Sabtu, 24 Desember 2016

Implikasi filsafat pendidikan Eksistensialisme terhadap disiplin dalam pendidikan


Eksistensialisme sebagai filsafat sangat menekankan individulitas dan pemenuhan diri secara pribadi. Setiap individu dipandang sebagai makhluk unik, dan secara unik pula ia bertanggungjawab terhadap nasibnya. Dalam hubungannya dengan pendidikan, Sikun Pribadi (1671) mengemukakan bahwa eksistensialisme berhubungan sangat erat dengan pendidikan karena keduanya bersinggungan satu sama lain pada masalah-masalah yang sama, yaitu manusia, hidup, hubungan antar manusia, hakikat kepribadian, dan kebebasan (kemerdekaan). Pusat pembicaraan eksistensialisme adalah “keberadaan” manusia, sedangkan pendidikan hanya dilakukan oleh manusia.
                           
Kehidupan ini penuh dengan berbagai pelaksanaan kebiasaan dan pengulangan kegiatan secara rutin dari hari ke hari yang berlangsung tertib. Di dalam kebiasaan dan kegiatan yang dilakukan secara rutin itu, terdapat nilai-nilai atau norma-norma yang menjaditolak ukur tentang benar tidaknya sesuatu yang dilakukan oleh seseorang. Norma-norma itu terhimpun menjadi aturan yang harus dipatuhi, karena setiap penyimpangan atau pelanggaran, akan menimbulkan keresahan, keburukan dan kehidupan pun berlangsung tidak efektif atau bahkan tidak efisien. Dengan demikian berarti manusia dituntut untuk mematuhi berbagai ketentuan atau harus hidup secara berdisiplin, sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakatnya.

Peserta didik sejak dini harus dikenalkan dengan nilai-nilai yang mengatur kehidupan manusia, yang berguna bagi dirinya masing-masing agar berlangsung tertib, efisien, dan efektif. Dengan kata lain setiap pesrta didik harus dibantu hidup secara disiplin, dalam arti mau dan mampu mematuhi atau mentaati ketentuan yang berlaku dilingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negaranya.

Hakekat pendidikan menurut eksistensialisme dalam pendidikan adalah menghendaki agar pendidikan selalu melibatkan peserta didik dalam mencari pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing dan menemukan jati dirinya, karena masing-masing individu adalah makhluk yang unik dan bertanggung jawab atas diri dan nasibnya sendiri.lalu metode yang digunakannya adalah untuk mendorong siswa mengikuti proyek-proyek yang membantu mereka untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang di perlukan.

Eksistensialisme berpendapat bahwa pelajar adalah individu yang dapat mengembangkan potensinya masing-masing untuk mencapai jati dirinya. Sedangkan pengajar adalah pembimbing dan stimulator berfikir reflektif melalui panggilan pertanyaan-pertanyaan, bukan memberi intruksi, memiliki kejuruan ilmiah, integritas, dan kreatifitas serta figure yang tidak mencampuri perkembangan minat dan bakat siswa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar