A. Periode Modern
Filsafat
Islam/Timur adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya
di India, Tiongkok dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya.
Sebuah ciri khas Filsafat Islam/Timur
ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Meskipun hal ini kurang lebih
juga bisa dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama di Abad Pertengahan, tetapi
di Dunia Barat filsafat ’an sich’ masih lebih menonjol daripada agama.
Nama-nama beberapa filsuf: Siddharta Gautama/Buddha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong
Hu Cu, Zhuang Zi dan juga Mao Zedong.
Dalam
bidang filsafat, zaman renaisans tidak menghasilkan karya penting bila
dibandingkan dengan bidang seni dan sains. Filsafat berkembang bukan pada zaman
itu, melainkan kelak pada zaman sesudahnya yaitu zaman modern. Meskipun
terdapat berbagai perubahan mendasar, namun abad-abad renaisans tidaklah secara
langsung menjadi lahan subur bagi pertumbuhan filsafat. Baru pada abad ke-17
dengan dorongan daya hidup yang kuat sejak era renaisans, filsafat mendapatkan
pengungkapannya yang lebih jelas. Jadi, zaman modern filsafat didahului oleh
zaman renaisans. Ciri-ciri filsafat renaisans dapat ditemukan pada filsafat
modern. Ciri tersebut antara lain, menghidupkan kembali rasionalisme Yunani,
individualisme, humanisme, lepas dari pengaruh agama dan lain-lain.
Pada
abad ke-17 pemikiran renaisans mencapai kesempurnaannya pada diri beberapa
tokoh besar. Pada abad ini tercapai kedewasaan pemikiran, sehingga ada kesatuan
yang memberi semangat yang diperlukan pada abad-abad berikutnya. Pada masa ini,
yang dipandang sebagai sumber pengetahuan hanyalah apa yang secara alamiah
dapat dipakai manusia, yaitu akal (rasio) dan pengalaman (empiri). Sebagai
akibat dari kecenderungan berbeda dalam memberi penekanan kepada salah satu
dari keduanya, maka pada abad ini lahir dua aliran yang saling bertentangan,
yaitu rasionalisme yang memberi penekanan pada rasio dan empirisme yang memberi
penekanan pada empiri.
Usaha
manusia untuk memberi kemandirian kepada akal sebagaimana yang telah dirintis
oleh para pemikir renaisans, masih berlanjut terus sampai abad ke-17. Abad
ke-17 adalah era dimulainya pemikiran-pemikiran kefilsafatan dalam artian yang
sebenarnya. Semakin lama manusia semakin menaruh kepercayaan yang besar
terhadap kemampuan akal, bahkan diyakini bahwa dengan kemampuan akal segala
macam persoalan dapat dijelaskan, semua permasalahan dapat dipahami dan
dipecahkan termasuk seluruh masalah kemanusiaan.
Keyakinan
yang berlebihan terhadap kemampuan akal telah berimplikasi kepada perang
terhadap mereka yang malas mempergunakan akalnya, terhadap kepercayaan yang
bersifat dogmatis seperti yang terjadi pada abad pertengahan, terhadap
norma-norma yang bersifat tradisi dan terhadap apa saja yang tidak masuk akal
termasuk keyakinan-keyakinan dan serta semua anggapan yang tidak rasional.
Dengan kekuasaan
akal tersebut, orang berharap akan lahir suatu dunia baru yang lebih sempurna,
dipimpin dan dikendalikan oleh akal sehat manusia. Kepercayaan terhadap akal
ini sangat jelas terlihat dalam bidang filsafat, yaitu dalam bentuk suatu
keinginan untuk menyusun secara a priori suatu sistem keputusan akal yang luas
dan tingkat tinggi. Corak berpikir yang sangat mendewakan kemampuan akal dalam
filsafat dikenal dengan nama aliran rasionalisme.
Pada
zaman modern filsafat, tokoh pertama rasionalisme adalah Rene Descartes
(1595-1650). Tokoh rasionalisme lainnya adalah Baruch Spinoza (1632-1677) dan
Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716). Descartes dianggap sebagai Bapak
Filsafat Modern. Menurut Bertrand Russel, kata “Bapak” pantas diberikan kepada
Descartes karena dialah orang pertama pada zaman modern itu yang membangun
filsafat berdasarkan atas keyakinan diri sendiri yang dihasilkan oleh
pengetahuan akliah. Dia pula orang pertama di akhir abad pertengahan yang
menyusun argumentasi yang kuat dan tegas yang menyimpulkan bahwa dasar filsafat
haruslah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci dan bukan yang
lainnya. Hal ini disebabkan perasaan tidak puas terhadap perkembangan filsafat
yang amat lamban dan banyak memakan korban. Ia melihat tokoh-tokoh Gereja yang
mengatasnamakan agama telah menyebabkan lambannya perkembangan itu. Ia ingin
filsafat dilepaskan dari dominasi agama Kristen, selanjutnya kembali kepada
semangat filsafat Yunani, yaitu filsafat yang berbasis pada akal.
B. Periode Kontemporer
Filsafat
Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di
universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini
berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. Plato, Aristoteles, Thomas
Aquinas, Réne Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan
Jean-Paul Sartre.
Filsafat
Barat kontemporer ini muncul pada abad XX sebagai kritik dari filsafat modern,
hal ini dapat terungkap dalam
istilah dekonstruksi, yang
didekonstruksi oleh filsafat kontemporer ini adalah rasionalisme yang digunakan
untuk membangun seluruh isi kebudayaan dunia barat. Tokoh-tokoh besar banyak
bermunculan pada abad XX ini seperti
Arkoun, Derrida, Foucault, Wittgenstein. Menurut Ahmad Tafsir dalam bukunya
Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, Nietzsche adalah tokoh
pertama yang sudah menyatakan ketidak puasannya terhadap dominasi atau pendewaan
rasio pada tahun 1880an.
Jadi
menurut tokoh pertama filsafat dekontruksi adalah Nietzsche. Dengan alasan pada
tahun 1880an Nietzsche menyatakan bahwa budaya Barat telah berada di ambang
kehancuran karena terlalu mendewakan rasio, kemudian baru tahun 1990 Capra juga
mengatakan demikian.
Rasionalisme
Filsafat modern perlu di dekonstruksi menurut Ahmad Tafsir karena ia Filsafat
yang keliru dan juga keliru cara
penggunaannya, akibatnya budaya Barat menjadi hancur. Renaisans yang secara
berlebihan mendewakan rasio manusia. Mencerminkan kelemahan manusia modern.
Akibatnya timbullah kecenderungan untuk menyisihkan seluruh nilai dan norma
yang berdasarkan agama dalam memandang kenyataan hidup, sehingga manusia modern
yang mewarisi sikap positivistic cenderung menolak keterkaitan antara substansi
jasmani dan rohani manusia, mereka juga menolak adanya hari akhirat, akibatnya
manusia terasing tanpa batas, kehilangan orientasi dan sebagai konsekuensinya
lahirlah trauma kejiwaan dan ketidak stabilan hidup.
Perlu
diingat Filsafat Barat Kontemporer sangat Heterogen, karena profesionalisme
yang semakin besar akibatnya muncul banyak filsuf yang ahli di bidang
Matematika, Fisika, Psikologi, Sosiologi ataupun Ekonomi. Sehingga banyak
pemikiran lama dihidupkan kembali seperti neothomisme, neokantianisme.
Filsafat
berasal dari Griek berasal dari kata Pilos (cinta), Sophos (kebijaksanaan),
tahu dengan mendalam, hikmah. Filsafat menurut term : ingin tahu dengan mendalam (cinta pada
kebijaksanaan) Menurut Ciceros (106-43 SM), penulis Romawi orang yang pertama
memakai kata-kata filsafat adalah Phytagoras (497 SM), sebagai reaksi terhadap
cendikiawan pada masanya yang menamakan dirinya ”Ahli pengetahuan”, Phytagoras
mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai untuk
manusia. Tiap-tiap orang yang mengalami kesukaran-kesukaran dalam memperolehnya
dan meskipun menghabiskan seluruh umurnya, namun ia tidak akan mencapai
tepinya. Jadi pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian
darinya tanpa mencakup keseluruhannya. Oleh karena itu, maka kita bukan ahli pengetahuan, melainkan
pencari dan pencinta pengetahuan.
Menurut Prof, I.R.
PUDJAWIJATNA menerangkan juga ”Filo” artinya cinta dalam arti seluas-luasnya
yaitu ingin dan karena ingin itu selalu berusaha mencapai yang diinginkannya.
”Sofia” artinya kebijaksanaan artinya pandai, mengerti dengan mendalam.
Orang
yang berfilsafat dinamakan filosof dapat
diumpamakan sebagai seseorang yang berpijak di bumi sedang tengadah ke
bintang-bintang, ia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kemestaan alam, karakteristiknya
berfikir filsafat yang pertama adalah menyeluruh, yang kedua mendasar.
[5]Filsafat pada abad Yunani Klasik atau biasa disebut filsafat kuno senantiasa
membahas tentang kosmologi yaitu terbentuknya alam semesta dari mana mereka
berasal. selanjutnya filsafat abad pertengahan atau biasa disebut dengan
skolastik sangat berbeda dengan
pemikiran sebelumnya hal ini disebabkan karena rumpun bangsa yang berfilsafat
sangat berbeda, dalam filsafat abad pertengahan ini manusia mencoba
mempersatukan secara harmonis apa yang diketahui dari akal dengan apa yang
diketahuinya dari wahyu dengan demikianlah timbul sistem pandangan dunia
kristen yang rangkap, dimana iman dan ilmu pengetahuan mendapatkan tempatnya
masing-masing, semakin lama doktrin
kristen makin membelenggu kehidupan manusia di jaman itu sehingga semakin
membatas.
Selanjutnya
dalam perjalanan sejarah filsafat barat menunjukkan bahwa makin lama filsafat
itu makin terpecah-pecah menjadi filsafat jerman, filsafat Prancis, filsafat Inggris, Filsafat Amerika dan
filsafat Rusia. mereka mengikuti jalannya sendiri-sendiri masing-masing
membentuk kepribadian dengan caranya sendiri sekalipun demikian mereka tetap
menampakkan suatu kesatuan. Sebab bermacam-macam pemikiran yang dikemukakan
pada bangsa itu sebenarnya hanya mewujudkan aspek yang bermacam-macam dari satu
keadaban.
Filsafat
Kontemporer muncul diawali sikap ingin mendobrak teori Filsafat Modern yang
menggunakan keuniversalitasan kebenaran tunggal dan bebas nilai. Oleh sebab itu
salah satu ciri yang terdapat dalam Filsafat Kontempoter ini mengagungkan
nilai-nilai relatifitas dan mini narasi, dan lebih cenderung beragam dalam
pemikiran.
Ciri
filsafat Kontemporer adalah sebagai reaksi dari berkembangnya filsafat modern
yang semakin melenceng, pemikiran Kontemporer ini berusaha mengkritik
Logosentrisme filsafat modern yang berusaha menjadikan rasio sebagai instrumen
utama, perkembangan Filsafat kontemporer
berada dalam dua jalur yakni filsafat Holistic dan filsafat
dekonstruksi.
1. Aliran-Aliran dalam Filsafat Barat
Kontemporer
a. Pragmatisme
Di Amerika Serikat aliran
Pragmatisme mendapat tempatnya yang tersendiri didalam pemikiran filsafat,
William James adalah orang yang memperkenalkan gagasan-gagasan pragmatisme
kepada dunia. Aliran Pragmatisme mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang
membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang
bermanfaat secara praktis. Aliran ini menganggap benar apa yang
akibat-akibatnya bermanfaat secara praktis. Jadi patokan dari pragmatisme
adalah bagaimana dapat bermanfaat dalam kehidupan praktis. Dan pegangan pragmatisme adalah logika
pengamatan. Kebenaran mistis pun dapat diterima asalkan bisa bermanfaat secara
praktis.
b. Vitalisme
Akibat dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknik di awal abad XX mengakibatkan perkembangan
industrialisasi yang cepat pula, sehingga menjadikan segala pemikiran diarahkan
pada hal-hal yang bersifat bendawi saja, baik jagad raya, maupun manusia
dipandang sebagai mesin yang terdiri dari banyak bagian yang masing-masing
menempati tempatnya sendiri-sendiri. Serta bekerja menurut hukum yang telah
ditentukan bagi masing-masing bagian itu.
Aliran Vitalisme memandang bahwa
kegiatan organisme hidup digerakkan oleh daya atau prinsip vital dengan daya-daya
fisik. Aliran ini timbul dari reaksi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi
serta industrialisasi. Dimana segala sesuatu dapat dianalisa secara matematis.
c. Fenomenologi
Kata Fenomenologi berasal dari
Yunani fenomenon yang artinya sesuatu yang tampak, terlihat karena bercahaya, dalam bahasa
Indonesia disebut”gejala”. Jadi fenomenologi adalah suatu aliran yang
membicarakan segala sesuatu selama hal itu tampak. Pelopor aliran ini adalah
Edmund Husserl.
d. Eksistensialisme
Kata Eksistensi berasal dari kata
eks (keluar) dan sistensi yang diturunkan dari kata kerja sisto (berdiri,
menempatkan) jadi eksistensialisme dapat diartikan manusia berdiri sebagai diri
sendiri dengan keluar dari dirinya. Manusia sadar bahwa dirinya ada. Ia dapat
meragukan segala sesuatu hal yang pasti yaitu bahwa dirinya ada.
Eksistensialisme adalah aliran Filsafat yang memandang segala gejala dengan
berpangkal pada eksistensi, Eksistensi sendiri merupakan cara berada manusia di
dunia, dan cara ini berbeda dengan cara berada makhluk-makhluk lainnya. Benda
mati atau hewan tidak sadar akan keberadaannya tetapi manusia menyadari
keberadaannya, manusia sadar bahwa dirinya sedang bereksistensi oleh sebab itu
segala sesuatu berarti selama menyangkut dengan manusia, dengan kata lain manusia
memberikan arti pada segalanya, manusia menentukan perbuatannya sendiri, ia
memahami diri sebagai pribadi yang bereksistensi.
Dalam teori ini berpandangan
bahwa manusia adalah eksistensinya mendahului esensinya (hakikat), dan
sebaliknya benda-benda lain esensinya mendahului eksistensinya, sehingga
manusia dapat menentukan diri sendiri menurut proyeksinya sendiri, hidupnya
tidak ditentukan lebih dulu, sebaliknya benda-benda lain bertindak menurut
esensi atau kodrat yang memang tak dapat dielakkan.
e. Filsafat Analitis
Aliran Filsafat Analitis ini
pertama muncul di Inggris dan Amerika serikat sejak tahun 1950, Filsafat
analitis sering juga disebut filsafat bahasa, filsafat ini merupakan reaksi
dari idealisme, khususnya neohegelianisme di inggris. Para penganutnya
menyibukkan diri dengan analisis bahasa dan konsep-konsep.
f. Strukturalisme
Strukturalisme muncul di Prancis
pada tahun 1960an, dan dikenal juga dalam linguistic, psiatri dan sosiologi,
strukturalisme pada dasarnya menegaskan bahwa masyarakat dan kebudayaan
memiliki struktur yang sama dan tetap, maka kaum strukturalis menyibukkan diri
dengan menyelidiki struktur-struktur tersebut.
g. Postmodernisme
Aliran Post Modernisme ini muncul
sebagai reaksi terhadap modernisme dengan segala dampaknya, pengertian
postmodern bukan sesuatu yang baru dalam filsafat Lyotard menjadi orang pertama
yang menngintroduksikan istilah ini ke dalam filsafat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar