Untuk menyusun dan
mengembangkan pemikiran filsafat mengenai pendidikan, terutama pendidikan
Islam, maka pola dan sisitem pemikiran filsafat secara umum.
Pola pemikiran
tersebut meliputi:
a.
Pemikiran
filsafat harus bersifat sistematis artinya bahwa cara berpikir bersifat logis
dan rasional mengenai hakikat persoalan yang dihadapinya.
b.
Tujuan
terhadap persoalan yang dihadapi bersifat radikal artinya menyangkut
permasalahan-permasalahan mendasar sampai akarakarnya.
c.
Ruang
lingkup pemikirannya bersifat universal.
d.
Pemikiran
dilakukan lebih bersifat spekulatif.
Pola
dan sistem berpikir filosofis dalam ruang lingkup yang menyangkut dan
menjangkau persoalan kehidupan Islam. Oleh karena itu filsafat pendidikan Islam
mempunyai sasaran pembahasan mengenai hakikat persoalan pendidikan yang
bersumber pada ajaran Islam. Maka pola dan sistem berpikir serta ruang lingkup
persoalan yang dibahaspun harus bertitik tolak dari pandangan Islam. Pandangan
Islam adalah prinsip-prinsip yang ditelaah oleh Allah dan Rasul-Nya dalam kitab
al-Qur’an dan al-Hadits yang dikembangkan oleh para mujahidin dari waktu ke
waktu. Akan nampak jelaslah bahwa kajian pemikiran filsafat tentang pendidikan
Islam itu merupakan pola pikir dari pemikir yang bernafaskan Islam.
Filsafat
pendidikan yang membahas persoalan pendidikan Islam tidak berarti membatasi
diri pada persoalan yang ada di dalam ruang lingkup kehidupan semata, melainkan
juga menjangkau persoalan yang luas yang berkaitan dengan pendidikan bagi umat
Islam. Dengan demikian seluruh persoalan yang menyangkut kehidupan umat manusia
yang mempengaruhi kehidupan umat Islam juga masuk dalam pemikiran filsafat
pendidikan Islam. Misalnya persoalan pendidikan yang berkaitan dengn ilmu
pendidikan teknologi, perubahan sosial, dan kependudukan. Akan tetapi semua
persoalan yang bukan agamis yang menyangkut persoalan sosial dan ilmu
pengetahuan itu dianalisa secara mendalam sehingga dipeoleh hakikatnya dari
segi pandangan Islam. Karena filsafat bertugas mencari hakikat dari segala
sesuatu dan dari hakikat itulah timbul pemikiran teoritis yang pada gilirannya
akan menimbulkan pemikiran mengenai strategi dan taktik operasionalisasi
kependidikan Islam.
Filsafat
pendidikan Islam agar mendapatkan faedah, tujuan maupun fungsi, maka harus
mengkaji dari berbagai sumber. Sumber itu perlu diperhatikan dalam menciptakan
berbagai faktor, dengan syarat sumber itu semua harus dikaitkan dengam sumber
Islam. Yang terkandung di dalamnya ialah prinsip dan undang-undang yang mengatur
hubungan manusia dan pencipta dan segala apa yang ada dalam alam raya termasuk
unsur material, spiritual, benda-benda, hewan, dan manusia. Begitu juga
undang-undang Tuhan yang mengatur hubungan manusia dan manusia, baik
perindividu atau kelompok dan yang terkandung di dalamnya nilai-nilai spiritual
dan akhlak yang meliputi kehidupan manusia dan tingkah laku dengan segala aspek
yang melingkupinya.
Islam
dalam sifatnya yang menyeluruh meliputi kebaikan dunia dan akherat, mengatur
unsur dunia dan mempersiapkan kehidupan akherat. Islam dapat menampung semua
tuntutan kehidupan modern yang masuk akal dan mengikuti setiap kemajuan
kebudayaan, peradaban dan ekonomi yang memenuhi segala keperluan masyarakat
luas. Islam merupakan sumber yang utama untuk menjadi dasar filsafat umum dan
filsafat yang digunakan dalam pendidikan, pembangunan, kebudayaan, sosial,
ekonomi dan politik. Islam dengan berbagai sumber dari al-Qu’an, Hadits, qiyas,
ijma’ yang diakui dan tafsir yang benar dibuat oleh ulama-ulama akan terdapat
pada setiap hal dan membentuk pikiran yang utuh dan terpadu mengenai alam,
manusia, masyarakat, bangsa, pengetahuan manusia dan akhlak. Orang yang
mengkaji Islam dari berbagai sumbernya dengan kesadaran akan mengeluarkan buah
pikiran universal mengenai filsafat wujud, filsafat pengetahuan dan filsafat
nilai-nilai. Hal inilah yang akan diperlukan oleh pendidikan Islam dalam
membina falsafah pendidikan yang sebaik-baiknya.
Al-Qur’an sebagai
sumber filsafat termasuk di dalamnya filsafat pendidikan Islam berusaha
mengkaji pangkal segala hal sampai ke akar-akarnya. Begitu juga mengkaji yang
hubungannya manusia dengan manusia lain, manusia dengan alam dan manusia dan
penciptanya. Jika pendidikan beusaha memelihara individu dan pertumbuhannya
pada diri manusia, maka al-Qur’an beusaha mendidik makhluk seluruhnya termasuk
manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar