Selasa, 13 Desember 2016

Hubungan filsafat islam dengan filsafat yunani


     
Zaman Helenistis-Romawi, zaman ini setelah Aristoteles. Masa ini terhitung sejak pemerintahan Alexander the Great (356-326 SM) yang dikenal zaman Filsafat Yunani yang merupakan warisan Yunani telah tersebar, orang-orang Romawi, ahli pikir dari Mesir, Syiria, dan ahli pikir yang berada disekitar Laut Tengah berhasil mengembangkan Filsafat Yunani. Masa ini diawali abad IV SM-pertengahan abad VI M di Romawi Barat yang berpusat di Roma. Di Byzantium (Romawi Timur)-pertengahan abad VII M yang berpusat di Alexandria (Iskandariah)-abad VIII di Syiria dan Irak, juga pada sekolah yang ada di Edessa, Nisibis, dan Antioch. Dapat dikatakan bahwa masa ini sampai munculnya Filsafat Islam di Baghdad. Pada abad ke VII M Alexander Yang Agung banyak melakukan ekspansi ke berbagai penjuru, diantaranya adalah Mesir, Syria, Mesopotamia, dan Persia. Sejak itulah mulai terjadi hubungan Islam dengan Filsafat Yunani. Alexander the Great dalam menaklukan wilayah, tidak hanya ingin sekedar menguasai, tetapi ia juga ingin menyatukan kebudayaan, ia bercita-cita untuk mempersatukan semua bangsa di dalam satu kerajaan besar. Sehingga, ia pun membangun pusat-pusat pengajaran kebudayaan Yunani.

           Pusat pengkajian kebudayaan dibagi menjadi dua, yaitu di Barat (Athena dan Roma) dan Timur (Mesir, Antioch di Suriah, Judisyapur di Mesopotamia, dan Bactra di Persia). Baik bagian Barat dan Timur letaknya cukup strategis sehingga dipilih menjadi pusat pengkajian kebudayaan dan berbagai ilmu pengetahuan. Adanya pusat pengajaran ini banyak melahirkan para cendekiawan.

Kota Iskandariah di Mesir memiliki perpustakaan yang didalamnya terdapat banyak karya dari para cendekiawan Yunani yang merupakan generasi pertama yang membahas berbagai bidang ilmu pengetahuan. Adapun ilmu pengetahuan yang dikaji seperti filsafat, teologi, sains, bahkan matematika.
                                    
Kemudian, setelah abad VII M, tepatnya di kota Iskandariah muncul ahli pikir generasi kedua yang mengkaji berbagai buku yang merupakan peninggalan dari generasi pertama. Ahli pikir generasi kedua ini adalah orang-orang Arab yang mulai melakukan penerjemahan. Pada waktu itu, Iskandariah bukan hanya menjadi tempat pusat ilmu pengetahuan saja, tetapi juga merupakan tempat bertemunya berbagai kebudayaan. Kemasyuran Iskandariah terdengar sampai arah Timur dan berbagai wilayah lain, bahkan kaum Nasrani Suryan tertarik dan melakukan penerjemahan ke dalam bahasa Suryani.

Jadi, masuknya Filsafat Yunani dapat dikatakan masuk bersamaan dengan misi ekspansi yang dilakukan Alexander the Great yang berhasil menaklukan wilayah yang kemudian dijumpai oleh ahli pikir Islam, sehingga para pemikir Islam menerima pengajaran baru berupa kajian kebudayaan Yunani dan ilmu pengetahuan yang diciptakan oleh Alexander the Great.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar