Terdapat beberapa tokoh dalam aliran idealisme, diantaranya adalah:
1. Plato (428-348 SM)
Dalam perkembangannya, aliran ini
ditemui pada ajaran Plato (428-348 SM) dengan teori idenya. Menurutnya,
tiap-tiap yang ada di alam mesti ada idenya, yaitu konsep universal dari tiap
sesuatu. Alam nyata yang menempati ruangan ini hanyalah berupa bayangan saja
dari alam ide itu. Jadi idelah yang menjadi hakikat sesuatu, menjadi dasar
wujud sesuatu.
2. George Berkeley (1685-1753)
George Berkeley (1685-1753) yang
dianggap sebagai Bapak Idealisme modern. Filsafatnya dianggap sebagai titik
tolak bagi tendensi idealistik atau tendensi konseptual pada abad-abad terakhir
filsafat. Inti idealisme dalam doktrin Berkeley dapat didapatkan dalam
ucapannya yang sangat terkenal: “Esse est Percipi”, (untuk ada, berarti
mengetahui atau diketahui). Dengan kata lain, sesuatu tak mungkin dinyatakan
ada selama sesuatu itu tidak mengetahui atau tidak diketahui. Sesuatu yang
mengetahui adalah jiwa, dan sesuatu yang diketahui adalah konsepsi-konsepsi dan
gagasan-gagasan yang berada dalam wilayah persepsi dan pengetahuan indrawi.
Dengan demikian kita harus percaya adanya jiwa dan gagasan itu. Segala sesuatau
yang berada di luar lingkup pengetahuan, yaitu segala sesuatu yang objektif,
tidak ada karena tidak diketahui.
Berkeley menyatakan bahwa budi
dengan persepsinya adalah satu-satunya kenyataan yang ada. Menurut dia, ‘ada’
berarti ‘atau menjadi objek persepsi budi atau budi yang mempersepsinya’.
Menurut dia, objek fisik itu berada
hanya sejauh berada di dalam budi, yaitu sejauh dipersepsi oleh budi.
Pandangan ini disebut idealisme. Berkeley menyatakan bahwa pernyataan mengenai
objek fisik hanya dapat dimengerti dan dipahami artinya sejauh pernyataan itu
dapat ditafsirkan sebagai pernyataan mengenai persepsi orang yang menangkapnya.
3. Immanuel Kant (1725-1804)
Kant mula-mula mengadakan
penyelidikan tentang pengetahuan barang-barang (Ding an sich). Yang kita
ketahui ini hanyalah reaksi dari penginderaan kita yang oleh Kant disebut
sebagai phenomenen (gejala-gejala). Gejala-gejala yang kita anggap itu diterima
oleh indera kita lalu oleh pengamatan indera ini diteruskan kepada akal kita
melalui bentuk-bentuk pengamatan ruang dan waktu, kemudia hasil pengamatan itu
diterima reaksinya dalam akal kita dan di dalam akal itu terdapat alat-alat
pemikiran yang dinamakan kategori-kategori sebagai tempat memasak. Akhirnya
dari masakan kategori-kategori itu kita dapatkan gambaran dari apa yang kita
rasakan yang kita lihat dan dengar
4. George wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831)
Hegel sangat mementingkan rasio,
akan tetapi, kalau dikatakan demikian kita mengerti maksudnya. Yang dimaksud
bukan saja rasio pada manusia perorangan, tetapi juga- bahkan terutama- rasio
pada subjek Absolut, karena Hegel pun menerima prinsip idealistis, bahwa
realitas seluruhnya harus disetarakan dengan suatu subjek. Suatu dalil Hegel
yang kemudian menjadi terkenal berbunyi, “semuanya yang riil bersifat rasional
dan semua yang rasional bersifat riil”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar