Sabtu, 24 Desember 2016

Tokoh-tokoh dalam Aliran Idealisme

Terdapat beberapa tokoh dalam aliran idealisme, diantaranya adalah:
1.    Plato (428-348 SM)
Dalam perkembangannya, aliran ini ditemui pada ajaran Plato (428-348 SM) dengan teori idenya. Menurutnya, tiap-tiap yang ada di alam mesti ada idenya, yaitu konsep universal dari tiap sesuatu. Alam nyata yang menempati ruangan ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam ide itu. Jadi idelah yang menjadi hakikat sesuatu, menjadi dasar wujud sesuatu.
2.      George Berkeley (1685-1753)
George Berkeley (1685-1753) yang dianggap sebagai Bapak Idealisme modern. Filsafatnya dianggap sebagai titik tolak bagi tendensi idealistik atau tendensi konseptual pada abad-abad terakhir filsafat. Inti idealisme dalam doktrin Berkeley dapat didapatkan dalam ucapannya yang sangat terkenal: “Esse est Percipi”, (untuk ada, berarti mengetahui atau diketahui). Dengan kata lain, sesuatu tak mungkin dinyatakan ada selama sesuatu itu tidak mengetahui atau tidak diketahui. Sesuatu yang mengetahui adalah jiwa, dan sesuatu yang diketahui adalah konsepsi-konsepsi dan gagasan-gagasan yang berada dalam wilayah persepsi dan pengetahuan indrawi. Dengan demikian kita harus percaya adanya jiwa dan gagasan itu. Segala sesuatau yang berada di luar lingkup pengetahuan, yaitu segala sesuatu yang objektif, tidak ada karena tidak diketahui.
Berkeley menyatakan bahwa budi dengan persepsinya adalah satu-satunya kenyataan yang ada. Menurut dia, ‘ada’ berarti ‘atau menjadi objek persepsi budi atau budi yang mempersepsinya’. Menurut dia, objek fisik itu berada  hanya sejauh berada di dalam budi, yaitu sejauh dipersepsi oleh budi. Pandangan ini disebut idealisme. Berkeley menyatakan bahwa pernyataan mengenai objek fisik hanya dapat dimengerti dan dipahami artinya sejauh pernyataan itu dapat ditafsirkan sebagai pernyataan mengenai persepsi orang yang menangkapnya.
3.      Immanuel Kant (1725-1804)
Kant mula-mula mengadakan penyelidikan tentang pengetahuan barang-barang (Ding an sich). Yang kita ketahui ini hanyalah reaksi dari penginderaan kita yang oleh Kant disebut sebagai phenomenen (gejala-gejala). Gejala-gejala yang kita anggap itu diterima oleh indera kita lalu oleh pengamatan indera ini diteruskan kepada akal kita melalui bentuk-bentuk pengamatan ruang dan waktu, kemudia hasil pengamatan itu diterima reaksinya dalam akal kita dan di dalam akal itu terdapat alat-alat pemikiran yang dinamakan kategori-kategori sebagai tempat memasak. Akhirnya dari masakan kategori-kategori itu kita dapatkan gambaran dari apa yang kita rasakan yang kita lihat dan dengar
4.      George wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831)

Hegel sangat mementingkan rasio, akan tetapi, kalau dikatakan demikian kita mengerti maksudnya. Yang dimaksud bukan saja rasio pada manusia perorangan, tetapi juga- bahkan terutama- rasio pada subjek Absolut, karena Hegel pun menerima prinsip idealistis, bahwa realitas seluruhnya harus disetarakan dengan suatu subjek. Suatu dalil Hegel yang kemudian menjadi terkenal berbunyi, “semuanya yang riil bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat riil”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar