuah kata dan konsep luhur yang seringkali digunakan, namun sulit sekali untuk dipahami; cinta. Dapat pula dikatakan pendapat Plato tentang persahabatan terkait dengan pendapatnya soal cinta. Apa itu cinta? Menjawab pertanyaan itu Plato memperkenalkan tiga konsep; philia, eros, dan agape.

Secara singkat philia dan eros adalah jenis cinta yang masih berfokus pada kualitas orang yang dicintai. Misalnya saya mencintai kamu, karena kamu ganteng, cantik, pintar, dan sebagainya. Jadi tindak mencinta (termasuk bersahabat) muncul, karena orang yang dicintai memiliki kelebihan tertentu. Eros biasanya terkait dengan cinta yang melibatkan nafsu seksual. Eros dengan mudah ditemukan pada pasangan yang tengah bercinta.

Bagi Plato tingkat cinta tertinggi adalah agape, yakni cinta yang tidak lagi berfokus pada keunggulan ataupun kehebatan orang yang dicintai, melainkan justru ingin mengembangkan orang yang dicintai untuk mempunyai keunggulan yang sebelumnya tidak ada. Dengan kata lain cinta agape adalah cinta yang membangun. Orientasi utama agape bukanlah kepentingan dan kepuasan diri, melainkan kepentingan dan perkembangan orang yang dicintai. Dengan mudah kita menemukan cinta ini pada ibu yang merawat anaknya dengan penuh kasih sayang, dan seorang suami yang dengan setia dan tulus mencintai istri dan anaknya.

Alasan Persahabatan

Dengan filsafatnya tentang cinta (yang memang menjadi dasar kokoh untuk persahabatan), Plato tetap tidak menjawab pertanyaan mengapa manusia bersahabat. Ia menjelaskan hakekat persahabatan, namun tidak menjelaskan alasan mengapa orang bersahabat. Muridnya yang bernama Aristoteleslah yang akan menjawab pertanyaan ini. Uraiannya tentang persahabatan terdapat di dalam bukunya yang legendaris, Nicomachean Ethics.

Menurut Aristoteles ada tiga alasan orang menjalin persahabatan, yakni kenikmatan (hedonic/pleasure), kegunaan (utility), dan keutamaan (arete/virtue). Artinya sederhana saya bersahabat dengan anda, karena anda memberikan saya kenikmatan (pleasure), seperti bisa diajak diskusi, pintar, suka berbagi ilmu, suka mentraktir saya, suka berpetualang bersama (untuk yang suka jalan-jalan), atau suka membelikan saya barang-barang mewah. Alasan lainnya adalah bahwa saya bersahabat dengan anda, karena anda berguna untuk saya. Ketika menjelang ujian anda mau membagikan ilmu dengan diskusi, atau dengan berteman dengan anda, saya memiliki koneksi lebih banyak, serta motif-motif ‘berguna’ lainnya. Dan alasan ketiga adalah, saya bersahabat dengan anda, karena anda adalah orang yang memiliki keutamaan, seperti anda rendah hati, murah hati, sabar, penyayang, dan sebagainya.

Dari pemaparan di atas dapatlah disimpulkan, bahwa bagi Aristoteles persahabatan tidak pernah sungguh-sungguh murni, karena selalu diwarnai motif-motif di balik persahabatan itu. Namun begitu tidak berarti persahabatan lalu menjadi ternoda. Justru di dalam konsep persahabatan sudah selalu terkandung konsep ‘motif’, yakni motif kenikmatan, kegunaan, dan keutamaan. Persahabatan dan motif tidaklah bisa dipisahkan.


Pandangan Al-Ghazali terhadap Filsafat

Mengenai pandangan al Ghazali, para ilmuwan berpendapat bahwa ia bukan seorang filosof, karena ia menentang dan memerangi filsafat dan membuangnya. Tentangan yang di lontarkan al-Ghazali ini tercermin dari bukunya yang berjudul Tahafut al-Falasifah, yakni sebagai berikut :

”...sumber kekufuran manusia pada saat itu adalah terpukau dengan nama-nama filsuf besar seperti Socrates, Epicurus, Plato, Aristoteles dan lain-lainnya ..., mereka mendengar perilaku pengikut filsuf dan kesesatannya dalam menjelaskan intelektualitas dan kebaikan prinsip-prinsipnya, ketelitian ilmu para filsuf di bidang geometri, logika, ilmu alam, dan telogi ..., mereka mendengar bahwa para filsuf itu mengingkari semua syari’at dan agama, tidak percaya pada dimensi-dimensi ajaran agama. Para filsuf menyakini bahwa agama adalah ajaran-ajaran yang disusun rapi dan tipu daya yang dihiasi keindahan ...”

Jikalau melihat ungkapan di atas, terlihat bahwa al-Ghazali lebih tepat digolongkan dalam kelompok pembangunan agama yang jalan pemikirannya didasarkan pada sumber ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan al-Hadits. Apabila memakai sumber lain dari Islam maka sumber-sumber ini hanya dijadikan sebagai alat untuk maksud menghidupkan ajaran-ajaran agama dan untuk membantu menerangi jalan menuju Allah SWT. Hal ini dikuatkan dengan kitabnya Ihya’Ulum Ad-din. Dalam buku Tahafut al-Falasifah al-Ghazali juga diterangkan tentang keremehan pemikiran-pemikiran filsafat. Sehingga apakah mungkin filsafat justru menghukumi atas dirinya sendiri? Al-Ghazali dengan beberapa kali menyatakan, bahwa tujuan penyusunan buku tersebut untuk menghancurkan filsafat dan menggoyahkan kepercayaan orang terhadap filsafat
Dalam bukunya pula yang berjudul Munqiz min al-Dhalal, al-Ghazali mengelompokkan filsosof menjadi 3 (tiga) golongan:

1.    Filosof Materialis (Dhariyyun)
Mereka adalah para filosof yang menyangkal adanya Tuhan. Sementara itu, kosmos ini ada dengan sendirinya.
2.     Filosof Naturalis (Thabi’iyyun)
Mereka adala para filosof yang melaksanakan berbagai penelitian di alam ini. Melalui penyelidikan-penyelidikan tersebut mereka cukup banyak menyaksikan keajaiban-keajaiban dan memaksa mereka untuk mengakui adanya Maha Pencipta di alam raya ini. Kendatipun demikian, mereka tetap mengingkari Allah dan Rasul-Nya dan Hari berbangkit. Mereka tidak mengenal pahala dan dosa sebab mereka hanya memuaskan nafsu seperti hewan.
3.    Filosof Ke-Tuhanan (Ilahiyun)
Mereka adalah filosof Yunani, sperti Socrates, Plato dan Aristoteles. Aristoteles telah menyanggah pemikiran filosof sebelumnya (Materialis dan Naturalis), namun ia sendiri tidak dapat membebaskan diri dari sia-sia kekafiran dan keherodoksian. Oleh karena itu, ia sendiri termasuk orang kafir dan begitu juga al-Farabi dan Ibnu Sina yang menyebarluaskan pemikiran ini di dunia Islam.



Filosofi Gelas dan Hati


PRANG… !!!

Suara pecahan gelas itu ikut memecahkan keheningan di kantor saat itu..

“astaghfirullah,” katanya lalu memungut pecahan kaca itu..

aku berdiri mematung tak jauh dr tempatnya, masih menormalkan jantungku yg sempat kaget..

Lalu aku ikut memungut pecahan gelas yg kebetulan di dekatku.

“sudah, biar aku saja,” katanya tanpa melihatku.
aku tak bergeming, masih memunguti pecahan kaca di lantai.

tenang saja, seberapa dahulu engkau pernah menyakiti, aku bkn seorang pendendam sperti itu. Anggap saja aku seperti orang asing yg hanya coba membantu.

Bisu.

tiba2 suasana kembali menjadi bisu..
hanya terdengar dentingan pecahan kaca yg dikumpulkan ke dalam sekop.
Lalu tiba2 aku melihat darah yg menetes di lantai… berasal dr tangannya. Mungkin ia terkena pecahan kaca itu tadi.
kali ini aku meliriknya.

Namun ia malah tersenyum.
“sepertinya aku tersindir dengan pecahan kaca ini,”
katanya tiba tiba.

aku memandangnya dgn tatapan heran.
“seperti aku yg memecahkan hatimu, nyatanya aku jg tersakiti.. kau tahu, terkadang yg menyakiti bisa jd jauh lebih tersakiti daripada yg disakiti, ” lanjutnya.
aku berdiri. mengambil sekop yg berisi pecahan kaca itu.

“kau beruntung. Allah ciptakan hati bukan seperti gelas.. walau patah berkali2, Allah selalu punya alasan utk menyembuhkannya kembali,” kataku tegas.

“basuhlah lukamu, lain kali kau harus belajar berhati-hati dlm menggenggam. karena sekali kau rusak, tak mudah utk memperbaikinya kembali,”
lanjutku lagi. lalu berlalu meninggalkannya…

Termikasih Allah, engkau beri kami hati tak serapuh gelas kaca ini,,, 

Filsafat Kacamata


Kacamata adalah salah satu bentuk alat bantu penglihatan bagi manusia. Manusia memiliki kemampuan indra yang terbatas. Karena itu mereka membuat berbagai macam jenis alat untuk bisa melihat berbagai benda yang ada di luar diri manusia dengan lebih jelas. Karena manusia juga tidak bisa melihat benda yang lebih dekat dan lebih jauh alat bantu itu juga sangat berguna. Namun seperti alat alat lain kacamata juga memiliki banyak jenisnya. Ada jenis yang ini dan itu. Sangat beragam dan dengan berbagai kegunaan.
Kacamata juga tidak hanya berbentuk fisik saja. Namun kacamata juga memiliki bentuk yang tidak fisik. Nama dari kacamata tidak fisik ini adalah kacamata pikiran. Kacamata pikiran memiliki kegunaan sama karena dia membuat kita mampu melihat objek-objek secara lebih jelas. Namun tidak melihat dengan mata fisik, lebih kepada melihat dengan mata pikiran. Sama seperti kacamata fisik. Kacamata pikiran memiliki banyak jenis dan fungsinya. Kacamata pikiran ini juga kadang disebut dengan paradigma. Paradigma memberi kita sudut pandang tertentu terhadap suatu masalah. Kacamata pikiran ini membuat kita memandang segala sesuatu dalam suatu bingkai kacamata itu. Warna dunia jadi memiliki warna seperti kacamata tersebut. Kemungkinan hampir semua orang manusia memiliki kacamata ini.
Kita melihat dunia dalam bingkai paradigma yang kita miliki. Bingkai ini diberikan oleh orangtua kita, pendidikan kita, buku-buku yang kita baca. Kita melihat dunia dalam bingkai yang telah disusun oleh budaya kita sendiri. Bahasa sebagai contohnya, bahasa sangat mempengaruhi pola pikir kita terhadap dunia. Seringkali kacamata ini menjadi hanya satu arah dan disebut kacamata kuda. Ini terjadi karena kita tidak menyadari kalau kita sedang memandang sesuatu dari sudut kacamata tertentu.



Senin, 26 Desember 2016

Hakikat Empirisme Sebagai Pengenalan Pengetahuan

Menurut aliran ini manusia itu dilahirkan putih bersih seperti kertas putih, artinya tidak membawa potensi apa-apa. Perkembangan selanjutnya tergantung pada pendidikan dan lingkungan. Aliran empirisme dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan, menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena mempunyai bakat tersendiri, meskipun lingkungan disekitarnya tidak mendukung keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan berasal dari dalam diri yang berupa kecerdasan atau kemauan, anak berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang telah ada dalam dirinya. Meskipun demikian, penganut aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang memandang manusia sebagai makhluk pasif dan dapat diubah, misalnya melalui modifikasi tingkah laku. Hal itu tercermin pada pandangan scientific psychologySkinner ataupun dengan behavioral. Behaviorisme itu menjadikan perilaku manusia tampak keluar sebagai sasaran kajiannya, dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu terutama sebagai hasil belajar semata-mata.
                                                      
Secara epistimologi, istilah empirisme berasal dari kata Yunani yaitu “emperia” yang artinya pengalaman. Berbeda dengan rasionalisme yang memberikan kedudukan bagi rasio sebagai sumber pengetahuan, maka empirisme memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriah maupun pengalaman batiniah. Thomas Hobbes menganggap bahwa pengalaman inderawi sebagai permulaan segala pengenalan. Pengenalan intelektual tidak lain dari semacam perhitungan (kalkulus), yaitu penggabungan data-data inderawi yang sama, dengan cara berlainan. Dunia dan materi adalah objek pengenalan yang merupakan sistem materi dan merupakan suatu proses yang berlangsung tanpa hentinya atas dasar hukum dan mekanisme. Prinsip dan metode empirisme diterapkan pertama kali oleh Jhon Locke, langkah utamanya adalah teori empirisme seperti yang telah diajarkan Bacon dan Hobbes dengan ajaran rasionalisme Descartes. Menurut dia, segala pengetahuan datang dari pengalaman dan tidak lebih dari itu.
           
Sementara menurut David Hume bahwa seluruh isi pemikiran berasal dari pengalaman, yang ia sebut dengan istilah “persepsi”. Menurut Hume persepsi terdiri dari dua macam, yaitu: kesan-kesan dan gagasan. Kesan adalah persepsi yang masuk melalui akal budi, secara langsung, sifatnya kuat dan hidup. Sedangkan gagasan adalah persepsi yang berisi gambaran kabur tentang kesan-kesan. Gagasan ini diartikan dengan cerminan dari kesan.

Jadi empirisme adalah aliran yang menjadikan pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Aliran ini beranggapan bahwa pengetahuan diperoleh melalui pengalaman dengan cara (observasi/pengindraan). Pengalaman merupakan faktor fundamental dalam pengetahuan, ia merupakan sumber dari pengetahuan manusia. Pada dasarnya aliran ini sangat bertentengan dengan rasionalisme.

Rasionalisme mengatakan bahwa pengenalan yang sejati berasal dari rasio, karena itu pengenalan inderawi merupakan suatu bentuk pengenalan yang kabur. Sebaliknya, empirisme berpendapat bahwa pengetahuan yang berasal dari pengalaman sehingga pengenalan inderawi merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna. Seorang yang beraliran empirisme biasanya berpendirian bahwa pengetahuan didapat melalui penampungan yang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua pengetahuan, betapa pun rumitnya, dapat dilacak kembali dan apa yang tidak dapat bukanlah ilmu pengetahuan. Empirisme radikal berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai pada pengalaman inderawi dan apa yang tidak dapat dilacak bukan pengetahuan. Lebih lanjut, penganut empirisme mengatakan bahwa pengalaman tidak lain akibat suatu objek yang merangsang alat-alat inderawi, yang kemudian dipahami didalam otak, dan akibat dari rangsangan tersebut terbentuklah tanggapan-tanggapan mengenai objek yang telah merangsang alat-alat inderawi tersebut. Empirisme memegang peranan yang amat penting bagi pengetahuan. Penganut aliran ini menganggap pengalaman sebagai satu-satunya sumber dasar ilmu pengetahuan. Pengalaman inderawi sering dianggap sebagai pengadilan yang tertinggi.

Aliran empirisme ini dipelopori oleh John Locke, filosof Inggris yang hidup pada tahun 1632-1704. Gagasan pendidikan Locke dimuat dalam bukunya “Essay Concerning Human Understanding” . Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292) dan Thomas Hobes (1588-1679), namun mengalami sistematisi pada dua tokoh berikutnya, John Locke dan David Hume.

Tokoh-tokoh penting dalam aliran empirisme :
a.       Jhon Locke. Lahir di kota Wringtone Kota Somerset Inggris tahun 1632 (meninggal tahun 1704)
b.      David Hume.Lahir di Edinburg, Skotlandia pada 1711. Ia menempuh pendidikan di kota
             kelahirannya.
c.       Francis Bacon. Francis Bacon (1561-1626), lahir di London di tengah-tengah keluarga bangsawan Sir Nicholas Bacon.

Aliran ini menganut paham yang berpendapat bahwa segala pengetahuan, keterampilan dan sikap manusia dalam perkembanganya ditentukan oleh pengalaman (empiris) nyata melalui alat inderanya baik secara langsung berinteraksi dengan dunia luarnya maupun melalui proses pengolahan dalam diri dari apa yang didapatkan secara langsung (Joseph, 2006).
Jadi segala kecakapan dan pengetahuanya tergantung, terbentuk dan ditentukan oleh pengalaman. Sedangkan pengalaman didapatkan dari lingkungan atau dunia luar melalui indra, sehingga dapat dikatakan lingkunganlah yang membentuk perkembangan manusia atau anak didik. Bahwa hanya lingkunganlah yang mempengaruhi perkembangan anak.
John Locke (dalam Joseph: 2006) tak ada sesuatu dalam jiwa yang sebelumnya tak ada dalam indera. Ini berarti apa yang terjadi, apa yang mempegaruhi apa yang membentuk perkembangan jiwa anak didik adalah lingkungan melalui pintu gerbang inderanya yang berarti tidak ada yang terjadi dengan tiba-tiba tanpa melalui proses penginderaan.
Golongan empirisme memiliki pandangan bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman. Hal ini dapat kita lihat seperti dalam masalah berikut. “Bagaimana kita mengetahui api itu panas?” Maka, seseorang empirisme akan berpandangan bahwa api itu panas karena memang dia mengalaminya sendiri dengan menyentuh api tersebut dan memperoleh pengalaman yang kita sebut “panas”. Dengan kata lain, dengan menggunakan alat inderawi peraba kita akan memperoleh pengalaman yang menjadi pengetahuan kita kelak.
John Locke, Bapak Empirisme Britania, mengatakan bahwa pada waktu manusia dilahirkan akalnya merupakan sejenis buku catatan yang kosong (tabula rasa) dan di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman inderawi.


Seluruh sisa pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta memperbandingkan ide-ide yang diperoleh melalui penginderaan serta refleksi yang sederhana tersebut. Ia memandang akal sebagai sejenis tempat penampungan, yang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua pengetahuan kita betapapun rumitnya dapat dilacak kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang pertama-tama. Apa yang tidak dapat atau tidak perlu dilacak kembali secara demikian itu bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang faktual.
Jadi, pengenalan atau pengetahuan diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman adalah awal dari segala pengetahuan, juga awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan diteguhkan oleh pengalaman. Segala pengetahuan diturunkan dari pengalaman. Dengan demikian, hanya pengalamanlah yang memberi jaminan kepastian.



Sabtu, 24 Desember 2016

Tokoh-tokoh dalam Aliran Idealisme

Terdapat beberapa tokoh dalam aliran idealisme, diantaranya adalah:
1.    Plato (428-348 SM)
Dalam perkembangannya, aliran ini ditemui pada ajaran Plato (428-348 SM) dengan teori idenya. Menurutnya, tiap-tiap yang ada di alam mesti ada idenya, yaitu konsep universal dari tiap sesuatu. Alam nyata yang menempati ruangan ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam ide itu. Jadi idelah yang menjadi hakikat sesuatu, menjadi dasar wujud sesuatu.
2.      George Berkeley (1685-1753)
George Berkeley (1685-1753) yang dianggap sebagai Bapak Idealisme modern. Filsafatnya dianggap sebagai titik tolak bagi tendensi idealistik atau tendensi konseptual pada abad-abad terakhir filsafat. Inti idealisme dalam doktrin Berkeley dapat didapatkan dalam ucapannya yang sangat terkenal: “Esse est Percipi”, (untuk ada, berarti mengetahui atau diketahui). Dengan kata lain, sesuatu tak mungkin dinyatakan ada selama sesuatu itu tidak mengetahui atau tidak diketahui. Sesuatu yang mengetahui adalah jiwa, dan sesuatu yang diketahui adalah konsepsi-konsepsi dan gagasan-gagasan yang berada dalam wilayah persepsi dan pengetahuan indrawi. Dengan demikian kita harus percaya adanya jiwa dan gagasan itu. Segala sesuatau yang berada di luar lingkup pengetahuan, yaitu segala sesuatu yang objektif, tidak ada karena tidak diketahui.
Berkeley menyatakan bahwa budi dengan persepsinya adalah satu-satunya kenyataan yang ada. Menurut dia, ‘ada’ berarti ‘atau menjadi objek persepsi budi atau budi yang mempersepsinya’. Menurut dia, objek fisik itu berada  hanya sejauh berada di dalam budi, yaitu sejauh dipersepsi oleh budi. Pandangan ini disebut idealisme. Berkeley menyatakan bahwa pernyataan mengenai objek fisik hanya dapat dimengerti dan dipahami artinya sejauh pernyataan itu dapat ditafsirkan sebagai pernyataan mengenai persepsi orang yang menangkapnya.
3.      Immanuel Kant (1725-1804)
Kant mula-mula mengadakan penyelidikan tentang pengetahuan barang-barang (Ding an sich). Yang kita ketahui ini hanyalah reaksi dari penginderaan kita yang oleh Kant disebut sebagai phenomenen (gejala-gejala). Gejala-gejala yang kita anggap itu diterima oleh indera kita lalu oleh pengamatan indera ini diteruskan kepada akal kita melalui bentuk-bentuk pengamatan ruang dan waktu, kemudia hasil pengamatan itu diterima reaksinya dalam akal kita dan di dalam akal itu terdapat alat-alat pemikiran yang dinamakan kategori-kategori sebagai tempat memasak. Akhirnya dari masakan kategori-kategori itu kita dapatkan gambaran dari apa yang kita rasakan yang kita lihat dan dengar
4.      George wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831)

Hegel sangat mementingkan rasio, akan tetapi, kalau dikatakan demikian kita mengerti maksudnya. Yang dimaksud bukan saja rasio pada manusia perorangan, tetapi juga- bahkan terutama- rasio pada subjek Absolut, karena Hegel pun menerima prinsip idealistis, bahwa realitas seluruhnya harus disetarakan dengan suatu subjek. Suatu dalil Hegel yang kemudian menjadi terkenal berbunyi, “semuanya yang riil bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat riil”.

Hakikat Idealisme Terhadap Pendidikan

Idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada  jiwa (mind) dan roh (spirit). Istilah ini diambil dari kata “idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.Kata idealisme dalam filsafat mempunyai arti yang sangat berbeda dari arti yang biasa dipakai dalam bahasa sehari-hari. Kata idealis itu dapat mengandung beberapa pengertian, antara lain: Seorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya. Orang yang  dapat  melukiskan dan menganjurkan suatu rencana atau program yang belum ada.
Arti falsafi dari kata idealisme ditentukan lebih banyak oleh arti dari kata ide dari pada kata ideal. W.E. Hocking, seorang  idealis mengatakan bahwa kata idea-ism lebih tepat digunakan daripada idealism. Secara ringkas idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda material dan kekuatan. Idealisme menekankan mind sebagai hal yang lebih dahulu (primer) daripada materi.
Jadi idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami kaitannya dengan jiwa dan ruh. Oleh karena itu, tokoh-tokoh teisme yang mengajarkan bahwa materi begantung pada spirit tidak disebut idealis karena mereka tidak menggunakan argumen epistimologi yang digunakan oleh idealisme.
Idealisme juga didefinisikan sebagai suatu ajaran, faham atau aliran yang menganggap bahwa realitas ini terdiri atas ruh-ruh (sukma) atau jiwa, ide-ide dan pikiran atau yang sejenis dengan itu. Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah manusia. Mula-mula dalam filsafat barat barat kita temui dalam bentuk ajaran yang murni dari plato, yang menyatakan bahwa alam idea menyatakan kebenaran yang sebenarnya.
            Dengan demikian kesemuanya tercakup dalam pengertian, bahwa idealisme adalah suatu fikiran metafisika yang mengatakan bahwa pikiran atau roh mempunyai wujud (bentuk) sendiri yang terlepas dari alam semesta dan pikiran atau ide yang menjadi sumbernya.
            Tokoh-tokoh aliran ini adalah: Plato (477-347), B.Spinoza (1632-1677), Liebniz (1685-1753), Berkeley (1685-1753), Imannuel Kant (1724-1881), J. Fitchte (1762-1814), F. Schelling (1755-1854), dan G, Hegel (1770-1831).


Estetika dalam Filsafat


Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang membahas keindahan. Estetika merupakan ilmu yang membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk dan bagaimana agar dapat dirasakannya. Estetika berasal dari bahasa Yunani yaituaisthetike yang berarti segala sesuatu yang diserap oleh indera. Filsafat estetika membahas tentang reflex kritis yang dirasakan oleh indera dan member penilaian terhadap sesuatu, indah atau tidak indah, beauty or ugly. Estetika juga disebut dengan filsafat keindahan.

Filsafat estetika pertama kali dicetuskan oleh filsuf Alekander Gottlieb Baumgarten pada tahun 1735 yang mengungkapkan bahwa estetika adalah cabang ilmu yang dimaknai oleh perasaan. Estetika terdiri dari tiga hal, yaitu:
1.      Studi mengenai fenomena estetis
2.      Studi mengenai fenomena persepsi
3.      Studi mengenai seni sebagai hasil pengalaman estetis

Pada masa realisme, keindahan berarti kemampuan menyajikan sesuatu dalam keadaan apa adanya. Pada masa maraknya de Stijl di Belanda, keindahan berarti kemampuan mengkomposisikan warna dan ruang dan kemampuan mengabstraksi benda. Estetika merupakan bagian dari tiga teori tunggal, yaitu:
1.      Teori tentang kebenaran (efistimologi)
2.      Teori tentang kebaikan dan keburukan (etika)
3.      Teori tentang keindahan (estetika)

Emmanuel Kant meninjau keindahan dari 2 segi, pertama dari sei arti yang subyektif dan kedua dari segi arti yang obyektif.
1.           Dari segi subyektif, Emmanuel Kant memandang keindahan adalah sesuatu yang tanpa direnungkan dan tanpa sangkut paut dengan kegunaan praktis, tetapi mendatangkan rasa senang pada si penghayat.
2.           Dari segi obyektif, Emmanuel Kant berpandangan bahwa keserasian dari suatu obyek terhadap tujuan yang dikandungnya, sejauh obyek ini tidak ditinjau dari segi gunanya.

Bagi Immanuel Kant, sarana kejiwaan yang disebut cita rasa itu berhubungan dengan dicapainya kepuasaan atau tidak dicapainya kepuasaan atas obyek yang diamati. Estetika merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dengan pengalaman kita yang berhubungan dengan seni. Hasil-hasil ciptaan seni didasarkan atas prinsip-prinsip yang dapat dikelompokkan sebagai rekayasa, pola, bentuk, dan sebagainya. Estetika juga dapat menjadi bagian dari pendidikan. Dimana pendidikan  juga memerlukan keindahan dalam setiap aspek.


Rasionalisme dan Pendidikan


Secara etimologis, rasionalisme berasal dari kata bahasa Inggris, yaiturationalism. Kata ini berakar dari kata bahasa Latin yaitu “ratio” yang berarti “akal”. Menurut A.R.Lacey bahwa berdasarkan akar katanya rasionalisme adalah sebuah pandangan yang berpegangan bahwa akal merupakan sumber bagi pengetahuan dan pembenaran. Rasionalisme adalah faham filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika dan analis yang berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran agama. Aliran rasionalisme ini berkemabang paad abad ke-20. Para tokoh aliran rasionalisme diantaranya adalah Descartase (1596-1650 M), Spinoza (1632-1677 M) dan Leibniz (1646-1716 M). Aliran rasionalisme ada dua macam, yaitu dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat.
Dalam bidang agama, aliran rasionalisme adalah lawan dari otoritas dan biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama. Dalam bidang filsafat, rasionalisme adalah lawan dari empirisme dan sering berguna dalam menyusun teori pengetahuan. Dalam karya Descartes, ia menjelaskan pencarian kebenaran melalui metode keragu-raguan yang berjudul “A Discourse on Methode”  mengemukakanperlunya memperhatikan 4 hal berikut:

1.      Kebenaran baru dinyatakan shahih jika telah benar-benar indrawi dan realitasnya telah jelas dan tegas, sehingga tidak ada suatu keraguan apapun yang mampu merobohkannya.
2.       Pecahkanlah setiap kesulitan atau masalah itu sebanyak-banyaknya, sehingga tidak ada suatu keraguan apapun yang mampu merobohkannya.
3.      Bimbinglah pikiran dengan teratur, dengan memulai dari hal yang sederhana dan mudah diketahui, kemudian secar bertahap sampai pada yang paling sulit dan kompleks.
4.       Dalam proses pencarian dan pemeriksaan hal-hal sulit, selamanya harus di buat perhitungan-perhitungan sempurna serta pertimbangan-pertimbangan yang menyeluruh, sehingga diperoleh keyakinan bahwa tak ada satu pun yang mengabaikan atau ketinggalan dalam penjelajahan itu.

Menurut pandangan rasionalisme, rasio merupakan sumber kebenaran. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang kepada kebenaran. Yang benar hanaylah tindakan akal. Karena rasio saja yang dianggap sebagai sumber kebenaran, maka aliran ini disebut rasionalisme. Adapun pengetahuan indera dianggap sering menyesatkan. Dalam sebuah pendidikan, akal menjadi hal utama yang dapat menunjang kelancaran mendapat pengetahuan yang baru. Berpikir benar dan fokus adalah kuncinya.


ALIRAN FILSAFAT NEO-POSITIVISME


Apa sih filsafat itu? Penting ga sih kita belajar filsafat? Mungkin kita akan selalu bertanya seperti itu. Dalam garis besar filsafat adalah suatu ilmu yang benar-benar mengharuskan kita berpikir dari apa yang telah kita ketahui. Dalam filsafat terdapat beberapa aliran, salah satunya adalah aliran filsafat neo-positivisme.

Aliran ini dapat dikatakan sebagai aliran empiris logika, yang artinya berpikir dengan kenyataan dan fakta yang akurat yang benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata berdasarkan pegalaman. Atau bisa dikatakan neo-positivisme adalah aliran yang berpangkal dari apa yang telah diketahui, aktual, dan positif. Karena itu, dalam aliran ini juga berpendapat bahwa filsafat harus dapat memberikan kriteria yang ketat untuk menetapkan apakah sebuah pernyataan adalah benar, salah atau tidak memiliki arti sama sekali.
Sosok yang sangat berperan dalam aliran neo-positivisme adalah August Comte dimana dia adalah penggagas dari aliran Positivisme, yaitu sebuah aliran filsafat Barat yang timbul pada abad XIX dan merupakan kelanjutan dari empirisme.

Neo-positivisme memiliki dua akar utama, yaitu:
1.      Reaksi terhadap aliran metafisika. Neo-positivisme menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Aliran ini lebih mengacu kepada hal-hal yang dapat dibuktikan secara empiris.
2.      Neo-positivisme terletak dalam perkembangan ilmu pasti dan ilmu alam modern.
                                                           
August Comte membagi perkembangan pemikiran manusia ke dalam tiga tahap, yaitu:

1.      Tahap Teologi. Teologi berasal dari kata “theos” yang berarti ‘Tuhan’ dan “logia” yang berarti ‘ucapan’. Yang dimaksud dalam tahap ini adalah tingkat pemikiran manusia menganggap bahwa semua gejala di dunia ini disebabkan oleh hal-hal supernatural. Cara pandang seperti ini tidak dapat diterapkan dalam ilmu pengetahuan. Comte membagi tahap ini menjadi tiga periode, yaitu fetisisme (percaya pada kekuatan benda-benda), politeisme (percaya pada banyak dewa), dan monoteisme (percaya pada satu kekuatan tertinggi).
2.      Tahap Metafisik atau dapat disebut juga tahap transisi dari tahap teologi ke tahap positif. Pada tahap ini manusia menganggap bahwa di dalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan (ditemukan dengan akal budi). Namun disini belum adanya verifikasi.
3.      Tahap Positif atau tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah. Ditahap ini gejala alam dijalaskan secara empiris namun tidak mutlak. Pada tahap ini menerangkan bahwa fakta-fakta yang khusus dihubungkan dengan suatu fakta umum.






MANFAAT BELAJAR SENI BAGI ANAK USIA SD


              Manfaat belajar seni bagi anak, beberapa ahli ilmu jiwa (psikologi) maupun dikalangan cendikiawan pendidikan disebutkan bahwa seni itu dimiliki semua orang.
Secara garis besar maanfaat belajar seni rupa dapat diuraikan :
1.      Seni Rupa Sebagai Bahasa Visual
              Hampir bisa dikatakan bahwa prilaku anak dekat dengan kegiatan berkesenian, tiada hari tanpa gambar atau seni. Berseni merupakan kebutuhan anak dalam :
a.      Mengutarakan pendapat
b.      Berkhayal-berimajinasi
c.      Bermain
d.      Belajar
e.      Memahami bentuk yang ada disekitar anak
f.       Merasakan : Kegembiraan,Kesedihan, dan Rasa Keagamaan
              Dalam proses karya seni, pikiran dan perasaan anak aktif  bahkan pikiran anak bercampur dengan perasaanya. Anak pada usia dini belum dapat membedakan makna befikir dengan merasakan : semua masih menyatu dalam kegiatan bersifat refleksi. Alam pikiran dan perasaan anak ini terungkap dalam karya seni rupa anak.
              Proses komunikasi yang terjadi ketika anak menggambar sebenarnya adalah komunikasi intrapersonal yang egois semua kejadian ingin disatukan dalam gambar anak. Komunikasi ini sebagai bahasa rupa (visual), dimana angan dan pkiran diungkapkan lewat bentuk-bentuk. Bisa saja gambar tesebut menjadi suatu bentuk yang tidak kelihatan karena proses yang tidak terkendali.
2.      Seni Membantu Pertumbuhan Mental
              Pada saat anak ingin menyatakan bentuk yang dipikirkan,dirasakan dan dibayangkan. bentuk-bentuk tersebut hadir bersamaan dengan perkembangan usia mental anak
usia anak sekitar 7 samapai 8 tahun merupakan usia perkembangan penalaran anak, pikiran dan perasaan anak pun mulai memisah.pada pandangan psikiologi humanistik dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
              Teori psikoanalisis menjelaskan bahwa internal faktor sebagai modal awal, seperti : dasar pikiran,perasaan. Biasanya kedua faktor tersebut berjalan saling mempengaruhi secara seimbang. Misalnya : fisik,intelektual, emosional, dam intrapersonal dan didalam jiwa manusia berkembang kognisi,afeksi dan psikomotor yang mempengaruhi mental dan selanjutnya berpengaruh terhadap cara cipta seni rupa.
              Kecerdasan visual yang ada dalam pelajaran seni rupa sebenarnya dibutuhkan oleh anak dalam menanggapi lingkungan. Berarti pelajaran seni adalah upaya untuk memahami sekeliling melalui latihan daya ingat.
3.      Seni Rupa Membantu Belajar Yang Lain
              Secara garis besar peranan pelajaran seni rupa adalah membantu menggembangkan daya nalar anak. Jikalau pendidikan metematika diutamakan mengembangkan daya pikir, pendidikan sejarah mengembangkan persepsi global perkembangan umat manusia maka pendidikan seni rupa melatih perasaan dan wawasan komperehesif melalui pengalaman bentuk.
4.      Seni Sebagai Media Bermain
              Manusia adalah mahluk bermain, hampir setiap saat orang memerlukan kondisi untuk bermain, kegiatan bermain sebenarnya merupakan pencermatan terhadap bentuk, misalnya : keindahan,konstruksi dan teknologi ataupun proses. Proses ini sering dikatakan sebagai proses karya seni, ditinjau dari proses berkarya, cara cipta seni anak berbeda dengan orang dewasa. Berkarya seni rupa sebenarnya merupakan prilaku biasa, seperti berbicara, bermain dan berkhayal.
              Karya seni rupa difungsikan sebagai ungkapan perasaan, keinginan maupun pandangan terhadap dunia sekelilingnya. Beberapa ahli mengatakan bahwa anak bukan orang dewasa berukuran kecil; melainkan seni rupa anak berbeda dengan orang dewasa
Hakikat belajar seni rupa yang mengutamakan beraktifitas mencipta,menuangkan ide,imajinasi sebagai pembinaan cipta. Mengamati,merasakan dan mengapresiasi objek fisik maupun gerak adalah pembinaan rasa. Sedangkan berkarya dengan baik,tepat bentuk, keterampilan mencipta adalah pembina karsa.