Filsafat dan filosof berasal
dari kata Yunani “philosophia” dan “philosophos”. Menurut bentuk kata, seorang
philosphos adalah seorang pencinta kebijaksanaan. Sebagian lain mengatakan
bahwa filsafat adalah cinta akan kebenaran. Filsafat sering pula diartikan
sebagai pandangan hidup. Dalam dunia pendidikan, filsafat mempunyai peranan
yang sangat besar. Karena, filsafat yang merupakan pandangan hidup ikut
menentukan arah dan tujuan proses pendidikan. Filsafat pendidikan sendiri
adalah ilmu yang mempelajari dan berusaha mengadakan penyelesaian terhadap
masalah-masalah pendidikan yang bersifat filosofis. Jadi jika ada masalah atas
pertanyaan-pertanyaan soal pendidikan yang bersifat filosofis, wewenang
filsafat pendidikanlah untuk menjawab dan menyelesaikannya.
Ajaran filsafat adalah hasil
pemikiran sesorang atau beberapa ahli filsafat tentang sesuatu secara
fundamental. Dalam memecahkan suatu masalah terdapat pebedaan di dalam
penggunaan cara pendekatan, hal ini melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang
berbeda pula, walaupun masalah yang dihadapi sama. Perbedaan ini dapat
disebabkan pula oleh factor-faktor lain seperti latar belakang pribadi para
ahli tersebut, pengaruh zaman, kondisi dan alam pikiran manusia di suatu
tempat.
Tokoh aliran idealisme adalah
Plato (427-374 SM), murid Sokrates. Aliran idealisme merupakan suatu aliran
ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli
yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita)
dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa
dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang
serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau
tidak mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak
dikategorikan idea.
Keberadaan idea tidak tampak
dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli hanya dapat dipotret oleh jiwa
murni. Alam dalam pandangan idealisme adalah gambaran dari dunia idea, sebab
posisinya tidak menetap. Sedangkan yang dimaksud dengan idea adalah hakikat
murni dan asli. Keberadaannya sangat absolut dan kesempurnaannya sangat mutlak,
tidak bisa dijangkau oleh material. Pada kenyataannya, idea digambarkan dengan
dunia yang tidak berbentuk demikian jiwa bertempat di dalam dunia yang tidak
bertubuh yang dikatakan dunia idea.
Prinsipnya, aliran idealisme
mendasari semua yang ada. Yang nyata di alam ini hanya idea, dunia idea
merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan alam nyata seperti
yang tampak dan tergambar. Sedangkan ruangannya tidak mempunyai batas dan
tumpuan yang paling akhir dari idea adalah arche yang
merupakan tempat kembali kesempurnaan yang disebut dunia idea dengan
Tuhan, arche, sifatnya kekal dan sedikit pun tidak mengalami
perubahan.
Tegasnya, idealisme adalah
aliran ilmu filsafat yang menganggap pikiran atau cita-cita sebagai
satu-satunya hal yang benar yang dapat dicamkan dan dipahami.
Menurut Ahmad Agung yang
dikutip dari bukunya Juhaya S. Pradja (1987 : 38) ada beberapa jenis idealisme,
diantaranya :
a. Idealisme
subjektif atau juga disebut immaterialisme,
mentalisme, danfenomenalisme. Seorang idealis subjektif
akan mengatakan bahwa akal, jiwa, dan persepsi-persepsinya atau ide-idenya
merupakan segala yang ada. Objek pengalaman bukanlah benda material; objek
pengalaman adalah persepsi. Oleh karena itu benda-benda seperti bangunan dan
pepohonan itu ada, tetapi hanya ada dalam akal yang mempersepsikannya.
b. Idealisme
objektif, yakni dikatakan bahwa akal menemukan apa yang sudah
terdapat dalam susunan alam.
c. Idealisme
Rasionalistis,yakni dikatakan bahwa jiwa adalah akal pikiran manusia,
Tokohnya antara lain Hegel.
d. Idealisme
Ethis, yakni dikatakan bahwajiwa adalah akal yang praktis, akal
teoritis dan yang ethis. Tokohnya antara lain Imanuel Kant.
e. Idealisme
Aesthetis, yang menyatakan bahwa kenyataan ini adalah sebagai
hasil dari seni dalam arti sepenuhnya. Tokohnya antara lain Wilhelm Von Humboit
f. Idealisme
Relegius,dalam pandangan nya tentang kenyataan ini didasarkan atas
dasar ajaran agama seperti Islam, Yahudi dan Kristen.
Aliran
filsafat idealisme terbukti cukup banyak memperhatikan masalah-masalah
pendidikan, sehingga cukup berpengaruh terhadap pemikiran dan praktik
pendidikan.William T. Harris adalah tokoh aliran pendidikan idealisme yang
sangat berpengaruh di Amerika Serikat.Bahkan, jumlah tokoh filosof Amerika
kontemporer tidak sebanyak seperti tokoh-tokoh idealisme yang seangkatan dengan
Herman Harrell Horne (1874-1946).Herman Harrell Horne adalah filosof yang
mengajar filsafat beraliran idealisme lebih dari 33 tahun di Universitas New
York.
Belakangan,
muncul pula Michael Demiashkevitch, yang menulis tentang idealisme dalam
pendidikan dengan efek khusus. Demikian pula B.B. Bogoslovski, dan William E. Hocking.Kemudian
muncul pula Rupert C. Lodge (1888-1961), profesor di bidang logika dan sejarah
filsafat di Universitas Maitoba.Dua bukunnya yang mencerminkan kecemerlangan
pemikiran Rupert dalam filsafat pendidikan adalah Philosophy of
Education dan studi mengenai pemikirian Plato di bidang teori
pendidikan. Di Italia, Giovanni Gentile Menteri bidang Instruksi Publik pada
Kabinet Mussolini pertama, keluar dari reformasi pendidikan karena berpegang
pada prinsip-prinsip filsafat idealisme sebagai perlawanan terhadap dua aliran
yang hidup di negara itu sebelumnya, yaitu positivisme dan naturalisme.
Idealisme sangat concern tentang
keberadaan sekolah.Aliran inilah satu-satunya yang melakukan oposisi secara
fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga
untuk proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak
sekadar kebutuhan alam semata. Gerakan filsafat idealisme pada abad ke-19
secara khusus mengajarkan tentang kebudayaan manusia dan lembaga kemanuisaan
sebagai ekspresi realitas spiritual.
Para
murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang
gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan
pendekatan (approach) secara khusus. Sebab, pendekatan
dipandang sebagai cara yang sangat penting. Giovanni Gentile pernah
mengemukakan, “Para guru tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan
murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang
guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau
perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca
beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang
tidak banyak bermakna.
Bagi
aliran idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai
makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa
memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari
keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk
spiritual. Tentu saja, model pemikiran filsafat idealisme ini dapat dengan
mudah ditransfer ke dalam sistem pengajaran dalam kelas. Guru yang menganut
paham idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu
kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya
spiritual.
Sejak
idealisme sebagai paham filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas
adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara
individual.Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari
idealisme.Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi
pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme.Maka,
tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk
individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya.
Pendidikan
idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi
kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis
dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada
akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik.
Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya
persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu
pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak
pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai
dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling
menyayangi.Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara
tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam
kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.
Guru
dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi sebagai: (1)
guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik; (2) guru harus seorang
spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa; (3) Guru haruslah menguasai
teknik mengajar secara baik; (4) Guru haruslah menjadi pribadi terbaik,
sehingga disegani oleh para murid; (5) Guru menjadi teman dari para muridnya;
(6) Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk
belajar; (7) Guru harus bisa menjadi idola para siswa; (8) Guru harus rajin
beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan para
siswanya; (9) Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif; (10) Guru harus
mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang diajarkannya;
(11) Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana para siswa
belajar; (12) Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil; (13) Guru
haruslah bersikap demokratis
dan mengembangkan demokrasi; (14) Guru harus mampu belajar, bagaimana pun
keadaannya.
Kurikulum
yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih
memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada
pengajaran yang textbook. Agar pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.
Power (1982:89) mengemukakan
implikasi filsafat pendidikan idealisme sebagai berikut :
a. Tujuan
Pendidikan
Pendidikan
formal dan informal bertujuan membentuk karakter, dan mengembangkan bakat atau
kemampuan dasar, serta kebaikan sosial
b. Kedudukan Siswa
Bebas untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya/bakatnya.
c. Peranan Guru
Bekerja sama
dengan alam dalam proses pengembangan manusia, terutama bertanggung jawab dalam
menciptakan lingkungan pendidikan siswa
d. Kurikulum
Pendidikan
liberal untuk pengembangan kemampuan rasional, dan pendidikan praktis untuk
memproleh pekerjaan
e. Metode
Diutamakan
metode dialektika, tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan
Menurut Kant, guru harus memandang anak sebagai tujuan, bukan sabagai alat.
Guru harus bertanya pada dirinya sendiri, apakah ia merupakan contoh yang baik
untuk diterima oleh siswanya. Idealisme memiliki tujuan pendidikan yang pasti
dan abadi, dimana tujuan itu berada di luar kehidupan sekarang ini. Tujuan
pendidikan idealisme akan berada di luar kehidupan manusia itu sendiri, yaitu manusia
yang mampu mencapai dunia cita, manusia yang mampu mencapai dan menikmati
kehidupan abadi, yang berasal dari Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar