Sabtu, 24 Desember 2016

ALIRAN FILSAFAT NEO-POSITIVISME


Apa sih filsafat itu? Penting ga sih kita belajar filsafat? Mungkin kita akan selalu bertanya seperti itu. Dalam garis besar filsafat adalah suatu ilmu yang benar-benar mengharuskan kita berpikir dari apa yang telah kita ketahui. Dalam filsafat terdapat beberapa aliran, salah satunya adalah aliran filsafat neo-positivisme.

Aliran ini dapat dikatakan sebagai aliran empiris logika, yang artinya berpikir dengan kenyataan dan fakta yang akurat yang benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata berdasarkan pegalaman. Atau bisa dikatakan neo-positivisme adalah aliran yang berpangkal dari apa yang telah diketahui, aktual, dan positif. Karena itu, dalam aliran ini juga berpendapat bahwa filsafat harus dapat memberikan kriteria yang ketat untuk menetapkan apakah sebuah pernyataan adalah benar, salah atau tidak memiliki arti sama sekali.
Sosok yang sangat berperan dalam aliran neo-positivisme adalah August Comte dimana dia adalah penggagas dari aliran Positivisme, yaitu sebuah aliran filsafat Barat yang timbul pada abad XIX dan merupakan kelanjutan dari empirisme.

Neo-positivisme memiliki dua akar utama, yaitu:
1.      Reaksi terhadap aliran metafisika. Neo-positivisme menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Aliran ini lebih mengacu kepada hal-hal yang dapat dibuktikan secara empiris.
2.      Neo-positivisme terletak dalam perkembangan ilmu pasti dan ilmu alam modern.
                                                           
August Comte membagi perkembangan pemikiran manusia ke dalam tiga tahap, yaitu:

1.      Tahap Teologi. Teologi berasal dari kata “theos” yang berarti ‘Tuhan’ dan “logia” yang berarti ‘ucapan’. Yang dimaksud dalam tahap ini adalah tingkat pemikiran manusia menganggap bahwa semua gejala di dunia ini disebabkan oleh hal-hal supernatural. Cara pandang seperti ini tidak dapat diterapkan dalam ilmu pengetahuan. Comte membagi tahap ini menjadi tiga periode, yaitu fetisisme (percaya pada kekuatan benda-benda), politeisme (percaya pada banyak dewa), dan monoteisme (percaya pada satu kekuatan tertinggi).
2.      Tahap Metafisik atau dapat disebut juga tahap transisi dari tahap teologi ke tahap positif. Pada tahap ini manusia menganggap bahwa di dalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan (ditemukan dengan akal budi). Namun disini belum adanya verifikasi.
3.      Tahap Positif atau tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah. Ditahap ini gejala alam dijalaskan secara empiris namun tidak mutlak. Pada tahap ini menerangkan bahwa fakta-fakta yang khusus dihubungkan dengan suatu fakta umum.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar