Menurut
aliran ini manusia itu dilahirkan putih bersih seperti kertas putih, artinya
tidak membawa potensi apa-apa. Perkembangan selanjutnya tergantung pada
pendidikan dan lingkungan. Aliran empirisme dipandang berat sebelah sebab hanya
mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan
kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan, menurut
kenyataan dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena
mempunyai bakat tersendiri, meskipun lingkungan disekitarnya tidak mendukung
keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan berasal dari dalam diri yang
berupa kecerdasan atau kemauan, anak berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat
mengembangkan bakat atau kemampuan yang telah ada dalam dirinya. Meskipun
demikian, penganut aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang
memandang manusia sebagai makhluk pasif dan dapat diubah, misalnya melalui
modifikasi tingkah laku. Hal itu tercermin pada pandangan scientific
psychologySkinner ataupun dengan behavioral. Behaviorisme itu menjadikan
perilaku manusia tampak keluar sebagai sasaran kajiannya, dengan tetap
menekankan bahwa perilaku itu terutama sebagai hasil belajar semata-mata.
Secara
epistimologi, istilah empirisme berasal dari kata Yunani yaitu “emperia” yang
artinya pengalaman. Berbeda dengan rasionalisme yang memberikan kedudukan bagi
rasio sebagai sumber pengetahuan, maka empirisme memilih pengalaman sebagai
sumber utama pengenalan, baik pengalaman lahiriah maupun pengalaman batiniah.
Thomas Hobbes menganggap bahwa pengalaman inderawi sebagai permulaan segala
pengenalan. Pengenalan intelektual tidak lain dari semacam perhitungan
(kalkulus), yaitu penggabungan data-data inderawi yang sama, dengan cara
berlainan. Dunia dan materi adalah objek pengenalan yang merupakan sistem
materi dan merupakan suatu proses yang berlangsung tanpa hentinya atas dasar
hukum dan mekanisme. Prinsip dan metode empirisme diterapkan pertama kali oleh
Jhon Locke, langkah utamanya adalah teori empirisme seperti yang telah
diajarkan Bacon dan Hobbes dengan ajaran rasionalisme Descartes. Menurut dia,
segala pengetahuan datang dari pengalaman dan tidak lebih dari itu.
Sementara menurut
David Hume bahwa seluruh isi pemikiran berasal dari pengalaman, yang ia sebut
dengan istilah “persepsi”. Menurut Hume persepsi terdiri dari dua macam, yaitu:
kesan-kesan dan gagasan. Kesan adalah persepsi yang masuk melalui akal budi,
secara langsung, sifatnya kuat dan hidup. Sedangkan gagasan adalah persepsi
yang berisi gambaran kabur tentang kesan-kesan. Gagasan ini diartikan dengan
cerminan dari kesan.
Jadi empirisme
adalah aliran yang menjadikan pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Aliran ini
beranggapan bahwa pengetahuan diperoleh melalui pengalaman dengan cara
(observasi/pengindraan). Pengalaman merupakan faktor fundamental dalam
pengetahuan, ia merupakan sumber dari pengetahuan manusia. Pada dasarnya aliran
ini sangat bertentengan dengan rasionalisme.
Rasionalisme
mengatakan bahwa pengenalan yang sejati berasal dari rasio, karena itu
pengenalan inderawi merupakan suatu bentuk pengenalan yang kabur. Sebaliknya,
empirisme berpendapat bahwa pengetahuan yang berasal dari pengalaman sehingga
pengenalan inderawi merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna.
Seorang yang beraliran empirisme biasanya berpendirian bahwa pengetahuan
didapat melalui penampungan yang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan
tersebut. Ini berarti semua pengetahuan, betapa pun rumitnya, dapat dilacak
kembali dan apa yang tidak dapat bukanlah ilmu pengetahuan. Empirisme radikal
berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai pada pengalaman
inderawi dan apa yang tidak dapat dilacak bukan pengetahuan. Lebih lanjut,
penganut empirisme mengatakan bahwa pengalaman tidak lain akibat suatu objek yang
merangsang alat-alat inderawi, yang kemudian dipahami didalam otak, dan akibat
dari rangsangan tersebut terbentuklah tanggapan-tanggapan mengenai objek yang
telah merangsang alat-alat inderawi tersebut. Empirisme memegang peranan yang
amat penting bagi pengetahuan. Penganut aliran ini menganggap pengalaman
sebagai satu-satunya sumber dasar ilmu pengetahuan. Pengalaman inderawi sering
dianggap sebagai pengadilan yang tertinggi.
Aliran empirisme
ini dipelopori oleh John Locke, filosof Inggris yang hidup pada tahun
1632-1704. Gagasan pendidikan Locke dimuat dalam bukunya “Essay Concerning
Human Understanding” . Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1210-1292)
dan Thomas Hobes (1588-1679), namun mengalami sistematisi pada dua tokoh
berikutnya, John Locke dan David Hume.
Tokoh-tokoh
penting dalam aliran empirisme :
a.
Jhon
Locke. Lahir di kota Wringtone Kota Somerset Inggris tahun 1632 (meninggal
tahun 1704)
b.
David
Hume.Lahir di Edinburg, Skotlandia pada 1711. Ia menempuh pendidikan di kota
kelahirannya.
c.
Francis
Bacon. Francis Bacon (1561-1626), lahir di London di tengah-tengah keluarga
bangsawan Sir Nicholas Bacon.
Aliran
ini menganut paham yang berpendapat bahwa segala pengetahuan, keterampilan dan
sikap manusia dalam perkembanganya ditentukan oleh pengalaman (empiris) nyata
melalui alat inderanya baik secara langsung berinteraksi dengan dunia luarnya
maupun melalui proses pengolahan dalam diri dari apa yang didapatkan secara
langsung (Joseph, 2006).
Jadi
segala kecakapan dan pengetahuanya tergantung, terbentuk dan ditentukan oleh
pengalaman. Sedangkan pengalaman didapatkan dari lingkungan atau dunia luar
melalui indra, sehingga dapat dikatakan lingkunganlah yang membentuk
perkembangan manusia atau anak didik. Bahwa hanya lingkunganlah yang mempengaruhi
perkembangan anak.
John
Locke (dalam Joseph: 2006) tak ada sesuatu dalam jiwa yang sebelumnya tak ada
dalam indera. Ini berarti apa yang terjadi, apa yang mempegaruhi apa yang
membentuk perkembangan jiwa anak didik adalah lingkungan melalui pintu gerbang
inderanya yang berarti tidak ada yang terjadi dengan tiba-tiba tanpa melalui
proses penginderaan.
Golongan
empirisme memiliki pandangan bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui
pengalaman. Hal ini dapat kita lihat seperti dalam masalah berikut. “Bagaimana
kita mengetahui api itu panas?” Maka, seseorang empirisme akan berpandangan
bahwa api itu panas karena memang dia mengalaminya sendiri dengan menyentuh api
tersebut dan memperoleh pengalaman yang kita sebut “panas”. Dengan kata lain,
dengan menggunakan alat inderawi peraba kita akan memperoleh pengalaman yang
menjadi pengetahuan kita kelak.
John
Locke, Bapak Empirisme Britania, mengatakan bahwa pada waktu manusia dilahirkan
akalnya merupakan sejenis buku catatan yang kosong (tabula rasa) dan di dalam
buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman inderawi.
Seluruh
sisa pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta memperbandingkan
ide-ide yang diperoleh melalui penginderaan serta refleksi yang sederhana
tersebut. Ia memandang akal sebagai sejenis tempat penampungan, yang secara
pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua pengetahuan
kita betapapun rumitnya dapat dilacak kembali sampai kepada
pengalaman-pengalaman inderawi yang pertama-tama. Apa yang tidak dapat atau
tidak perlu dilacak kembali secara demikian itu bukanlah pengetahuan mengenai
hal-hal yang faktual.
Jadi,
pengenalan atau pengetahuan diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman adalah
awal dari segala pengetahuan, juga awal pengetahuan tentang asas-asas yang
diperoleh dan diteguhkan oleh pengalaman. Segala pengetahuan diturunkan dari
pengalaman. Dengan demikian, hanya pengalamanlah yang memberi jaminan
kepastian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar