Sabtu, 24 Desember 2016

ALIRAN-ALIRAN TEORI PENDIDIKAN


Sebelum membicarakan aliran dan teori pendidikan, tentunya kita harus memahami terlebih dahulu hakekat pendidikan itu sendiri. Terdapat dua istilah yang mengarah pada pemahaman hakekat pendidikan, yaitu kata paedagogie yang bermakna pendidikan, danpaedagogiek berarti ilmu pendidikan. Terkait paedagogiek atau ilmu pendidikan merupakan ilmu atau teori yang sistematis tentang pendidikan bagi anak, bahkan sampai anak tersebut menuju dewasa.
Pendidikan adalah proses pemartabat manusia menuju puncak optimasi potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimilikinya. Pendidikan merupakan proses membimbing dan melatih, dan memandu manusia keluar dari kebodohan dan pembodohan. Pendidikan sebagai metaformosis perilaku menuju kedewasaan sejati (Sudarwan Danim, 2010: 2-3). Istilah pendidikan berasal dari bahasa Latin “ educere” yang berarti “ memimpin atau memandu keluar”. Pendidikan merupakan istilah yang mengandung pengertian lebih luas dari pengajaran, karena pengajaran bagian dari pendidikan itu sendiri. Pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan pribadi secara menyeluruh, perkembangan pribadi dengan segala aspeknya. Sementara itu, pengajaran hanya berhubungan dengan pembentukan cipta atau akal melalui pengetahuan ataupun kecakapan.
Tujuan pendidikan memuat tentang nilai-nilai kebajikan, luhur, pantas, benar, dan indah bagi kehidupan, sehingga tujuan pendidikan mempunyai dua fungsi, yaitu: memberikan arahan kepada segenap kegiatan pendidikan dan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan memiliki posisi penting di antara komponen-komponen pendidikan lainnya. Tujuan pendidikan bersifat normatif, yaitu mengandung unsur norma yang bersifat memaksa, tetapi tidak bertentangan dengan hakekat perkembangan peserta didik serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai nilai yang baik.
Dalam aliran filsafat pendidikan, terdapat aliran Esensialisme, Progresivisme, Perenialisme, dan Rekonstruksionisme. Sementara, dalam aliran-aliran pendidikan adalah aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi. Sampai saat ini aliran aliran tersebut masih sering digunakan walaupun dengan pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Selanjutnya, dalam teori-teori pendidikan, terdapat Behaviorisme, Kognitivisme, Konstruktivisme, Humanistik.
A.  Aliran Filsafat Pendidikan
Sebelum membahas aliran-aliran teori pendidikan, maka perlu dikemukakan secara ringkas empat mazhab filsafat pendidikan yang besar pengaruhnya dalam pemikiran dan penyelenggaraan pendidikan. Keempat mazhab filsafat pendidikan tersebut adalah:
1.       Esensialisme
Filsafat pendidikan Esensialisme bertitik tolak dari kebenaran yang telah terbukti berabad-abad lamanya. Kebenaran yang esensial adalah  kebudayaan klasik yang muncul pada jaman Romawi, yang menggunakan buku-buku klasik dengan nama Great Book. Buku ini telah mampu membentuk manusia berkaliber internasional, sehingga sebagai bukti bahwa kebudayaan ini merupakan kebenaran yang esensial (Made Pidarta, 2009:90).
Esensialisme sebagai mazhab filsafat pendidikan yang menerapkan prinsip  idealisme dan realisme, dengan tidak meleburkan prinsip-prinsipnya. Filsafat idealisme memberikan dasar tinjauan filosofis bagi mata pelajaran sejarah, sedangkan ilmu pengetahuan alam diajarkan berdasarkan tinjauan realisme (Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo, 2008: 88).
Esensialisme adalah pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, di mana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Ciri Esensialisme : (a) Berkaitan dengan hal-hal esensial atau mendasar yang seharusnya manusia tahu dan menyadari sepenuhnya tentang dunia dimana mereka tinggal dan juga bagi kelangsungan hidupnya. (b) Menekankan data fakta dengan kurikulum bercorak vokasional. (c) Konsentrasi studi pada materi-materi dasar tradisional seperti: membaca,menulis, sastra, bahasa asing, matematika, sejarah, sains, seni dan musik. (d) Pola orientasinyabergerak dari skill dasar menuju skill yang bersifat semakin kompleks. (e) Perhatian pada pendidikan yang bersifat menarik dan efisien. (f) Yakin pada nilai pengetahuan untuk kepentingan pengetahuan itu sendiri. (g) Disiplin mental diperlukan untuk mengkaji informasi mendasar tentang dunia yang didiami serta tertarik pada kemajuan masyarakat teknis.
Mazhab ini mulai lebih dominan di Eropa sejak muncul pertentangan di antara para pendidik, sehingga timbul pemisahan antara pelajaran-pelajaran teoritik (liberal arts), yang membedakan dengan pelajaran-pelajaran praktek (practical arts). Menurut mazhab ini, yang termasuk liberal arts, yaitu: penguasaan bahasa,gramatika, kesusasteraan, filsafat, ilmu alam, matematika, sejarah dan seni.
Untuk Sekolah Dasar (SD), kurikulumnya berintikan ketiga keterampilan dasar (basic skill) atau “the Threer’s” yaitu membaca (reading), menulis (writing) dan berhitung (arithmatic). Pengaruh paham Esensialisme sudah dikembangkan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda, sedangkan pihak swasta mengembangkan mazhab Perenialisme.
Tokoh-tokoh Esensialisme antara lain Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770 – 1831). Ia mengemukakan adanya sintesa antara ilmu pengetahuan dan agama menjadi suatu pemahaman yang menggunakan landasan spiritual. Sementara itu,  George Santayana memadukan antara aliran idealisme dan aliran realisme dalam suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai itu tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas tertentu.
2.    Progresivisme
Progresivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. 
Aliran progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas progesivisme dalam sebuah realita kehidupan, agar manusia bisa survive menghadapi semua tantangan hidup. Dinamakan instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan dan untuk mengembangkan kepribadiaan manusia. Dinamakan eksperimentalisme, karena aliran ini menyadari dan mempraktikkan asas eksperimen untuk menguji kebenaran suatu teori. Dan dinamakan environmentalisme, karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu memengaruhi pembinaan kepribadiaan.
Progresivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi dan mengatasi maslah-masalah yang bersifat menekan atau mengancam adanya manusia itu sendiri. Oleh karena kemajuan atau progres ini menjadi suatu statemen progrevisme, maka beberapa ilmu pengetahuan yang mampu menumbuhkan kemajuan dipandang merupakan bagian utama dari kebudayaan yang meliputi ilmu-ilmu hayat, antropologi, psikologi dan ilmu alam.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kebudayaan. Belajar berfungsi untuk mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Progresvisme atau gerakan pendidikan progresvisme, mengembangkan teori pendidikan, yang mendasarkan pada beberapa prinsip:
·         anak harus bebas untuk dapat berkembang secara wajar
·         pengalaman langsung merupakan cara terbaik merangsang minat belajar
·         guru harus menjadi peneliti dan pembimbing kegiatan belajar
·         sekolah progresif merupakan laboratorium dalam upaya reformasi pedagogik dan eksperimentasi (Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo, 2008: 90).
Tokoh-tokoh Progresivisme antara lain William James (11 Januari 1842 – 26 Agustus 1910). James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi organik, harus mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup. Dan dia menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam. Jadi James menolong untuk membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi teologis, dan menempatkannya di atas dasar ilmu perilaku.
Tokoh Progresivisme lainnya adalah  John Dewey (1859 – 1952). Teori Dewey tentang sekolah adalah "Progressivism" yang lebih menekankan pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah "Child Centered Curiculum", dan "Child Centered School". Progresivisme mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas.
Pandangan progresivisme dalam penerapannya di bidang pendidikan bawa anak didik diberikan kebebasan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya, tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain. Oleh karena itu filsafat progressivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Pendidikan otoriter akan mematikan tunas-tunas para pelajar untuk hidup sebagai pribadi-pribadi yang gembira menghadapi pelajaran. Dan sekaligus mematikan daya kreasi baik secara fisik maupun psikis anak didik. filsafat progresivisme menghendaki jenis kurikulum yang bersifat luwes (fleksibel) dan terbuka.
Jadi kurikulum itu bisa diubah dan dibentuk sesuai dengan zamannya. Sifat kurikulumnya adalah kurikulum yang dapat direvisi dan jenisnya yang memadai, yaitu yang bersifat eksperimental atau tipe Core Curriculum.
Kurikulum dipusatkan pada pengalaman atau kurikulum eksperimental didasarkan atas manusia dalam hidupnya selalu berinteraksi didalam lingkungan yang komplek.
Progresivisme tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang diberikan terpisah, melainkan harus terintegrasi dalam unit. Dengan demikian core curriculum mengandung ciri-ciri integrated curriculum, metode yang diutamakan yaitu problem solving. Dengan adanya mata pelajaran yang terintegrasi dalam unit, diharapkan anak dapat berkembang secara fisik maupun psikis dan dapat menjangkau aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Ciri Progresivisme : (a) Melihat manusia sebagai pemecah persoalan (problem-solver). (b) tertarik kepada perilaku pragmatis yang dapat berfungsi dan berguna dalam hidup. (c) Pendidikan dipandang sebagai suatu proses. (d) Menyiapkan orang untuk mampu menghadapi persoalan aktual atau potensial dengan keterampilan yang memadai. (e) Bercorak student-centered. (f) Pendidik adalah motivator dalam iklim demoktratis dan menyenangkan.
3.    Perenialisme
Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme berasal dari kata perennial yang berarti abadi, kekal atau selalu. Dalam konteks pendidikan, filsafat perenialisme dipandang sangat konservatif dan kaku (tidak feksibel). Perenialisme didasarkan pada pandangan, realitas fundamental berasal dari kebenaran Tuhan dan ajaran-Nya. Praktek pendidikan dan pembelajaran di sekolah dipandu oleh penalaran dan kehendak Tuhan ( Sudarman Danim, 2010:56). Perenialisme merupakan hasil pemikiran yang memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk bersikap tegas dan lurus. Perenialisme juga beranggapan bahwa mencari dan menemukan arah dan tujuan yang  jelas,  merupakan tugas  utama dari filsafat pendidikan.
Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Jalan yang ditempuh oleh kaum perenialis adalah dengan jalan mundur ke belakang, dengan menggunakan kembali nilai nilai atau prinsip prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kuat, kukuh pada zaman kuno dan abad pertengahan.
Kaum perenialis berpandangan bahwa dalam dunia yang tidak menentu dan penuh kekacauan serta mambahayakan tidak ada satu pun yang lebih bermanfaat daripada kepastian tujuan pendidikan, serta kestabilan dalam perilaku pendidik. Pandangan perenialis, bahwa pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal.
Aliran perenialisme berisi kurikulum yang materinya konstan atau perenial. Prinsip pendidikan aliran ini adalah:
a.  Konsep pendidikan bersifat abadi, karena hakekat manusia tidak pernah berubah.
b.  Inti pendidikan mengembangkan kekhususan makhluk manusia yang unik, yaitu kemampuan berpikir
c. Tujuan belajar untuk mengenal kebenaran abadi dan universal
d. Pendidikan merupakan persiapan bagi kehidupan sebenarnya
e. Kebenaran abadi diajarkan melalui pelajaran-pelajaran dasar ( basic subject) (Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo, 2008: 89).
Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan: Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan akal (Plato) ,Perkembangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya ( Aristoteles), Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau nyata (Thomas Aquinas).
Mazhab perenialisme memiliki penganut pada perguruan swasta di Indonesia, karena mengintegrasikan kebenaran agama dengan kebenaran ilmu. Karena kebenaran itu satu, maka harus ada satu sistem pendidikan yang berlaku umum dan terbuka kepada umum. Sebaiknya, kurikulum bersifat wajib dan berlaku umum, yang mencakup: Bahasa, Matematika, Logika, Ilmu Pengetahuan Alam dan Sejarah (Umar Tirtarahardja & S.L. La Sulo, 2008: 89-90).
4.   Rekonstruksionisme
Kata rekonstruksionisme dalam bahasa Inggris, “reconstruct”  yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme, pada prinsipnya, sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu berusaha menyatakan krisis kebudayaan modern. Kedua aliran tersebut, aliran rekonstruksionisme dan perenialisme, memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuran
Proses dan lembaga pendidikan dalam pandangan rekonstruksionisme perlu merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang baru, untuk mencapai tujuan utama tersebut memerlukan kerjasama antar umat manusia. Walaupun demikian, prinsip yang dimiliki oleh aliran rekonstruksionisme berbeda dengan prinsip yang dipegang oleh aliran perenialisme. Keduanya mempunyai visi dan cara yang  berbeda dalam pemecahan yang akan ditempuh untuk mengembalikan kebudayaan yang scrasi dalam kehidupan.
Aliran perennialisme memilih cara tersendiri, yakni dengan kembali ke alam kebudayaan lama atau dikenal dengan regressive road culture yang mereka anggap paling ideal. Sementara itu aliran rekonstruksionisme menempuhnya dengan jalan berupaya membina suatu konsensus yang paling luas dan mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut, rekonstruksionisme berupaya mencari kesepakatan antar sesama manusia atau orang, yakni agar dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan dan seluruh lingkungannya. Maka, proses dan lembaga pendidikan dalam pandangan rekonstruksionisme perlu merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang baru, untuk mencapai tujuan utama terse but memerlukan kerjasama antar ummat manusia.
Tokoh-tokoh Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg. Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Karenanya pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat akan membina kembali manusia melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang benar pula demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.
Kemudian aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu. Sila-sila demokrasi yang sungguh bukan hanya leori tetapi mesti menjadi kenyataan, sehingga dapat diwujudkan suatu dunia dengan potensi-potensi teknologi, mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit, keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.
Ciri Rekonstruksionisme : (a) Promosi pemakaian problem solving tetapi tidak harus dirangkaikan dengan penyelesaian problema sosial yang signifikan. (b) Mengkritik pola life-adjustment (perbaikan tambal-sulam). (c) Pendidikan perlu berfikir  tujuan jangka pendek dan jangka panjang.. (d) Pesimis terhadap pendekatan akademis, tetapi lebih fokus pada penciptaan agen perubahan melalui partisipasi langsung dalam unsur-unsur kehidupan. (e) Pendidikan berdasar fakta bahwa belajar terbaik bagi manusia adalah terjadi dalam aktivitas hidup yang nyata bersama sesamanya. (f) Learning by doing! (Belajar sambil bertindak)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar