Hakekat manusia
adalah sebagai berikut :
a.
Makhluk
yang memiliki tenga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
b.
Individu yang memiliki sifat rasional yang
bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial. yang mampu
mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol
dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
c.
Makhluk
yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai
(tuntas) selama hidupnya.
d.
Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan
dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan
membuat dunia lebih baik untuk ditempati Suatu keberadaan yang berpotensi yang
perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
e.
Makhluk
Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan
jahat.
f.
Individu yang sangat dipengaruhi oleh
lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai
dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
Masalah
manusia adalah terpenting dari semua masalah. Peradaban hari ini didasarkan
atas humanisme, martabat manusia serta pemujaan terhadap manusia. Ada pendapat
bahwa agama telah menghancurkan kepribadian manusia serta telah memaksa
mengorbankan dirinya demi tuhan. Agama telah memamaksa ketika berhadapan dengan
kehendak Tuhan maka manusia tidak berkuasa. (Ali Syariati, Paradigma Kaum
Tertindas, 2001). Bagi Iqbal ego adalah bersifat bebas unifed dan immoratal
dengan dapat diketahui secara pasti tidak sekedar pengandaian logis. Pendapat
tersebut adalah membantah tesis yang dikemukanakn oleh Kant yang mengatakan
bahwa diri bebas dan immortal tidak ditemukan dalam pengalaman konkit namun
secara logis harus dapat dijatikan postulas bagi kepentingan moral. Hal ini
dikarenakan moral manusia tidak masuk akal bila kehidupan manusia yang tidak
bebas dan tidak kelanjutan kehidupannya setelah mati. Iqbal memaparkan
pemikiran ego terbagi menjadi tiga macam pantheisme, empirisme dan
rasionalisme. Pantheisme memandang ego manusia sebagai non eksistensi dimana
eksistensi sebenarnya adalah ego absolut. Tetapi bagi Iqabal bahwa ego manusia
adalah nyata, hal tersebut dikarenakan manusia berfikir dan manusia bertindak
membuktikan bahwa aku ada.
Empirisme
memandang ego sebagai poros pengalaman-pengalaman yang silih berganti dan
sekedar penanaman yang real adalah pengalaman. Benak manusia dalam pandangan ini
adalah bagaikan pangging teater bagai pengalaman yang silih berganti. Iqbal
menolak empirisme orang yang tidak dapat menyangkal tentang yang menyatukan
pengalaman. Iqbal juga menolak rasionalisme ego yang diperoleh memlalui
penalaran dubium methodicum (semuanya bisa diragukan kecuali aku sedang
ragu-ragu karena meragukan berarti mempertegas keberadaannya). Ego yang bebas,
terpusat juga dapat diketahui dengan menggunakan intuisi. Menurut Iqbal
aktivitas ego pada dasarnya adalah berupa aktivitas kehendak. Baginya hidup
adalah kehendak kreatif yang bertujuan yang bergearak pada satu arah. Kehendak
itu harus memiliki tujuan agar dapat makan kehendak tidak sirna. Tujuan
tersebut tidak ditetapakan oleh hukum-hukum sejarah dan takdir dikarenakan
manusia kehendak bebas dan berkreatif. (Donny Grahal Adian, Matinya Metafisika
Barat, 2001)
Hakekat
manusia harus dilihat pada tahapannya nafs, keakuan, diri, ego dimana pada
tahap ini semua unsur membentuk keatuan diri yang aktual, kekinian dan dinamik,
dan aktualisasi kekinian yang dinamik yang bearada dalam perbuatan dan amalnya.
Secara subtansial dan moral manusia lebih jelek dari pada iblis, tetapi secara
konseptual manusia lebih baik karena manusia memiliki kemampuan kreatif.
Tahapan nafs hakekat manusia ditentukan oleh amal, karya dan perbuatannya,
sedangkan pada kotauhid hakekat manusai dan fungsinya manusia sebagai ‘adb dan
khalifah dan kekasatuan aktualisasi sebagai kesatuan jasad dan ruh yang
membentuk pada tahapan nafs secara aktual. (Musa Asy’ari, Filsafat Islam, 1999)
Bagi
Freire dalam memahami hakekat manusia dan kesadarannya tidak dapat dilepaskan
dengan dunianya. Hubungan manusia harus dan selalu dikaitkan dengan dunia
dimana ia berada. Dunia bagi manusia adalah bersifat tersendiri, dikarenakan
manusia dapat mempersepsinya kenyataan diluar dirinya sekaligus mempersepsikan
keberadaan didalam dirinya sendiri. Manusia dalam kehadirannya tidak pernah
terpisah dari dunidan hungungganya dengan dunia manusia bersifat unik. Status
unik manusia dengan dunia dikarenakan manusia dalam kapasistasnya dapat
mengetahui, mengetahui merupakan tindakan yang mencerminkan orientasi manusia
terhdap dunia. Dari sini memunculkan kesadaran atau tindakan otentik,
dikarenakan kesadaran merupakan penjelasnan eksistensi penjelasan manusia
didunia.
Orientasi
dunia yang terpuasat oleh releksi kritiuas serta kemapuan pemikiran adalah
proses mengetahui dan memahami. Dari sini manusia sebagaiu suatu proses dan ia
adalah mahluk sejarah yang terikat dalam ruang dan waktu. Manusia memiliki kemapuan
dan harus bangkit dan terlibat dalam proses sejarah dengan cara untuk menjadi
lebih. (Siti Murtiningsih, Pendidikan sebagai Alat Perlawanan, 2004)
Manusia dalam
konsep al Quran mengunakan kensep filosofis, seperti halnya dalam proses
kejadian adam mengunakan bahasa metaforis filosofis yang penuh makna dan
simbol. Kejadian manusia yakni esensi kudrat ruhaniah dan atributnya,
sebagaimana dilukiskan dalam kisah adam dapat diredusir menjadi rumus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar