Pengetahuan
menjadi unsur yang penting dalam usaha membentuk manusia yang lebih baik.
Dengan pengetahuan yang memadai manusia dapat mengembangkan diri dan hidupnya.
Apa yang diketahui secara lebih umum dalam pengetahuan, dalam ilmu diketahui
secara lebih masuk akal. Dalam hal ini ilmu lebih kritis daripada hanya
menerima apa yang didapat dari pengetahuan. Sekalipun demikian kelompok
megangkat pengetahuan untuk memahami hidup manusia dan secara kritis dilihat
oleh ilmu. Pengetahuan yang dimaksud di sini lebih pada pengetahuan manusia
tentang diri sendiri dan dunianya. Ketika manusia mengetahui dan mengenal
dirinya secara penuh, ia akan hidup secara lebih sempurna dan lebih baik dalam
dunia yang adalah dunianya. Berkaitan dengan itu manusia juga membutuhkan
pengetahuan tentang lingkungan atau dunianya. Dengan pengetahuan yang ia miliki
tentang dunia atau lingkungannya, manusia dapat mengadaptasikan dirinya secara
cepat dan lebih mudah.
Manusia ternyata
tidak hidup sendirian dalam dunianya. Ia hidup dalam hubungan dengan dan
membutuhkan manusia lain, yang menunjukkan hakikat dari manusia, yaitu sebagai
makhluk sosial. Manusia membutuhkan orang lain untuk dapat membentuk dan mengembangkan
dirinya sehingga dapat hidup secara lebih baik; lebih bijaksana dan lebih
kritis. Dengan demikian manusia pada hakikatnya hidup bersama dengan orang lain
atau hidup dalam suatu komunitas tertentu, mengalami kehidupan polis. Jadi,
kebersamaannya dengan orang lain dalam suatu komunitas inilah yang turut
menentukan pembentukan yang memperkenankan manusia itu hidup atas cara yang
lebih baik dan lebih sempurna dalam dunianya.
Unsur lain yang
menurut kelompok dapat membantu membentuk manusia sehingga manusia dapat hidup
secara lebih baik, lebih bijaksana adalah agama. Dengan kata lain, agama
mengandung nilai-nilai universal yang pada hakikatnya mengajarkan yang baik
bagi penganutnya.
Ketiga unsur
pembentuk manusia untuk hidup secara lebih baik itu akan dilihat dan dijelaskan
secara lebih dalam pokok-pokok berikut.
I. Manusia
mengetahui dirinya dan dunianya
Telah
dikatakan sebelumnya (pada bagian pendahuluan) bahwa pengetahuan merupakan
salah satu unsur yang penting dalam hubungan dengan pembentukan manusia untuk
hidup secara lebih baik dan lebih sempurna. Manusia adalah makluk yang sadar
dan mempunyai pengetahuan akan dirinya. Selain itu juga manusia juga mempunyai
pengetahuan akan dunia sebagai tempat dirinya bereksistensi. Dunia yang
dimaksudkan di sini adalah dunia yang mampu memberikan manusia kemudahan dan
tantangan dalam hidup. Dunia di mana manusia bereksistensi dapat memberikan
kepada manusia sesuatu yang berguna bagi pembentukan dan pengembangan dirinya.
Jadi, melalui
pengetahuanlah manusia mempunyai hubungan dengan dirinya, dunia dan orang lain.
Melalui pengetahuan benda-benda dimanisfestasikan dan orang-orang dikenal, dan
bahwa tiap orang menghadiri dirnya. Melalui pengetahuan pula manusia bisa
berada lebih tinggi, dan dapat membentuk hidupnya secara lebih baik. Dengan
pengetahuan manusia dapat melalukan sesuatu atau membentuk kembali sesuatu yang
rusak menjadi baik berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Melalui
pengetahuan manusia dapat mengenal dirinya, orang lain dan dunia di sekitarnya,
sehingga ia mampu menempatkan dirinya dalam dunianya itu (dapat beradaptasi
dengan dunianya).
II. Manusia dalam
hidup komunitas
Secara umum
komunitas dapat diartikan sebagai suatu perkumpulan atau persekutuan manusia
yang bersifat permanen demi pencapaian suatu tujuan umum yang diinginkan. Dan
umumnya tujuan yang hendak dicapai itu didasarkan atas kesatuan cinta dan
keprihatinan timbal balik satu dengan yang lain. Jadi, secara tidak langsung
hidup komunitas dapat dimengerti sebagai suatu kehidupan dimana terdapat
individu-individu manusia yang membentuk suatu persekutuan guna mancapai suatu
tujuan bersama. Dan tujuan yang dicapai itu selalu merunjuk pada nilai-nilai
tertentu yang diinginkan bersama. Misalnya, nilai kebaikan, keindahan, kerja
sama dan sebagainya. Selanjutnya, dalam mencapai tujuan bersama itu setiap
individu (anggota persekutuan) saling berinteraksi atau bekerjasama satu dengan
yang lain guna tercapainya tujuan yang ingin dicapai.
Akan tetapi
serentak pula tak dapat disangkal bahwa melalui kehidupan komunitas kepribadian
manusia dapat dibentuk melalui proses sosialisai dan internalisasi. Artinya,
melalui nilai-nilai yang dicapai dalam hidup komunitas itu disampaikan kepada
setiap individu (anggota persekutuan). Selanjutnya, nilai-nilai itu dijadikan
oleh pegangan dalam diri setiap individu.
Dalam hubungan
dengan pembentukan manusia untuk hidup secara lebih baik, maka pertanyaan yang
patut dikemukakan adalah apakah kehidupan komunitas dapat membentuk manusia
untuk hidup secara lebih baik atau lebih bijaksana dan kritis?
Menjawab
pertanyaan di atas maka dapat dikatakan bahwa kehidupan komunitas dapat
membentuk hidup manusia secara lebih baik. Dapat dikatakan demikian karena pada dasarnya kodrat manusia adalah makhluk
sosial. Itu berarti manusia selalu berada bersama dengan sesamanya atau orang
lain. Ia tidak berada sendirian, melainkan selalu berada bersama dengan orang
lain. Manusia selalu berada dengan orang lain dan membentuk suatu persekutuan
yang disebut sebagai komunitas. Mereka membentuk hidup besama karena ada nilai
yang ingin dicapai secara bersama. Nilai yang ingin dicapai adalah membentuk
hidup secara lebih baik. Nilai hidup secara lebih baik itu dicapai lewat
interaksi atau kerja sama setiap individu dalam komunitas. Selanjutnya, setelah
mencapai nilai yang diinginkan itu
(membentuk hidup secara lebih baik), kemudian disosialisasikan kepada individu
(anggota komunitas) dan selanjutnya individu menjadikan nilai tersebut menjadi
pegangan dalam dirinya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui
kehidupan komunitas dapat membentuk hidup manusia secara lebih baik, lewat
nilai yang ditemukan dalam kehidupan komunitas itu. Nilai itulah yang membentuk
manusia menjadi lebih baik, lebih bijaksana dan kritis dalam hidup.
III. Agama
membantu manusia hidup lebih baik
Arti budaya telah
diangkat kembali oleh renesans dengan karakter naturalistik, yaitu budaya
dipahami sebagai pembentukan manusia dalam dunianya, yakni sebagai pembentukan
yang memperkenankan manusia hidup atas cara yang lebih bijaksana dan lebih
sempurna dalam dunia yang adalah dunianya. Dalam konteks ini, agama mendapat
tempat dan peranan penting. Agama dimengerti sebagai unsur integral dari
budaya, terutama karena mengajarkan bagaimana hidup dengan baik, hidup dengan bijaksana
dan nilai-nilai universal lainnya. Dalam agama terkandung ajaran-ajaran
kebijaksanaan (dalam arti tertentu filsafat dipahami sebagai kebijaksanaan)
yang dapat mengarahkan manusia kepada hidup yang lebih baik. Dengan demikian,
hidup yang lebih baik dalam perspektif filsafat budaya adalah pembentukan
kebijaksanaan secara internal dalam diri manusia melalui ajaran-ajaran agama.
Manusia tidak
dapat dilepaskan dari agama dalam kehidupannya. Maksudnya adalah bahwa agama
menjadi sarana di mana manusia dapat memenuhi keinginannya untuk dapat hidup
dengan lebih bijaksana. Dengan kata lain agama membantu manusia untuk dapat
hidup lebih baik. Melalui agama manusia dapat menjadi bijaksana untuk mencapai
realisasi dirinya yang lengkap sehingga menjadi suatu microcosmos yang sempurna
dalam macrocosmos.
Setiap agama
umumnya mengajarkan kepada para penganut atau pengikutnnya untuk hidup sebagai
orang yang saleh, baik di hadapan manusia maupun di hadapan yang ilahi. Dengan
demikian agama dapat mengarahkan manusia kepada hidup yang lebih baik. Agama
membentuk manusia untuk menjadi lebih baik, lebih bijaksana dengan menanamkan
nilai-nilai universal dalam diri manusia itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar