Selasa, 27 Desember 2016

FILSAFAT ASAP ROKOK

Rokok itu mematikan, rokok itu mengganggu kehamilan, rokok itu menyababkan tidak potensi atau impotensi, rokok itu boros, rokok itu mengganggu kesehatan, “katanya”, tapi bapakku wis 70 tahun ngrokok kok during mati mati yo laterus anake kok tambah okeh, songoe. Tetapi rokok juga menghidupkan, coba kita lihat berapa juta karyawan petani atau yang bersinggungan dengan rokok sampai penjual eceran rokok yang dapat hidup darinya dan dapat menguliahkan atau menyekolahkan anaknya hingga lulus. “mulakne setiap adah rokok ono tulisane peringatan pemerintah tapi kok pabrike ora di bong wae”.

Dalam tulisan ini tidak membicarakan itu, tetapi lebih melihat dan mengamati manusia ketika merokok mulai mereka membuka bungkusnya, mengambil korek, menyulutnya hingga menikmatinya sampai habis. Kita lihat apa yang sebenarnya yang dirasakan perokok ketika dia merokok yang tidak sama sekali merasakan berapa mahalnya, atau melihat apinya akan tetapi dia lebih berkonsentrasi dengan asapnya, perokok ketika sudah berduduk santai dan menyedot rokoknya maka merasa sudah sangat nikmat dan enjoi dubuatnya.

Ternyata perokok sangat menikmati asap-asap yang mereka dapati dari rokoknya yang terbakar tembakaunya, kemudian asapnya di rasakan, dinikmati, dimainkan, kemudian dikelurkan tanpa nengok kanan kira dan efek bahayanya seperti apa yang penting dirinya enjoi. Begitu juga mungkin manusia dalam mengambil atau memutuskan kebenaran, kebijaksanan, keadilan, setelah masuk pada dirinya dirasakan, dinikmati dan setelah rasanya habis dan tidak di butuhkan lagi maka asapnya di buang begitu saja walau orang lain akan merasakan asap yang membahayakan kesehatan, karena perokok pasip lebih bahaya.


Kenikmatan rasa asap sebelum dikeluarkan adalah kenikmatan yang tidak dapat dirasakan oleh orang disekelilingnya walau toh orang lain juga sama–sama merokoknya, setelah menghisap merasakan dan dikelurkan setelah menghisap asap dinikmati dikeluarkan, setelah di sedot dimainkan di buang, waduh nikmatnya. Andai dihari-hari kita dapat menyedot asap-asap alam dan kemudian menikmati, memainkan dan sekaligus merasakan dengan penuh kesadaran dan kemudian kita keluarkan alangkah nikmatnya hidup ini, dengan kita sering menghisap, kemudian merasakan dan menikmatai asap-asap alam ini kemudian kita fikirkan dan kemudian di kelurkan menjadi sebuah asap-asap ide baru, mungkin akan menjadi banyak asap-asap ide yang di keluarkan oleh manusia dan mungkin akan menjadikan dunia semakin luas dan mengasikkan. Asap tidak dibutuhkan, akan tetapi rasa asaplah yang dibutuhkan, asap hanya katalisator, asap hanya perantara, asap hanya medium asap hanya asap tetap bukan rasa asap, rasa asap yang dibutuhkan manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar