Mengenai pandangan al
Ghazali, para ilmuwan berpendapat bahwa ia bukan seorang filosof, karena ia
menentang dan memerangi filsafat dan membuangnya. Tentangan yang di lontarkan
al-Ghazali ini tercermin dari bukunya yang berjudul Tahafut al-Falasifah, yakni
sebagai berikut :
”...sumber kekufuran
manusia pada saat itu adalah terpukau dengan nama-nama filsuf besar seperti
Socrates, Epicurus, Plato, Aristoteles dan lain-lainnya ..., mereka mendengar
perilaku pengikut filsuf dan kesesatannya dalam menjelaskan intelektualitas dan
kebaikan prinsip-prinsipnya, ketelitian ilmu para filsuf di bidang geometri,
logika, ilmu alam, dan telogi ..., mereka mendengar bahwa para filsuf itu
mengingkari semua syari’at dan agama, tidak percaya pada dimensi-dimensi ajaran
agama. Para filsuf menyakini bahwa agama adalah ajaran-ajaran yang disusun rapi
dan tipu daya yang dihiasi keindahan ...”
Jikalau melihat ungkapan di
atas, terlihat bahwa al-Ghazali lebih tepat digolongkan dalam kelompok
pembangunan agama yang jalan pemikirannya didasarkan pada sumber ajaran Islam
yaitu al-Qur’an dan al-Hadits. Apabila memakai sumber lain dari Islam maka
sumber-sumber ini hanya dijadikan sebagai alat untuk maksud menghidupkan
ajaran-ajaran agama dan untuk membantu menerangi jalan menuju Allah SWT. Hal
ini dikuatkan dengan kitabnya Ihya’Ulum Ad-din. Dalam buku Tahafut al-Falasifah
al-Ghazali juga diterangkan tentang keremehan pemikiran-pemikiran filsafat.
Sehingga apakah mungkin filsafat justru menghukumi atas dirinya sendiri?
Al-Ghazali dengan beberapa kali menyatakan, bahwa tujuan penyusunan buku
tersebut untuk menghancurkan filsafat dan menggoyahkan kepercayaan orang
terhadap filsafat
Dalam bukunya pula yang
berjudul Munqiz min al-Dhalal, al-Ghazali mengelompokkan filsosof menjadi 3
(tiga) golongan:
1.
Filosof
Materialis (Dhariyyun)
Mereka adalah para filosof yang menyangkal
adanya Tuhan. Sementara itu, kosmos ini ada dengan sendirinya.
2.
Filosof Naturalis (Thabi’iyyun)
Mereka adala para filosof yang
melaksanakan berbagai penelitian di alam ini. Melalui penyelidikan-penyelidikan
tersebut mereka cukup banyak menyaksikan keajaiban-keajaiban dan memaksa mereka
untuk mengakui adanya Maha Pencipta di alam raya ini. Kendatipun demikian,
mereka tetap mengingkari Allah dan Rasul-Nya dan Hari berbangkit. Mereka tidak
mengenal pahala dan dosa sebab mereka hanya memuaskan nafsu seperti hewan.
3.
Filosof
Ke-Tuhanan (Ilahiyun)
Mereka adalah filosof Yunani, sperti Socrates, Plato dan
Aristoteles. Aristoteles telah menyanggah pemikiran filosof sebelumnya
(Materialis dan Naturalis), namun ia sendiri tidak dapat membebaskan diri dari sia-sia
kekafiran dan keherodoksian. Oleh karena itu, ia sendiri termasuk orang kafir
dan begitu juga al-Farabi dan Ibnu Sina yang menyebarluaskan pemikiran ini di
dunia Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar