Apa sih
filsafat itu? Penting ga sih kita belajar filsafat? Mungkin kita akan selalu bertanya
seperti itu. Dalam garis besar filsafat adalah suatu ilmu yang benar-benar
mengharuskan kita berpikir dari apa yang telah kita ketahui. Dalam filsafat
terdapat beberapa aliran, salah satunya adalah aliran filsafat neo-positivisme.
Aliran ini dapat
dikatakan sebagai aliran empiris logika, yang artinya berpikir dengan kenyataan
dan fakta yang akurat yang benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata
berdasarkan pegalaman. Atau bisa dikatakan neo-positivisme adalah aliran yang
berpangkal dari apa yang telah diketahui, aktual, dan positif. Karena itu,
dalam aliran ini juga berpendapat bahwa filsafat harus dapat memberikan
kriteria yang ketat untuk menetapkan apakah sebuah pernyataan adalah benar,
salah atau tidak memiliki arti sama sekali.
Sosok yang sangat
berperan dalam aliran neo-positivisme adalah August Comte dimana dia adalah
penggagas dari aliran Positivisme, yaitu sebuah aliran filsafat
Barat yang timbul pada abad XIX dan merupakan kelanjutan dari empirisme.
Neo-positivisme
memiliki dua akar utama, yaitu:
1.
Reaksi
terhadap aliran metafisika. Neo-positivisme menolak aktifitas yang berkenaan
dengan metafisik. Aliran ini lebih mengacu kepada hal-hal yang dapat dibuktikan
secara empiris.
2.
Neo-positivisme
terletak dalam perkembangan ilmu pasti dan ilmu alam modern.
August Comte
membagi perkembangan pemikiran manusia ke dalam tiga tahap, yaitu:
1.
Tahap
Teologi. Teologi berasal dari kata “theos” yang berarti ‘Tuhan’ dan “logia”
yang berarti ‘ucapan’. Yang dimaksud dalam tahap ini adalah tingkat
pemikiran manusia menganggap bahwa semua gejala di dunia ini disebabkan oleh
hal-hal supernatural. Cara pandang seperti ini tidak dapat diterapkan dalam
ilmu pengetahuan. Comte membagi tahap ini menjadi tiga periode, yaitu fetisisme
(percaya pada kekuatan benda-benda), politeisme (percaya pada banyak dewa), dan
monoteisme (percaya pada satu kekuatan tertinggi).
2.
Tahap
Metafisik atau dapat disebut juga tahap transisi dari tahap teologi ke tahap
positif. Pada tahap ini manusia menganggap bahwa di dalam setiap gejala
terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat
diungkapkan (ditemukan dengan akal budi). Namun disini belum adanya verifikasi.
3.
Tahap
Positif atau tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah. Ditahap ini
gejala alam dijalaskan secara empiris namun tidak mutlak. Pada tahap ini
menerangkan bahwa fakta-fakta yang khusus dihubungkan dengan suatu fakta umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar