Pada
perkembangan ilmu terutama pada bidang kajian filsafat terdapat hal pokok yang
menjadi cabang kajian mengenai cara manusia berfikir. Ketiga cabang tersebut
merupakan Ontology, Epistemologi dan Aksiologi. Epistemologi berasal dari kata
“Episteme” yaitu pengetahuan dan juga “logos yang bermakna ilmu, uraian atau
alasan sehingga secara etimologi, epistemologi dapat diartikan sebagai teori
tentang ilmu pengetahuan atau Theory of Knowledge. Epistemologi merupakan
sebuah kajian ilmu yang sangat populer dan menjadi hal yang paling menarik.
Secara sederhana Epistemologi merupakan pokok bahasan yang mengkaji tentang
pengetahuan serta kaitannya dengan kebenaran yang hakiki. Epistemologi menjadi
pembahasan menarik ketika dikaitkan dengan ketuhanan karena kebenaran yang
hakiki hanya akan dimiliki oleh tuhan, oleh karena itu hakikat dari kebenaran
hakiki yang dijadikan subjek dalam Epistemologi menjadi hal yang mustahil untuk
didapatkan oleh pemikiran dan rasa dari manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan.
Keterkaitan antara Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. Pada kajian ilmu
filsafat keberadaan tiga cabang yakni ontology, Epistemologi dan Aksiologi
adalah tiga hal yang memiliki peranan-peranan secara terpisah. Hal ini muncul
karena ketiga cabang dari sub filsafat ini memiliki aturan dan pola dalam
pikiran manusia. Ketika berbicara mengenai Epistemologi berarti seseorang akan
berbicara mengenai usaha serta upaya yang dilakukan untuk menggali informasi
mengenai suatu fakta dapat terjadi. Hal ini pula yang menjadi pembeda yang
sangat jelas terhadap ontologi dan aksiologi Pengertian Epistemologi Seperti
yang telah dijelaskan di atas, Epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang
mengkaji tentang usaha dan upaya untuk mencari tahu suatu kebenaran secara
hakiki. Epistemologi akan terus mengkaji tentang suatu fakta sampai pada batas
yang tidak dapat dikaji lagi. Batasan dari epistemologi merupakan adalah
batasan dari pola pikir manusia, sehingga kebenaran sejati yang tidak dapat
dicapai oleh manusia adalah milik tuhan semata. Musa Asy’arie menjelaskan bahwa
hakikat dari epistemologi merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencari
hakikat dari sebuah ilmu. Usaha yang dilakukan dalam mencari kebenaran dari
sekedar trial and error tetapi dilakukan secara sistematis dan disertai dengan
metode-metode yang bersesuaian dengan objek dari kajian ilmu. Pada kajian ilmu pendidikan yang bersifat
sains dapat disimpulkan bahwa fakat sains harus didapatkan dan dikaji melalui
sebuah percobaan pengamatan dalam bentuk sains pula. Pendapat dari beberapa
sumber yang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara saintis tidak boleh
dijadikan rujukan yang berlaku alas kebenaran dalam menjelaskan kejadian alam.
Sejarah mencatat bahwa alas agama telah menjadi alat yang digunakan oleh
otoritas yang salah mengartikan ayat ilahi dan meletakkan pengartian mutlak
pada pemuka agama tanpa didasari fakta sains. Galilei Galileo adalah salah satu
ilmuwan terkemuka di Italia yang menjadi korban. Ia dihukum karena menemukan
suatu kebenaran yang bertentangan dengan pandangan gereja mengenai alam
semesta. Fakta ini mendukung bahwa kajian dari epistemologi sangat penting
untuk menghindari kejadian di Italia sekitar 3 abad silam. Lebih luas mengenai
epistemologi, Dagobert D’ Runes, seorang ahli filsafat dari Universitas Vienna
menyatakan bahwa Hakikat dari Epistemologi merupakan upaya dalam mekaji sumber
dari kebenaran atau ilmu secara structural. Metode yang digunakan dalam
mengkaji kebenaran harus menggunakan metode yang valid sehingga hasil yang
didapatkan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tujuan dari penjelasan
ini merupakan upaya untuk menghindari kejadian yang bisa berakibat buruk pada
peradaban manusia. Masalah utama yang dihadapi dari kajian Epistemologi secara
menyeluruh pada ilmu sains adalah bagaimana cara mengetahui pengetahuan secara
hakiki. Jumlah disiplin ilmu yang sangat banyak dengan pendekatan yang banyak
pula membuat kajian mengenai hakikat dari suatu obyek ilmu menjadi sangat susah
dan membutuhkan pengabdian yang panjang hanya untuk mencari kebenaran yang
jumlahnya setitik. Ruang Lingkup Epistemologi. Pandangan tentang ruang lingkup
dari kajian Epistemologi akan mencakup tentang keseluruhan objek yang ada di
muka bumi. Hakikat dari cakupan objek epistemologi sangat luas dan tidak
berbatas. Ketika seluruh ilmu dan objek yang ada di di bumi telah dikaji dengan
sangat mendalam, manusia masih harus mencari tahu mengenai segala sesuatu yang
ada di luar bumi, sebagai contoh bulan dan matahari. Objek ini akan terus
berkembangan secara terus menerus sampai akhirnya tidak memiliki ujung jika
pandangan dikaitkan dengan temuan Stephen Hawking mengenai alam semesta.
Beberapa pandangan ahli mengenai kajian epistemology hanya terbatas pada pada
tataran konsepsi dan dari asal-usul sumber ilmu pengetahuan secara
konceptual-filofis. Suparno, guru besar Universitas Sanata Dharma memiliki
pandangan bahwa epistemologi membicarakan sebuah proses pembentukan ilmu
pengetahuan secara ilmiah, di sisi lain aspek-aspek yang dianggap iiku
berpengaruh justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi atau paling tidak
kurang begitu diperhatikan. Kecenderungan memandang Epistemologi dalam batasan
mengenai sumber atau metode dari sebuah pengetahuan dapat di kembangkan muncul
akibat adanya pembatasan pembahasan mengenai ontology dan aksiologi. Pembatasan
ini berfungsi untuk membatasi secara eksplisit perbedaan antara ketiga sub
filsafat yang dimaksud namun kurang memperhatikan bahwa keberlakuan dari
epistemologi mencakup ontology dan aksiologi. Hakikat Pengetahuan dalam
pandangan Epistemologi. Secara Umum, epistemologi berbicara mengenai kajian
Pengetahuan (Knowledge) serta peran dari pengetahuan. Terdapat dua pandangan
yang besar mengenai pengetahuan yakni “Pengetahuan tentang bagaimana” dan
Akuantisasi Pengetahuan. Sebagai contoh yang sangat sederhana Pengetahuan
tentang bagaimana cara mendapatkan sesuatu. Di Dalam matematika telah diketahui
secara luas bahwa 2 + 2 = 4, hal ini juga akan berlaku pada penambahan dua buah
apel ditambah dengan dua buah apel akan menghasilkan buah apel. Sedangkan pada
kenyataan sebuah rujukan semisal waktu dan alamat bukanlah hal yang dapat
dijumlahkan begitu saja, dalam hal ini dibutuhkan pengkajian lebih bijak
mengenai angka, bahwa tidak semua angka dapat dijumlahkan begitu saja.
Pengetahuan dapat diartikan sebagai informasi yang disadari atau telah
diketahui secara sadar oleh seseorang. Garis besar dari pengetahuan dapat
berupa deskripsi, konsep, hipotesis atau dugaan, sebuah prosedur yang digunakan
untuk mencari tau keberlakuan suatu dugaan atau mencari faktor yang menjadi
penyebab terjadinya sesuatu. Pengetahuan juga dapat diartikan sebagai pemahaman
mengenai gejala yang diperolehi oleh seorang manusia sebagai buah dari akal
pikiran manusia. Pengetahuan digunakan oleh manusia berdasarkan kapasitas
berfikir dari orang melakukan berpikir.
Sumber dari pengetahuan dapat berupa cita, rasa dan karsa mengenai
sebuah objek. Sebagai contoh sederhana seseorang akan mengetahui mengenai enak
atau tidaknya suatu menu makanan dengan mencicipi masakan. Pengetahuan akan
semakin luas jika si pencicip menjoba menduga rasa yang ada pada masakan yang
dicicipi dan mencoba membuat hal serupa berdasarkan dugaan yang telah dibangun
pada saat mencoba. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
merupakan sebuah proses mengkombinasikan informasi yang didapatkan dan sebuah
potensi dalam menindaklanjuti informasi tersebut. Hubungan antara Epistemologi,
Metode dan Metodologi. Pada pembahasan epistemologi sering muncul kata metode
yang digunakan dalam mencari kebenaran. Kesalahan mendefinisikan epistemologi
hanya terbatas pada cara atau upaya yang dilakukan dalam mencari hakikat
kebenaran membuat makan dari kajian filsafat epistemologi tergeser. Peter R.
Senn, Guru besar dari Wright College, menekankan bahwa prosedur merupakan
sebuah cara untuk mencari tahu secara sistematis dan prosedur sedangkan
metodologi merupakan sebuah pengkajian yang mendalam tentang prosedur-prosedur
yang ada pada metode tersebut. Kata logos dari metodologi merepresentasikan
ilmu yang membahas tentang metoda. Metodologi merupakan sebuah disiplin yang
mengkaji metode secara konseptual mengenai permasalahan yang didapatkan pada
saat melakasanakan prosedur-prosedur. Sebagai cabang ilmu yang mempelajari
metode, Metodologi merupakan kajian teoritik tentang berbagai metode. Kajian
teoritik ini selanjutnya membahas mengenai kelebihan dan kelemahan dalam karya
ilmiah. Penemuan metodologi baru dan juga menjadikan kajian dari sistem dalam
teknis-teknik penerapan metode dalam
mencari ilmu pengetahuan. Kaitan antara metode dalam penelitian pada ilmu
methodologi selanjutnya akan membahas tentang dua pendekatan yang paling sering
digunakan dalam penelitian. Beberapa peneliti pemula menyusun sebuah paradigma penelitian
secara terbatas yakni pendekatan kuantitatif atau kualitatif. Penjelasan metode
salah diartikan dengan jenis data yang muncul sehingga kuantitatif cenderung
memunculkan angka sedangkan kualitatif memunculkan data kualitatif, sehingga
akhirnya muncul pendekatan penelitian mix metode yang banyak salah diartikan
oleh peneliti, dosen-dosen pembimbing dalam penelitian mahasiswa terutama di
Indonesia. Terlebih bagi mereka yang tidak mengkaji secara hakiki mengenai
bidang yang mereka jelaskan. Perbedaan pendekatan kualitatif dan kuantitatif
sangat berbeda dan tidak saling berpotongan didaerah manapun pada kajian kedua
pendekatan tersebut. Paradigma yang seharusnya dibangun dalam penelitian
kuantitatif adalah pendekatan positivisme sehingga gejala yang diamati adalah
gejala sebab akibat, data yang muncul boleh dianalisis secara statistik,
Inferensial maupun statistic deskriptif, ataupun dengan cara deskriptif murni.
Ketidakmunculan angka bukanlah sebuah tanda penelitian ini merupakan pendekatan
kuantitatif. Pendekatan Kualitatif dalam penelitian menggunakan pendekatan
naturalisme atau fenomenologis dengan kata lain postpositivism. Pendekatan ini
lebih digunakan untuk mengetahui ciri-ciri dari suatu fenomena sebab yang
muncul secara menyeluruh dan tidak membatasi pada kemungkinan yang
mengeneralkan penyebab yang ada dengan fenomena yang sedang terjadi. Pada
proses mendefinisikan sesuatu seseorang harus bergerak dari fakta yang benar
dan secara holistik mencakup keseluruhan batasan yang ada. Sangat jelas bahwa keterbatasan
dari metode dan metodologi merupakan kajian dari wilayah Epistemologi itu
sendiri. Peranan dan Pengaruh Epistemologi. Peranan Epistemologi sangat besar
dalam peradaban dan tingkat pendidikan manusia, karena suatu peradaban
dipengaruhi oleh pengetahuan. Kejadian yang terjadi di Italia mengenai nasib
dari Galileo Galilei tentunya memberi dampak yang besar bagi peradaban manusia.
Penghukuman yang diberlakukan atas dirinya membuat ilmuwan lain akan membatasi
diri dari kajian yang mungkin menyinggung masalah agama. Bayaran akan sangat
mahal, yakni keterbatasan dalam ilmu pengetahuan dan dampak panjangnya tidak
berjalannya sebuah peradaban. Usaha Galileo menunjukkan betapa besar peran
epistemologi dalam peradaban manusia dibandingkan dengan dogma yang dikeluarkan
oleh segelintir orang yang hanya beralaskan sumber yang terbatas. Dengan kata
lain, kalam ilahi yang muncul pada kitab-kitab agamais yang ada tidak bisa
dijadikan referensi dalam mengambil sebuah tindakan. Perlu sebuah sebuah
pembuktian dari kalam tersebut atau dengan bahasa yang lebih agamais, Manusia
tidak memiliki kemampuan untuk memahami kalam tersebut secara tepat. Kalimat
ini terdengar seperti doktrin yang bertolak belakang dengan kajian Epistemologi
namun pada dasarnya manusia memiliki pembenaran
bahwa kebenaran Hakiki hanya memiliki Ilahi, meskipun tidak satupun diantara
kita pernah melihatnya secara langsung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar