Rokok
itu mematikan, rokok itu mengganggu kehamilan, rokok itu menyababkan tidak
potensi atau impotensi, rokok itu boros, rokok itu mengganggu kesehatan,
“katanya”, tapi bapakku wis 70 tahun ngrokok kok during mati mati yo laterus anake
kok tambah okeh, songoe. Tetapi rokok juga menghidupkan, coba kita lihat berapa
juta karyawan petani atau yang bersinggungan dengan rokok sampai penjual eceran
rokok yang dapat hidup darinya dan dapat menguliahkan atau menyekolahkan
anaknya hingga lulus. “mulakne setiap adah rokok ono tulisane peringatan
pemerintah tapi kok pabrike ora di bong wae”.
Dalam
tulisan ini tidak membicarakan itu, tetapi lebih melihat dan mengamati manusia
ketika merokok mulai mereka membuka bungkusnya, mengambil korek, menyulutnya
hingga menikmatinya sampai habis. Kita lihat apa yang sebenarnya yang dirasakan
perokok ketika dia merokok yang tidak sama sekali merasakan berapa mahalnya,
atau melihat apinya akan tetapi dia lebih berkonsentrasi dengan asapnya,
perokok ketika sudah berduduk santai dan menyedot rokoknya maka merasa sudah
sangat nikmat dan enjoi dubuatnya.
Ternyata
perokok sangat menikmati asap-asap yang mereka dapati dari rokoknya yang
terbakar tembakaunya, kemudian asapnya di rasakan, dinikmati, dimainkan,
kemudian dikelurkan tanpa nengok kanan kira dan efek bahayanya seperti apa yang
penting dirinya enjoi. Begitu juga mungkin manusia dalam mengambil atau
memutuskan kebenaran, kebijaksanan, keadilan, setelah masuk pada dirinya
dirasakan, dinikmati dan setelah rasanya habis dan tidak di butuhkan lagi maka
asapnya di buang begitu saja walau orang lain akan merasakan asap yang
membahayakan kesehatan, karena perokok pasip lebih bahaya.
Kenikmatan
rasa asap sebelum dikeluarkan adalah kenikmatan yang tidak dapat dirasakan oleh
orang disekelilingnya walau toh orang lain juga sama–sama merokoknya, setelah
menghisap merasakan dan dikelurkan setelah menghisap asap dinikmati
dikeluarkan, setelah di sedot dimainkan di buang, waduh nikmatnya. Andai
dihari-hari kita dapat menyedot asap-asap alam dan kemudian menikmati,
memainkan dan sekaligus merasakan dengan penuh kesadaran dan kemudian kita
keluarkan alangkah nikmatnya hidup ini, dengan kita sering menghisap, kemudian
merasakan dan menikmatai asap-asap alam ini kemudian kita fikirkan dan kemudian
di kelurkan menjadi sebuah asap-asap ide baru, mungkin akan menjadi banyak
asap-asap ide yang di keluarkan oleh manusia dan mungkin akan menjadikan dunia
semakin luas dan mengasikkan. Asap tidak dibutuhkan, akan tetapi rasa asaplah
yang dibutuhkan, asap hanya katalisator, asap hanya perantara, asap hanya
medium asap hanya asap tetap bukan rasa asap, rasa asap yang dibutuhkan
manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar